Selasa, 09 Oktober 2012

Bab 3: Hari pada Kehidupan Raja

Bab 3: Hari pada Kehidupan Raja

[edit] Bagian 1

Tak jauh dari taman Kyu Shiba Rikyu dan menara Tokyo, di samping restoran bintang lima dan dikelilingi sebuah sekolah, stasiun televisi, menara pemancar dan kedutaan, terdapat kuil-kuil yang jumlahnya mengejutkan.
Salah satu distrik memiliki jalan kecil yang melaluinya.
Meski jalan itu nampak mengikuti kontur jalan di sebelahnya, rute yang sempit itu bisa dilewatkan oleh siapapun yang tak menyadari kalau itu ada.
Kalau seseorang mengikuti jalur membingungkan dan seperti labirin, kalian entah bagaimana akan berakhir di tempat yang memiliki banyak anak tangga.
Kira kira terdapat 200 langkah, entah kenapa nampak begitu panjang untuk sesuatu yang terletak di jantung kota.
Setelah mendaki tangga batu, kalian akan menemui kuil Nanao[1], yang berada di puncak tertingginya.
Meski tumbuhan yang mengelilinginya tidak sepadat suaka alam, kuil itu, diteduhi oleh vegetasi yang rimbun, memberikan rasa tenang dan damai.
Di dalam halaman kuil sendiri, tak jauh dari Aula Depan[2], berdiri gubuk kecil untuk tujuan berganti pakaian dan menghias diri.
Dan di dalam salah satu ruangan, Mariya Yuri tengah berdandan.
Mengenakan kosode dibawah kurisode dan hakama[3] , ia menghadap cermin dan dan menyisir rambutnya yang hitam panjang.
Rambutnya nampaknya lebih ke arah kecoklatan ketimbang hitam, hampir seperti warna mutiara hitam. Dia tak mengecat rambutnya, namun itu sudah warna aslinya sejak lahir. Yuri selalu merasa tak nyaman karena hal itu, namun dia tak terlalu mempedulikan hal itu pada saat ini.
Ya, karena hal yang paling penting adalah sisir yang dia gunakan pada rambutnya telah kehilangan salah satu geriginya.
......Firasatku tidak enak, kuharap tak ada hal buruk terjadi.
“......Firasatku tidak enak, kuharap tak ada hal buruk terjadi.”
Dia berbisik dengan pelan pada opini tanpa dasar yang logis.
Sepertinya dia merasakan ada pertanda buruk.
Kalau dia adalah gadis normal, dia pasti segera melupakan hal yang barusan terjadi, namun Yuri bukan gadis biasa, dan merasa ada penyebab untuk menyelidiki lebih jauh.
Selesai mendandani dirinya, Yuri keluar dari dalam gubuk.
Sepanjang jalan menuju aula-depan, dia menjumpai sejumlah pendeta.
Menghadapi bungkukan dan sapaan ramah mereka, Yuri membalas dengan memiringkan kepalanya. Kalau cara sapaan ini diarahkan pada Miko[4], yang masih berusia 15 tahun itu, tentu ada alasannya.
Di kuil ini, Mariya Yuri memiliki posisi paling tinggi dan terhormat dibanding siapapun juga.
“----Oh, Hime-Miko[5],senang bertemu denganmu! Kalau kamu bebas, bisa kita mengobrol sebentar?”
Ucapan serius dan mendadak ini diarahkan padanya.
Meski pria itu mengucapkan frase yang penuh hormat seperti “Hime-Miko”, nada bicaranya tak menunjukkan rasa hormat sama sekali. Dia seperti bercanda, seperti badut yang datang entah dari mana.
Si pembicara perlahan berjalan ke arah Yuri. Meski ia mengenakan sepatu kulit, kakinya tak membuat suara sama sekali saat menapaki jalur berbatu menuju kuil.
Siapapun yang melihat caranya dalam bergerak akan menyadari kalau dia bukan pria biasa.
“.......Senang bertemu anda. Dan siapa anda?”
“Ah, maaf kalau aku kurang sopan. Mungkin sudah terlambat untuk memperkenalkan diriku, tapi namaku adalah Amakasu. Bertemu hime-miko elegan sepertimu adalah kehormatan bagiku. Kuharap kita bisa akrab dari sini seterusnya.”
Amakasu mengenalkan dirinya sambil mengulurkan sebuah kartu nama.
Yuri menerima kartu, dan menatapnya sejenak.
Nama lengkapnya adalah Amakasu Touma, namun yang membuat Yuri tertarik adalah titel di samping namanya, menyatakan departemen tempatnya bekerja.
“Dan apa yang membawa anggota Komite Kompilasi Sejarah ke tempat ini?”
Yuri bertanya dengan curiga.
Pria berdandan formal itu mengenakan pakaian ala barat yang kumal; dia cukup muda, mungkin sekitar dua puluh tahun, dan tidak terlihat ramah tamah.
Namun siapapun tak boleh menilai buku dari sampulnya. Dia adalah agen yang dikirim dari organisasi yang mengendalikan dunia sihir di Jepang. Yuri harus tetap serius dan waspada di setiap ucapannya.
“Sepertinya ada masalah akan datang, sesuatu yang bisa saja menjadi bencana terburuk yang pernah dialami negara kita. Masalah itu juga sangat rumit, sehingga kami berharap menambahkan kemampuan hebatmu untuk membantu usaha kami; karena inilah aku datang kemari, kuharap kamu memahami posisiku disini.”
“.......Gadis biasa ini hanya memiliki sedikit kemampuan, dan saya takut tak bisa membantu apa apa.”
“Kamu terlalu rendah diri. Meskipun benar kalau ada banyak Musashino Miko, mereka yang handal dalam membaca aliran energi spiritual, seperti kamu, sangat sedikit. Dan disamping itu, ada dua alasan tambahan kami memilih dirimu.”
Jepang selalu memiliki ahli spiritual atau pengguna sihir yang mewariskan kemampuan mereka.
Mariya Yuri adalah keturunan salah satu dari mereka.
Dan untuk istilah ‘Musashino’-------Mereka adalah organisasi ahli spiritual yang melindungi wilayah Kanto, diberkahi titel terhormat [Hime] sejak usia muda, dan mengambil tanggung jawab terbesar yang diberikan pada setiap Miko.
