Selasa, 09 Oktober 2012

Bab 1: Liburan di Roma

[edit] Bagian 1

Cukup misterius kalau bahkan rona langit bisa berubah drastis dari negara satu ke negara lain.
Langit yang Kusanagi Godou tengah lihat melalui jendela Bandara saat ini tak memiliki awan setebal awan biru langit di Jepang. Langit negara Latin, seolah menembus cakrawala, adalah warna biru yang sangat indah.
Menolehkan matanya dari belakang ke depan, yang dia lihat adalah kerumunan orang orang dengan kebangsaan berbeda berkeliaran dimana mana.
Adalah adegan yang sangat jarang ditemukan di Jepang.
——Bandara Fiumicino.
Juga disebut bandara Leonardo da Vinci. Ini adalah bandara nasional di ibukota Italia, Roma.
Dan bukan karena piknik sekolah dia datang kemari. Jadi pada waktu itu, Godou adalah satu satunya siswa SMA Jepang yang berada di tempat itu.
“Padahal aku sama sekali tak punya niat kembali ke sini setelah setengah tahun........”
Godou bergumam sambil mengamati lalu lintas besar yang sangat cepat di sekitar bandara.
Setelah berguncang guncang di pesawat selama duabelas jam, ia akhirnya sampai di negara Latin ini. Karena rasa lelah duduk di pesawat menembus perbedaan zona waktu, tubuhnya terasa amat sangat lemah.
“Ini memang bukan yang pertama kali, atau yang kedua, tapi gadis itu sama sekali tak peduli dengan situasi orang lain.”
Sambil menguap, dia mencoba menemukan wajah familiar di tengah kerumunan.
Target pencariannya pasti takkan sulit untuk dilewatkan.
Rambut pirang cerahnya mirip dengan mahkota yang berkilau. Kecantikannya jauh lebih tinggi dari gadis manapun dalam ingatan Godou. Dan di samping itu fakta kalau semua orang pasti akan melihat ke arahnya, memiliki sikap tak seperti orang kebanyakan—
Kalau dia sudah dekat, Godou pasti akan segera mengenalinya.
Namun seorang yang sedang ia cari — Erica Blandelli — tidak muncul.
Dari orang orang yang mengenakan kemeja bisnis sampai klien biasa yang membawa tas ke kelompok turis yang sudah jelas, dia dikelilingi oleh orang orang di segala arah, namun ia masih tak bisa menemukan Erica.
.......Dikatakan kalau kurang lebih orang Italia memiliki kebiasaan buruk datang terlambat dari waktu yang dijanjikan.
Namun dalam kasus Erica, kebiasaannya datang terlambat bukan karena latar belakang etnisnya, namun sekedar karena kemalasannya.
Setelah mengenalnya selama beberapa bulan, Godou sangat yakin akan hal itu.
Lebih jauh lagi, Erica Blandelli bukan hanya malas. Selain sikap seenaknya sendiri, caranya yang selalu mempermainkan orang lain untuk kepentingannya sendiri menjadikannya wanita egois.
Misalnya, sehari sebelum Godou mendadak menerima panggilan ini.