“Sebagai hime-miko Musashino, tugasmu juga termasuk membantu tugas Komite Kompilasi Sejarah. Aku yakin kamu memahami ini? Kalau kamu punya pertanyaan lain, mohon kesampingkan dulu untuk sejenak, dan izinkan aku menyelesaikan ucapanku.”
“.....Tentu saja. Dan apa yang mungkin bisa saya bantu?”
“Akan jadi bantuan besar bagi kami kalau kamu menjadi lebih intim dengan seorang pemuda Jepang, dan juga untuk mengkonfirmasi identitas sejatinya. Namanya adalah Kusanagi Godou, dan remaja yang kami curigai sebagai Campione sejati.”
“Seorang Campione?”
Itu seharusnya adalah gelar yang diberikan pada tiran dan penyihir paling kejam serta terhebat di Eropa.
Mendengar gelar mengerikan itu, Yuri hanya bisa terpaku karena shock.
——Sepasang mata, membara seperti seekor Harimau.
Pada momen ketika ia mendengar gelar itu, hal pertama yang muncul dalam pikirannya adalah mata jahat seorang Iblis tua.
“Aku yakin kamu sudah paham alasan pertama kenapa kami memilihmu. Karena kamu sudah bertemu dengan Dyansta Voban di masa kecilmu, kamu mungkin mampu mengkonfirmasi apakah pria itu memang Campione atau tidak.”
“.....Ya. ‘Campione’ yang anda maksudkan, seperti penampilan Iblis kejam di mitos Jepang, reinkarnasi dari Rakshasha Raja[6], mereka harus dihindari apapun yang terjadi. Namun sulit bagiku untuk mempercayai itu. Supaya seorang manusia normal menjadi [Raja], bukankah dia harus membunuh Dewa?------- Sulit terpikir ada orang yang bisa melakukan hal tak masuk akal seperti itu!”
Itu adalah sesuatu yang terjadi lima tahun silam; Yuri pernah menemui Campione pada jarak dekat, saat ia masih berada di negara tertentu di Eropa Timur.
Dyansta Voban.
Hanya dengan mendengar namanya akan membuat seluruh Penyihir Eropa lekas bersembunyi di pojok, sambil mati matian melafalkan mantra sihir untuk mengusir kejahatan.
Yuri takkan pernah melupakan, mata biru itu, yang membara seperti harimau di kegelapan.
Dia menyadari beberapa waktu kemudian, bahwa Iblis tersebut memiliki kemampuan untuk mengubah makhluk hidup apapun menjadi debu hanya dengan tatapan matanya; yang semakin menambah rasa takut Yuri padanya.
“.......Aku juga merasakan hal yang sama. Aku juga tak percaya kalau Kusanagi Godou adalah Campione. Biar kukoreksi itu; aku tak ingin mempercayainya; meski dengan bukti yang kukumpulkan sejauh ini, segalanya jadi semakin tak jelas.”
Amakasu mengangkat bahunya.
“Menurut laporan majelis Greenwich, di bulan Maret tahun ini, Kusanagi Godou mengalahkan Dewa Perang Persia Verethragna di pulau Sardinia, dan mendapatkan hak untuk menjadi [Raja]. Setelah itu, dia bepergian ke berbagai tempat di Italia, dan kapanpun dia muncul di kota, kerusakan berskala besar selalu terjadi. Sangat jelas kalau ada hubungan diantara semua itu.......Sudahkah kamu mendengar tentang kekacauan di Roma?”
“Maksud anda serangan teroris di Colosseum itu.........”
“Pada hari dimana itu terjadi, Kusanagi Godou datang ke Roma. Seorang yang mengundangnya adalah Komandan dari corps Ksatria [Salib Tembaga Hitam], gadis muda Erica Blandelli. Dan ketika dia kembali ke Jepang, dia sepertinya membawa benda relic yang memiliki keantikan tinggi.......”
“Relic........”
Yuri sangat penasaran dengan apa yang dia baru katakan.
Kekuatan spiritual yang ia miliki sebagai hime-miko--------indera keenamnya yang sangat kuat dan mata gaibnya memberinya peringatan, bahwa dia tak boleh menganggap enteng hal itu, bahwa itu adalah objek terlarang yang dapat membawa bencana diluar bayangan.
“Tentang Kusanagi Godou, saya ingin sedikit mengkonfirmasi. Mungkinkah dia, seperti saya, mempelajari suatu bentuk sihir sebelumnya? Atau mungkin dia adalah master aliran bela diri tertentu?”
Yuri memutuskan untuk melakukan tugas ini sebisa mungkin, sehingga ia mulai mencari tahu.
Tentu saja dia sangat ketakutan pada [Tiran], dan kalau bisa, dia ingin menjauh, sangat jauh. Namun kalau dia tak memaksakan dirinya untuk maju, ribuan nyawa akan terancam bahaya. Kalau memang begitu, mungkin dipilih untuk melakukan hal ini adalah semacam takdir.
“Kalau kita bicara soal sihir atau ilmu mantra, dia sepertinya sangat tak berguna, dan sama halnya tentang seni bela diri. Semua hal sudah dipertimbangkan, lupakan soal bertanding dengan Dewa, bahkan latar belakangnya sama sekali tak ada hubungannya dengan Kedewaan.-----Yang jelas, lihatlah ini terlebih dulu.”
Touma mengeluarkan map dari tas kerjanya dan menyerahkannya pada Yuri.
Yuri dengan cepat membaca material di dalamnya.
Isinya adalah informasi investigasi tentang Kusanagi Godou. Dari karakternya, sejarah pribadinya, sampai keterlibatannya di Italia dan kemampuannya sebagai Campione, semua rincian sudah tertera dalam laporan.
“......Kalau aku mendapati hal yang tidak normal darinya, itu adalah dia pernah menjadi kandidat Jepang, terpilih untuk ikut serta dalam kejuaraan Baseball pemuda internasional. Selain itu dia adalah cleaner dan salah satu pemain terbaik di wilayah Kanto saat masih di bangku SMP.”
“Maaf, tapi apa ini Kejuaraan Baseball pemuda internasional?”
“Itu kompetisi baseball bergaya Amerika, kebanyakan diikuti oleh siswa SMP. Tapi kudengar saat dia sedang dalam kamp latihan untuk kejuaraan, dia terluka bahunya, sehingga mengundurkan diri.”
“Begitukah.......saya ingin bertanya, kenapa dia bertarung dengan Dewa Persia di Sardinia? Tentunya anda juga berpikir kalau perbedaan lokasi dan Dewa sangat aneh.”
“Tentang ini, kamu harus memberi ucapan terima kasih pada sang Alexander Agung, karena konsepnya tentang “Persaudaraan Manusia” untuk menyatukan ras Yunani dan Persia. Ini melahirkan budaya hellenistic dan latar belakang sama pada budaya Eropa dan Timur Jauh. Ini, tentu saja, jauh melebihi apa yang orang Jepang rata rata pikirkan tentang “kehidupan sehari hari”.”
Touma menjelaskan itu dengan senyuman kering.
Dalam mitologi India, Verethragna adalah Dewa yang sebanding dengan Indra; dan sebenarnya, dibawah penyatuan Alexander, dia disejajarkan dengan Dewa Perang Heracles, dan bahkan diberi istilah Yunani sebagai Artagnes. Setelah kematian Alexander, kemudian sekelompok penduduk dibawah komando Pompeii dikirim untuk tinggal di Sardinia. Kalau seseorang mempertimbangkan informasi ini, tidak bisa dibilang bahwa hal itu tak ada hubungannya sama sekali.
Yuri mendengarkan penjelasannya sambil membalik balik halaman map.
Pada poin ini, ia melihat foto gadis cantik berambut pirang keemasan ditempel di sebuah halaman.......bahkan Yuri, yang sama sama perempuan, terpesona melihat kecantikannya; itu sungguh pemandangan yang menyenangkan mata.
“Ah, gadis itu adalah Erica Blandelli..........dia telah diidentifikasi sebagai kekasih Kusanagi Godou, dan nampaknya dia adalah jenius tanpa tanding di bidang sihir dan ilmu pedang. Kurasa kamu bisa menyebutnya model penyihir dari keluarga prestigius.”
“Kekasih!?”
Mendengar kata tak bermoral itu, Yuri dibuat diam membisu.
“Nampaknya [Salib Tembaga Hitam] menyadari betapa pentingnya Kusanagi Godou sebelum siapapun, dan mengirimnya untuk bisa menjadi pasangannya. Biarpun mereka menggunakan kartu trump mereka, si jenius sejak lahir, orang itu masih harus menciptakan hubungan yang sangat intim dengannya. Sampai menggunakan gadis untuk strategi ini, aku harus memuji sikap ketelitian mereka.”
“Me-Menjadi kekasih hanya karena itu!? Itu, itu sungguh memalukan, sangat tak bermoral! Hal semacam ini benar benar salah! Mengorbankan perasaan wanita untuk mendapatkan kekuatan Iblis---------Aku tak akan pernah menerimanya!”
Yuri menatap dengan kemarahan pada foto Godou di folder.
Meski dia hanyalah Miko dengan kekuatan kecil, dia takkan pernah menerima tiran semacam itu. Terisi dengan amarah dan keyakinan, rasa takutnya pada Campione entah kenapa mulai surut.
“.......Ngomong ngomong, anda berkata ada dua alasan memilih saya. Boleh saya tahu alasan yang lain?”
“Tentu saja; faktanya, alasan kedua adalah sesuatu yang nampaknya sangat kebetulan.......”
Dan mendengarkan balasan Touma, Yuri hanya bisa merasa kalau ada takdir bekerja dibalik kebetulan yang hebat itu.
Siapa sangka kalau di tempat yang sama sekali tak terduga itu, Kusanagi Godou dan Yuri membagi takdir yang serupa.

[edit] Bagian 2

Sudah beberapa hari sejak dia kembali dari Roma.
Lebih tepatnya, setengah minggu, dan saat ini di Kamis siang, Kusanagi Godou tengah menikmati waktu bebasnya sepulang sekolah.
Setelah melewati gerbang sekolah, dia memutuskan untuk mengambil jalan yang agak memutar menuju rumahnya.
Dia akhirnya bisa lepas dari time lag, dan suasana hatinya menjadi lebih cerah dari sebelumnya------namun di saat pikirannya jatuh pada Gorgoneion yang tengah bersandar di lemari rumahnya, suasana hatinya kembali jatuh.
Bisa dikatakan kalau, setelah kembali ke Jepang, Godou mencoba berkali kali untuk menghancurkan pahatan itu.
Namun akhirnya hanya buang buang waktu.
Setelah menghabiskan waktu setengah hari berkeringat dan memikirkan hal itu, tak satupun usahanya menyisakan goresan padanya.
Godou mengingat kalimat perpisahan yang Erica kataka sebelumnya.
--------‘Mungkin itu terlihat seperti batu, namun sebenarnya bukan batu. Itu adalah, catatan dari kumpulan kebijaksanaan dari tak terhitung Dewa. Sehingga ia takkan pernah rusak, dan tentunya tak bisa dihancurkan.’
Saat ia sekali lagi mengutuk realita bodoh yang sekarang mengelilingi hidupnya, kakinya melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Keluarga Kusanagi tinggal di sudut gang Bunkyo di Tokyo.
Diantara banyak toko yang berada di dekat stasiun kereta; terletak di sudut, adalah toko buku bekas yang sudah ditutup.
Ini adalah kediaman Kusanagi. Setelah kematian sang pemilik toko, nenek Godou, empat tahun silam, perlahan bisnis semakin sepi, dan pada akhirnya ditutup.
Dan yang pasti, saat dibandingkan dengan hari hari ketika toko akan dibuka dan ditutup tanpa seorangpun pembeli, sama sekali tak ada yang berubah.
Khususnya ketika seorang menyadari kalau tak ada apapun yang mendekati ‘bagian manga’ di dalam toko, cukup mengejutkan kalau toko buku itu bisa bertanding dengan toko yang lebih baru. Mungkin toko itu bisa bertahan kalau lokasinya di Jinbocho[7], namun karena berada di gang sempit, justru akan lebih aneh kalau bisnis masih berjalan.
Sejak empat tahun silam, keluarga Kusanagi tak pernah berpikir untuk membuka ulang toko.
Kembali pada topik, jalan dimana toko buku itu berlokasi, jalan Sanchoume, di sekitar stasiun Nezu, masih mempertahankan gaya lama sampai hari ini, pinggiran Tokyo.
Meski Godou tak berpikir seperti itu karena selalu tinggal di area tersebut, banyak orang lain mengatakan hal seperti itu. Memang, arsitektur kuno seperti ini — Rumah Toko (Ruko) dengan gaya Zaman Showa — mengisi jalanan.