“Dengar, akan sangat bagus kalau kamu bisa datang ke sisiku segera. Begitulah situasinya, jadi persiapkan dirimu untuk mengambil penerbangan pertama besok pagi. Aku akan menyambutmu di bandara.”
Itulah kalimat pembukanya.
Itu pada akhir Mei, di siang akhir pekan.
Godou menerima panggilan itu hari Jumat jam 4 pm.
“Apanya yang “begitulah situasinya” yang seenaknya kamu katakan? Aku tak punya tugas untuk memahami situasimu. Juga, aku punya rencanaku sendiri, jadi cari orang lain sana.”
Kenapa dia harus memanggilnya tiba tiba seperti ini. Wanita itu.......
Godou membalas dengan dingin saat pulang kerumah dari sekolah.
“Karena aku sangat merindukanmu, merespon hal itu sangat jelas, kan? Dan kamu pasti sangat mencintaiku sampai kamu tak bisa menahan dirimu, jadi bukankah undanganku ini bagus?”
“Tidak, aku sama sekali tak merindukanmu. Berhentilah memalsukan perasaanku seperti itu...... Lagipula, terakhir kali aku menemuimu adalah dua minggu lalu, bahkan belum setengah bulan, dan bagi dua orang yang tinggal terpisah di Tokyo dan Milan, mustahil untuk bisa saling bertemu sesering itu.”
Dia memprotes dengan sikap sekaku mungkin.
Dia sudah terbiasa dengan sikap mengerikan wanita itu. Namun ia tak bisa membiarkan dirinya terjebak dalam permainannya.
“Ya, ya. Sangat alami setelah tak mampu bertemu selama setengah bulan, Godou yang malang. Waktu yang dihabiskan terpisah dari kekasihmu membuat perasaanmu jadi cemas dan khawatir, sehingga aku cukup bersimpati padamu......tentang masalah ini, karena aku juga punya ide untuk memperbaiki situasi, mohon teruslah berharap. Jadi tentang rencana besok......”
Tanpa mempedulikan lawan bicaranya, Erica terus melanjutkan percakapan.
Seperti yang diduga dari gadis dengan sebelas tahun pengalaman dalam kebiasaan seenaknya sendiri, dia tak peduli dengan situasiku sama sekali.
“Jangan bicara lagi, Erica. Percakapan kita sampai disini saja. Kalau kamu mau menjelaskan semuanya dengan jelas dan perlahan, dari awal sampai akhir, aku akan mendengarmu, tapi kalau tidak, aku tutup sekarang juga.”
“Seperti yang kuduga darimu. Kamu menolak undangan biarpun itu dari aku. Kamu adalah satu satunya yang tak bisa mengambil umpan.......Yah, aku belum pernah jadian dengan laki laki, namun aku tak mungkin salah.”
Erica menjawab dengan suara penuh kegembiraan.
Godou hanya bisa merengut, biarpun dia tahu kalau Erica mengatakan itu dengan sengaja.
Sikapnya sungguh buruk seperti biasanya.......meskipun mengetahui kebiasaan setannya, jumlah laki laki yang sudah dia tolak pasti sangat banyak.
“Kalau begitu kukatakan sekali lagi. Kusanagi Godou, kuharap kamu segera datang ke Italia. Aku perlu bantuanmu. Akan sulit bagiku menyelesaikan masalah ini dengan kemampuanku sendiri. Jadi mohon pertimbangkan lagi baik baik. Aku, Erica Blandelli, bersumpah atas kehormatanku kalau aku takkan berbohong padamu.”
Dia mendadak jadi serius.
Lebih jauh lagi, dia memakai “kehormatan”nya. Setelah bersumpah seperti itu, dia takkan berbohong apapun yang terjadi. Karena bagi Erica Blandelli, kehormatannya lebih penting dari apapun juga.
——Apa boleh buat, Godou mendesah.
Meski Erica memang orang yang suka semau gue, seseorang yang tak peduli pada pikiran orang lain, seseorang yang suka bermain main dengan orang lain dan memiliki kepribadian setan, dia masih tetap penyelamat yang sudah menyelamatkan nyawa Godou berkali kali.
Karena dia sudah berkata sebanyak itu, Godou tak punya pilihan selain menerimanya.
“........Aku paham. Aku akan turuti kemauanmu, jadi jangan lupa untuk menjemputku.”
“Jawabanmu membuatku sangat senang, semoga Tuhan memberkahi semangat keberanianmu.”
“Terus aku harus apa? Kupikir kamu sudah tahu, tapi aku masih ingin memastikan kalau aku takkan membantumu melakukan hal hal mencurigakan.”
“Tentu saja, kamu hanya perlu mempertahankan kebiasaan seorang Raja, dan bertarung sebagai Raja. Untuk sisanya, kamu tinggal percayakan padaku.......Namun, cukup bagus aku tak perlu mengandalkan kartu trump kali ini. Aku akan merasa bersalah kalau sampai menggunakannya.”
“Kartu trump?”
Setelah mendengar Erica mengucapkan kata berbahaya, Godou terkejut.
“Kamu benar, karena kupikir kamu, Godou, memiliki kewajiban untuk memenuhi semua permintaanku, bukankah kamu setuju?”
“Setuju atau tidak, jangan main main, kenapa aku harus setuju pada semua permintaanmu padahal aku hanya teman.........”
“——Padahal kamu sudah......”
Erica berbisik.
Itu adalah bisikan setan yang sangat gemar mempermainkan manusia. Godou secara refleks ingin segera kabur.
“Padahal kamu sudah mengambil kesucianku, dasar iblis. Apa kamu sudah lupa malam penuh gairah kita saat di Sicilia itu?”
“I-Itu sesuatu yang kondisi paksakan pada kita, hanya hasil dari masalah pada waktu itu. Bukan karena aku ingin melakukan hal semacam itu.............”
“Ya, itu benar, mengharapkannya dari dasar hatiku, aku memberimu kesucianku. Dan segera setelahnya, kamu mendadak menjadi dingin padaku..........kamu berpikir takkan perlu memberi makan ikan setelah ditangkap, bukan begitu?”
Meski dia terus memprotes, nada Erica terdengar sangat senang.
Dasar setan! Godou mengutuknya