Benar benar berbeda dari jalanan di Roma, segar dalam ingatannya.
Sistem jalanan disana memiliki beberapa bangunan bergaya modern dan toko supermarket, melindungi kondisi aslinya, dan seluruh pemandangannya, dengan semua bangunan disekitarnya, adalah salah satu kemegahan gaya gothic.
Sehingga penghuni disana hampir nampak seperti pendatang dari kota lain, terisi dengan rasa vitalitas yang kuat.
“Onii-chan, selamat datang....... tumben sekali kamu pulang lebih awal.”
Tiba tiba sebuah suara terdengar dari belakang, memanggilnya.
Tanpa melihat sumber suara, dia sudah tahu siapa itu; apalagi, dia telah tinggal dengan si pembicara selama lebih dari sepuluh tahun.
“Shizuka, bukankah itu tidak adil? Aku sudah pulang lebih awal selama beberapa hari ini, namun kamu membuatnya terdengar seolah aku melakukannya dengan sengaja.........”
“Itu benar, tapi hanya selama beberapa hari ini saja. Sabtu kemarin, kamu pergi pagi pagi sekali, dan tak pulang sampai minggu malam. Dan kemudian, kamu bahkan membolos sekolah di hari senin. Kemana kamu pergi, dan apa yang kamu lakukan?”
Adik perempuannya memelototinya dengan tidak puas.
Kusanagi Shizuka, empat belas tahun, siswa SMP kelas tiga. Secara kebetulan, dia hanya setahun lebih muda dari Godou.
Tak seperti Godou, dia tak mengenakan seragam sekolah.
Kedua tangannya memegang tas belanja daur ulang, dan terisi dengan sayuran, susu, daging, dan belanjaan lain. Dia mungkin sudah pulang lebih dulu dan berganti pakaian, kemudian pergi membeli bahan bahan makan malam dan kebetulan berpapasan dengan Godou.
“Sudah kubilang, aku hanya pergi ke rumah teman untuk satu malam.......berapa kali aku harus mengulangi itu?”
Semenjak dia kembali dari Italia di hari minggu, Godou terus mengulangi balasan yang sama.
Mulai merasa terikat dengan responnya, dia apa boleh buat menjawab dengan alasan sama yang lemah.
.....Meski mungkin tak benar untuk memuji adik perempuannya, harus dikatakan kalau Shizuka memiliki wajah sangat imut.
Namun meski dia adalah adik perempuan, dia terus menerus bersikap buruk pada kakaknya; lebih seperti hubungan ibu-anak, terus menerus diomeli. Memang, eksistensi yang paling menyulitkan bagi Godou.
“Itu teman, kan?.....teman.....begitu.....oh....”
“Kalau kamu mau bicara sesuatu, bicara saja. Aku tak suka kondisi bertele-tele dan tak mengenakkan ini.”
Godou berbicara sambil mengambil tas belanjaan dari Shizuka.
Dia tak terlalu memikirkannya, namun bersikap hampir tanpa sadar dalam mengulurkan tangannya. Dia mungkin terlalu terlatih dengan kebiasaan kakeknya. Kebiasaan sungguh menakutkan.
Namun Shizuka masih memelototi kakaknya dengan mata kecurigaan.
“Jadi biar aku bertanya, yang kamu sebut teman ini, laki laki atau perempuan?”
“.......tentu saja laki laki.”
Dan sekarang, akankah kebohongannya dipercaya?
Berjalan sepanjang lorong dengan Shizuka, Godou mati matian mencoba mempertahankan sikap biasa, namun adik perempuannya masih memelototinya — membuat Godou berdoa pada setiap Dewa yang ia bisa pikirkan saat ini — kemudian bom berikutnya dijatuhkan.
“Oh begitu. Dan soal topik lain, seperti apa Erica-san itu?”
“-----------!?”
Godou menganga. ‘Kenapa Shizuka tahu nama itu!?’ melintas di pikirannya.
“O, Oh maksudmu Erica yang itu.......ya, anu, bagaimana bilangnya ya—“
“Aku tak pernah menyebutkan, namun sebetulnya, setelah onii-chan lenyap di hari sabtu, gadis ini menelepon rumah kita.”
Ucapannya sedingin es, dan matanya terlihat seperti pemburu yang hampir menembak mangsanya.
-----------------------------------------
Seminggu lalu, telepon berdering di kediaman Kusanagi.
Setelah Shizuka mengangkatnya, si pemanggil memberitahunya kalau namanya adalah Erica, dan memperkenalkan dirinya secara formal.
Dia bilang karena ada urusan menekan yang memerlukan bantuan kakaknya, dia memutuskan untuk meminta Godou menanganinya. Dia juga berkata kalau akan berlangsung beberapa hari, dan tak perlu mengkhawatirkan apa apa.
----------------------------------------
“Suaranya begitu menyenangkan, aku yakin kalau orangnya sendiri juga sangat menyenangkan di mata? Bukankah kamu setuju, onii-chan? Dan berapa usianya? Dan mari perjelas sekarang, tolong jangan membodohi aku dengan berkata kalau Erica adalah laki laki; itu sangat bodoh.”
Shizuka berbicara dengan dingin; memotong satu-satunya rute kabur bagi Godou.
‘Mengapa gadis-gadis ini terlalu......!’
Godou hanya bisa mengutuk Erica dan adik perempuannya.
Erica memutuskan menelepon rumahnya pasti karena alasan yang licik. Lebih tepatnya, dia berpikir kalau menimbulkan kekisruhan di kediaman Kusanagi adalah hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan.
Namun Godou tak pernah mengetahui kalau Shizuka juga penggemar hal semacam ini—
‘Lupakan Erica, adik perempuanku sama sama menyeramkan........’
Jadi selama beberapa hari ini, Shizuka sudah mengetahui kebenaran apa yang Godou lakukan. Namun dia tak langsung memberondong Godou, dan bahkan membuat Godou berpikir kalau dia sudah aman dengan menunggu beberapa hari!
“Itu karena kamu melakukan sesuatu yang tak bisa kamu ceritakan pada siapapun; itu memaksamu berbohong kan? aku tak percaya kalau kakek berhasil menebak apa yang kamu lakukan. Aku sungguh kecewa.........aku tak pernah menyangka onii-chan punya nyali melakukan hal seperti itu.”
“Wha! Apa itu ‘hal’ yang kakek bicarakan!?”
“Kata kata seperti ‘kalau laki laki kabur untuk menemui wanita tanpa memberitahu siapapun, pasti ada hal mencurigakan dan diam diam tengah terjadi. Dan di samping itu, aku juga pernah mengalami periode kehidupan seperti itu......’. Aku tak bisa mempercayaimu, onii-chan! Kupikir kamu orang yang lebih baik dari ini! Kenapa? Hubungan cinta terlarang? Kisah cinta satu sisi? Atau mungkin itu hubungan terlarang dengan guru sekolah seksi yang lebih tua......apapun itu, pasti hal hal semacam itu kan?”
Shizuka menginterogasi si malang Godou, dengan sorot mata membara.
Godou mati matian menggeleng kepalanya untuk membantah itu.
“Aku bukan kakek! Aku takkan pernah melakukan hal beresiko seperti itu!”
“Hmph! Kamu satu satunya cucu kakek, kan? bahkan wajah kalian mirip; mungkin kamu hanya menyadari bagian baru dari kondisi genetikmu, dan membangkitkan kemampuan interaksi wanita yang dimiliki kakek. Hal semacam itu pasti terjadi!”
“Bagaimana bisa begitu!? Keahlian kakek dengan lawan jenis tak ada hubungannya dengan DNA. Itu semua soal kepribadian seseorang, hanya karena aku cucunya bukan berarti kamu bisa menyamakan aku dengannya!”
‘Kenapa aku harus terlibat dalam argumen kakak-adik yang bodoh di depan rumah kami, di tengah tengah jalan yang terisi oleh toko?’
Semua tatapan orang lewat tengah menusuk-nusuk tubuh Godou.
Shizuka juga menjadi malu oleh situasi sekitarnya, dan dengan cepat memelankan suaranya.
“.....Jadi kenapa kamu berbohong padaku? Kalau tak ada alasan tak bermoral di baliknya, bukankah lebih baik kalau kamu jujur saja?”
“Lebih tepatnya karena aku takut masalah akan jadi ribet kalau aku melakukan itu. Anggap saja kalau aku berteman dengan Erica itu karena kesialanku; dan aku memang mengunjunginya, namun ada temanku yang lain juga. kami pokoknya tak punya hubungan tak bermoral seperti itu.......apa kamu percaya aku sekarang?”
Godou meletakkan tangannya di kepala adiknya, dan membelai rambutnya untuk membuat perasaannya lebih baik.
Shizuka memasang ekspresi tidak enak di wajahnya, namun ia akhirnya menghela nafas dan menerimanya.
“Bukannya aku tak mempercayaimu......tapi kamu tak boleh membohongi aku lagi, oke? Biarpun kamu mencoba menipuku, aku bisa tahu kamu berbohong dengan melihat sikap dan tindakan normalmu di rumah, paham?”
“Baiklah, anggap saja seperti itu, Ok?”
Sekarang karena masalah sudah selesai, Shizuka menunjukkan senyum malu malu. Kalau dia memasang ekspresi semacam itu sepanjang waktu, Godou merasa kalau dia bisa menyombongkan diri bahwa dia punya adik yang manis dan jujur.
Merenungkan ini, Godou tersenyum masam.
“Itu semua karena onii-chan pernah menjadi bagian tim baseball, dan selalu pulang larut; bahkan di hari sabtu, kamu akan berlatih dari pagi sampai petang. Tidakkah kamu ingin bergabung ke klub olahraga di SMA?”
“.......Aku tak merasa ingin melakukannya sekarang. Kupikir aku akan rileks dan bermain-main lebih lama lagi.”
Karena percakapan mendadak berubah ke topik yang sangat berbeda, Godou tak mampu memberikan balasan yang pasti.
Jujur saja, dia sendiri tak yakin cara bagaimana menjawab pertanyaan itu. Dia hanya tak yakin kalau dia cukup bisa menyembunyikan kebenaran.
Sudah jelas, itu tidak cukup bagus. Shizuka dengan cemas menatap kakaknya.
“Bahumu.......apa masih sakit? Umm, bahkan orang yang tidak atletik sepertiku mungkin tak seharusnya mengatakan ini, mungkin kamu bisa menjadi penyerang biarpun dengan bahu cidera--------Oh, aku mengatakan hal menyakitkan.........maaf, onii-chan.”
Shizuka berhenti di tengah tengah kalimatnya.
‘.......Tak peduli bagaimana kalian melihatnya, gadis ini tetaplah adikku’—Godou memikirkannya tanpa malu.
Meski Shizuka nampak seolah seperti orang yang bijaksana, momen ketika hal menyentuh datang dia akan mengatakan hal tak sensitif—apa dia harus menjadi seperti kakaknya bahkan dalam hal hal kecil seperti ini?
“Yah, aku tak bisa menyangkal kalau kamu sedikit berisik. Hanya saja aku tak merasa enak pada hubungan antara senior dan junior di tim olahraga, jadi bukan masalah itu tim baseball atau bukan, aku hanya tak berniat bergabung di salah satu dari mereka.”
Godou dengan lembut membelai rambut adiknya lagi.
Meski Shizuka tak yakin berapa banyak yang dia dengar adalah kebenaran, ia hanya menganggukkan kepalanya dengan tak senang. Mungkin adik ini memang lebih pandai dari kakaknya; setidaknya dia paham untuk tak mengatakan hal hal tak perlu.
---------Namun, ada hal hal lain yang bahkan Shizuka tak sadari.
Yakni, setelah menjadi Campione, bahu kirinya, yang seharusnya lemah dalam melempar bola baseball, sudah sembuh dan memulihkan kekuatannya. Tentu saja, itu semua karena kekuatan penyembuh luar biasa yang dia telah dapatkan.
Ketika Godou memasuki bangku SMA, dia menyerah pada baseball karena alasan ini.
Namun alasan ia tak memulai olahraga lagi lantaran alasan berbeda. Karena dia sekarang memiliki kekuatan dan ketahanan supernatural, itu akan menjadi penghinaan besar dari etika olahragawan.
Dan tim baseball di sekolahnya juga salah satu yang selalu kalah telak di ronde pertama dari kejuaraan inter-distrik.
Meski dia kadang kadang masih iri pada sesama pemain baseball lain yang terus mengejar bola putih kecil itu, kalau Godou ingin memasuki tim menyedihkan itu, dia mungkin tak akan diizinkan.
Namun saat seorang membandingkan kehilangan itu dengan kesempatan hidupnya, pengorbanan kecil ini masih bisa diterima. Setidaknya, itulah bagaimana Godou coba melihatnya.

[edit] Bagian 3

Godou dan Shizuka mencapai rumah sekitar jam enam sore.
Karena pernah menjadi toko buku, pintu depannya adalah jenis pintu geser.
Rumah itu—relik dari perang dunia kedua—adalah bangunan kayu dua lantai.
Meski sudah tua, ia telah direnovasi dan diperluas tiga kali, dan bisa dianggap rumah yang nyaman.
Kedua saudara memasuki rumah bersama, dan kakek mereka yang ramah menyambut mereka.
“Oh, jarang sekali melihat kalian berdua pulang ke rumah bersama?”
Kakek mereka, saat ini tengah membaca buku tua dari rak—Kusanagi Ichiro berujar.
Seperti yang dikatakan tadi, belakangan ini adalah toko buku, sehingga beberapa baris rak buku yang terisi oleh buku buku dan karya tua yang tak sempat terjual di hari bisnis terakhir toko masih memenuhi ruangan. Karena itulah, ruangan itu disesaki oleh banyak, banyak buku.
Namun kembali ke poin utama—
Kakek mereka, berada di dalam ruangan yang dulunya toko tua, terlihat sama seperti biasanya.
Dia selalu berdandan dengan rapi, baik ucapan dan tindakannya penuh percaya diri dan ketegasan. Meski sudah berusia 70 tahun lebih, dia masih memiliki kharisma yang kuat; dia masih nampak bagai gentleman yang gagah sampai terasa menakutkan.
Kakek Godou sudah membesarkannya untuk menggantikan Ibunya yang sibuk dan bekerja sejauh yang ia bisa ingat.
Semua pekerjaan rumah tangga yang ia lakukan sangat teliti dan cermat, dan dia akan memasak setiap hari.
Kalau dia memikirkan itu secara nalar, sebenarnya tak ada masalah, namun.......
“Shizuka, mungkinkah kamu sudah menebarkan jaringmu, dan menjebak Godou sampai dia harus berkata jujur? Jadi, bagaimana?”
“Yah, sepertinya lebih rumit dari dugaan kita. Onii-chan masih bersikeras kalau mereka ‘hanya teman’, dan mulai hari ini seterusnya aku akan memperhatikannya baik baik untuk memastikan apa dia bohong atau tidak. Kita pasti akan tahu kebenarannya.”
“Kalian berdua, berhentilah berbicara sembunyi-sembunyi di depanku.”
Seseorang yang mampu memahami seluruh percakapan hanya dengan sekali menatap ekspresi cucu lelaki dan cucu perempuannya— adalah kakeknya yang berbahaya.
Seseorang yang bisa secara terbuka mengatakannya dalam percakapan kalau Shizuka tak mempercayai kakaknya— itulah adiknya yang agresif.
Dan termasuk Ibunya yang saat ini tidak ada disitu—dan tak melupakan ayahnya yang sudah bercerai, sekarang tinggal entah dimana— berarti ada lima anggota dalam keluarga Godou.
“Namun Shizuka, kamu juga jangan kelewatan. Aku pernah jadi seperti dia; lelaki seusia Godou kabur dari rumah selama beberapa hari tidaklah aneh, jadi jangan terlalu kuatir.”
“Shizuka, jangan dengarkan kakek; aku sama sekali tidak sepertinya! Ingat saat dia masih pelajar? Dia sampai bernyali membuat hubungan dengan janda dan Geisha, dan bahkan tidur di tempat mereka— dia bahkan tak berangkat sekolah selama dua minggu. Aku tak mungkin melakukan hal seperti itu!”
Godou berteriak keras keras, sambil menahan tatapan simpatik namun pengertian dari kakeknya.
Menyedihkannya, yang ia ucapkan susah dipercaya.
“Dari mana kamu dengar rumor itu? Biar kuceritakan, saat aku masih pelajar, aku sangat serius dalam belajar. Shizuka, jangan merasa wajib untuk menerima sesuatu yang jelas jelas bohongan.”
Kakeknya tersenyum, sambil menyangkal tuduhan Godou dengan anggukan kepalanya.
Kusanagi Ichirou—ketika masih muda, ia sebenarnya adalah playboy yang hebat dan lihai.
Dan bahkan di usianya saat ini, dia masih mampu menampilkan kebiasaan yang sama. Itu pasti kebiasaan yang sudah mendarah daging.
Saat Godou mendengar semua “kemampuan” kakeknya, sesuatu segera masuk dalam pikirannya— ‘begitu, kalau dia menjalani hidup tak bermoral di masa mudanya, tak heran kalau dia sekarang menjadi orang tua yang susah diatur’.
“Baiklah, karena Shizuka sudah membeli bahan bahannya, aku akan mulai siapkan makan malam. Bisakah kalian berdua membantuku?”
Tipikal sikap ramah tamah kakeknya, dia dengan lembut mengalihkan topik lagi.
Kalau bicara soal hubungan antar orang, kalian tak bisa membantah kalau dia hampir seperti esper.
Dan karena Shizuka juga memahami hal ini, dia tak bersusah-susah mengomeli kakeknya— namun dia paham level kemampuan diantara mereka terlalu besar— sehingga sebagai pelampiasan, dia bersikap sangat keras pada kakaknya.
‘Kuharap aku bisa minta setengah dari sikap kakek, jadi aku tak akan kalah dari adikku dan Erica......’
Kadang kadang, Godou merasa iri dengan hal hal yang tak dia miliki.
Meja di ruang makan terisi dengan hidangan malam itu.
Ikan cod panggang, gurita dan lobak rebus, dan salad segar dengan bumbu buatan tangan, dimakan dengan nasi dan sup miso. Memang perwakilan sempurna dari hidangan ala Jepang.
Anggap saja kalau juru masak yang menyiapkan hidangan mereka selevel Gourmand[8], sehingga semua hidangannya sangat bagus.
Mencicipi sejumlah lobak dan sup miso seledrinya—melebihi standar yang biasanya. Rasa yang lembut dan agak tajam sangat sempurna.
“Eh? Kakek, apa kakek membuat acar sayuran ini sendiri?”
“Jadi nostalgia; dulu nenek juga suka membuatnya.”
Ditambahkan sedikit pada hidangan adalah acar wortel merah dan garam.
Kedua saudara mengambil sumpit mereka, dan mencoba secicip; rasanya, sesuai ucapan mereka, sangat lezat.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, ini bukan acar yang beli jadi, dan lebih kelihatan buatan tangan. Namun mereka paham kalau kakek mereka tak pernah ahli dalam membuat acar.
“Ah, itu pemberian Nyonya Sakuraba, yang memiliki toko Liquor. Rasanya enak, kan?”
Pria tua itu bahkan tak malu malu menyembunyikannya.
Namun setelah mendengar ucapannya, baik Shizuka dan Godou saling bertukar tatap dengan kecemasan. Sudah tak terhindarkan sekarang, dari hari ini dan seterusnya akan ada pertandingan sengit diantara para wanita yang cemburu.
Sudah beberapa tahun sejak nenek mereka meninggal.
Mereka tak yakin sejak kapan itu bermula, namun bagi para wanita yang tinggal di sepanjang distrik perbelanjaan yang ingin menjadi lebih dekat dengan kakeknya yang sudah single, semua bertanding untuk memberikan semua macam hal padanya.
Semua mereka adalah Ibu rumah tangga dengan keluarga mereka, atau nenek tua.
Kalau mereka—yakni, Nyonya Murakawa yang memiliki toko pancake, Nyonya Endou yang menjual mainan di pinggir jalan, Nyonya Yamanoi yang memiliki toko piranti keras, dan semua yang lain—mengetahui kalau Nyonya Sakuraba memberi mereka acar, mereka semua pasti akan bertanding mengirim masakan yang mereka buat sendiri.
Kalau seseorang menganggap bahwa ia memiliki tetangga yang baik, tak ada yang lebih baik dari ini.
Namun semua wanita itu menatap kakek mereka dengan mata emosional. Demi kedamaian di gang perbelanjaan ini, baik Godou dan Shizuka berdoa kalau kakek mereka bisa sedikit lebih mengendalikan dirinya........
Namun, tak ada artinya mengkhawatirkan hal itu sekarang.
Kedua saudara menggeleng kepala mereka dan mengarahkan mata mereka pada hidangan lezat di hadapan mereka, dengan kecepatan halilintar dari sumpit dan mulut mereka, masing masing hidangan di meja habis dengan cepat.
Tepat ketika semua piring sedang dicuci, dan semua orang bersiap membersihkan meja.......
Telepon yang terletak di ruang tamu mendadak berbunyi.
“Biar kuangkat teleponnya~ ~ Hallo, ini kediaman Kusanagi, boleh bertanya siapa yang anda cari?”
Shizuka menatap Godou dan kakeknya, yang tangannya penuh oleh sabun dan penggosok cucian, dan kemudian berbalik untuk menjawab panggilan.
“Ma, Mariya-senpai? Adakah sesuatu yang kamu perlukan? Kenapa kamu menyempatkan diri untuk menelepon kami........”
Sepertinya itu adalah orang yang Shizuka kenal.
Dia masih menelepon saat Godou selesai mencuci dan memasuki ruang makan.
“Ya, ya, dia ada di rumah saat ini.......Tapi kenapa senpai mencari onii-chan? Kupikir kalian berbeda kelas? Ah, bukan, tolong jangan katakan itu! Aku, aku paham. Akan kupastikan untuk memberitahunya. Ya, baiklah. Se-semoga sore harimu menyenangkan......”
‘Semoga sore harimu menyenangkan?’ Godou mulai merasa ada yang tak beres.
Karena tadi dia menyebutkan ‘onii-chan’, mereka pasti membicarakan soal Godou. Itu sudah cukup aneh, namun yang lebih mencemaskan adalah sapaan formal di bagian akhir tadi. Siapa yang Shizuka sedang ajak bicara?
“.........Onii-chan, tolong duduk disini.”
“Tapi aku sudah duduk. Shizuka, apa yang kamu bicarakan?”
Godou menanyai adik perempuannya, yang menunjuk pada lantai tatami di depannya.
Karena dia sudah duduk bersila kaki, sudah alami dia akan menanyakan itu.
“Aku ingin kamu duduk dan berlutut dengan benar! Aku ingin mengajukan pertanyaan, dan kamu sebaiknya menjawab dengan jujur--------- Onii-chan, sejak kapan hubunganmu dengan Mariya-senpai menjadi dekat?”
“Hah?”
Shizuka----------yang, entah kenapa, memaksa kakaknya untuk berlutut— melemparkan pertanyaan yang tak jelas padanya.
“Siapa? Maksudku, siapa dia? Kurasa aku tak mengenal orang dengan nama itu.”
“Apa kamu berbicara jujur?.......Oke, kulanjutkan saja sekarang, kita bisa lanjutkan bagian interogasi itu nanti.”
Adikku tersayang...........caramu mengatakan ‘interogasi’ dengan santai sangatlah mengerikan.
“Onii-chan, apa kamu tahu gadis paling cantik di sekolahmu?”
“Aku.....tak tahu? Hal semacam itu sama sekali tidak penting. Kecantikan bukan sesuatu yang harus kita urutkan peringkatnya.”
“Kamu benar, tapi di sekolahmu, ada seseorang yang begitu superior sampai tak perlu dibandingkan dengan orang lain untuk membuat keputusan.........dan itu adalah Mariya Yuri-senpai.”
Godou dan Shizuka belajar di institusi yang sama—Akademi Jounan memiliki divisi SMA—dan divisi SMP.
Kedua bagian berada di gedung sekolah yang sama, sehingga kedua saudara sering berjalan bersama ke sekolah.
Perjalanan memerlukan dua puluh menit lamanya, yang sangat mudah bagi mereka.
Namun Godou pada dasarnya bersekolah di SMP negeri yang normal. Di ujian masuk SMA ini, dia cukup beruntung bisa diterima di Jounan, dan mulai bersekolah disana sejak awal musim semi ini. Kebalikannya, adiknya Shizuka sudah bersekolah di gedung itu sejak permulaan tahun SMP-nya, sehingga secara alami sudah lebih lama bersekolah disana, dan lebih memahami orang orang di sekolah.
“Dia senpaiku dari klub upacara minum teh, dan juga siswa kelas satu sepertimu di SMA. Dia sangat terkenal karena kecantikannya sejak dia memulai tahun SMP-nya, dan juga sangat pandai; dia selalu berperingkat lima terbaik setiap tahun.”
Saat ia mengatakan itu, Godou sedikit mengingat kalau adiknya adalah anggota dari klub upacara minum teh.
Sebenarnya di Akademi Jounan, cukup wajar bagi siswa SMP dan SMA untuk ikut serta dan bergabung di klub yang sama.
Sehingga, ‘Mariya Yuri’ ini adalah kedua senior dari klub yang sama, dan sudah mengenalnya sejak SMP, tak ada yang aneh kalau dia menelepon Shizuka. Jadi kenapa Godou harus berlutut disini?
“Lalu? Apa yang Mariya ini katakan?”
Godou berbicara dengan sedikit was was. Dia tak tahu bagaimana panggilan teleponnya ada kaitannya dengan kondisinya saat ini.
Dia sedikit mengingat nama gadis itu sebelumnya.
Kadang kadang, hal itu datang dari mulut para siswa lelaki di kelasnya, namun topik itu ternyata juga populer di kalangan para siswi wanita; yang mengatakan kalau dia sangat cantik dan semacamnya.
“Baiklah, langsung ke topik utama. Mariya-senpai, walaupun sangat lancang baginya, ingin bertemu dan mengobrol denganmu, onii-chan.........dan Mariya-senpai bukan hanya cantik, namun sangat cerdas, dan seorang ojou-sama.”
“.......Apa itu ada kaitannya dengan undangannya?”
“Tentu saja ada! Onii-chan, mungkinkah kamu memanfaatkan fakta kalau dia adalah gadis polos dan lugu, lalu berbicara lembut, berbohong dan bermain main dengannya?”
Mendengar Shizuka menuduhnya dengan begitu banyak hal aneh, Godou sekejap menimpali;
“Mana bisa aku melakukan itu pada seseorang yang namanya saja baru aku kenal?”
“Lantas kenapa dia menelepon rumah kita, dan meminta menemuimu, Onii-chan? Sungguh mencurigakan.”
Bahkan Godou tak bisa menyangkal fakta yang baru saja dia sebutkan.
“Namun ada yang aneh soal itu. Kalau dia mau menemuiku, bukankah aneh kalau dia memintamu menyampaikan pesannya? Karena dia menelepon, kenapa tak langsung berbicara padaku saja?”
“Mungkin dia tak bisa melakukannya? Bagaimanapun juga, dia adalah ojou-sama sejati. Meski senpai sangat pandai, biasanya dia tak berbicara soal efisiensi; dan selain itu, dia mungkin gugup berbicara pada anak lelaki melalui telepon--------------intinya adalah, senpai sangat hebat; saat dia berbicara sampai jumpa, dia bahkan bisa mengatakan ‘kuharap kalian akan terus baik baik saja’ dengan sangat alami.”
“........Mariya-san ini, apa dia hidup di abad ke dua belas?”
Diantara para gadis yang Godou kenal secara pribadi, tak ada yang menyapa orang dengan cara semacam itu.
Namun, gadis gadis di sekitar Erica mungkin saja.
Tak peduli bagaimana anggapan kalian, tak terbantahkan kalau dia adalah putri berharga dari keluarga Blandelli. Dia bahkan tak harus mencoba; kalau dia memikirkannya, dia bisa memancarkan seluruh sikap ‘ojou-sama’ dalam sekejap.
“Dia bukannya ketinggalan zaman, dia hanya keturunan dari keluarga bangsawan kuno. Membandingkan nama Kusanagi kita dengan keluarga mereka, kita hanya rakyat jelata. Tak ada hubungan diantara kita sama sekali.........”
“Dan sekarang aku jadi makin bingung; kenapa dia harus mencariku? Mungkin dia hanya salah orang?”
Semakin Godou mendengar tentang hal itu, semakin dia percaya kalau gadis itu berasal dari ‘golongan lain’.
Selain dari para penyihir yang akrab dengannya di Italia, hubungan Godou semuanya normal dan terkesan membosankan. Dia hanya tak bisa ingat apa yang sudah dia lakukan sampai menarik perhatian seorang Tuan Putri semacam Mariya.
Namun, Shizuka hanya melotot dingin pada Godou seraya berujar:
“.......Apa iya? Belakangan semua tindakan onii-chan sangat mencurigakan. Misalnya, seperti perihal tentang Erica-san.”
“........Sudah kukatakan, dia hanya teman biasa.”
“Oh, benar juga. Mariya-senpai juga berkata..........dia ingin melihat benda yang kamu bawa pulang akhir akhir ini. Apa yang dia bicarakan?”
Mendengarkan hal itu, semua pertanyaan Godou akhirnya terjawab sudah.
Selain Gorgoneion, Godou tak perlu memikirkan hal yang lain.
---------Begitu rupanya. Kalau dia ada kaitan dengan para penyihir itu, tak aneh seberapa ketinggalan zamannya dia; sebenarnya kalian bisa menganggap kalau itu adalah hal yang sangat wajar.
Godou akhirnya menyadari. Walaupun dia baru pulang ke rumah, dia sudah tercebur dalam situasi rumit lainnya. Dia menjadi depresi lagi.

[edit] Catatan Penerjemah dan Referensi

  1. Kuil Nanao: 七雄神社 artinya "Kuil dari Tujuh Pahlawan".
  2. Aula Depan, dalam Kanji tertulis begini 前殿, secara teknis adalah aula kecil kuil, namun susah dicari persamaan artinya (di Inggris dan Indonesia). Pokoknya itu adalah aula terkecil (biasanya dengan patung atau gambar dewa-dewa tertentu) sebelum seseorang memasuki kuil utama.
  3. Kosode, Furisode, Hakama: Cari sendiri disini Kosode, Furisode, dan Hakama. Pusing gue.......
  4. Miko: Miko biasanya adalah gadis kuil di Jepang. Namun dalam cerita ini, istilah itu juga bisa mengacu pada suatu tipe Pengguna-Sihir, dan tidak semua Miko adalah gadis kuil. Karena itu istilah Miko gue biarkan kalau nanti muncul lagi.
  5. Hime-Miko: Bahasa Jepang untuk "Gadis Tuan Putri Kuil". Itu adalah nama sekelompok penjaga kuil tertinggi dan sama halnya Miko, gue biarkan namanya tetap seperti itu.
  6. Rakshasha: roh kejam dan ganas yang memicu kekacauan di dunia manusia. http://en.wikipedia.org/wiki/Rakshasa
  7. Jinbocho: sangat terkenal di Tokyo sebagai area publikasi dan toko buku bekas.
  8. Pakar memasak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar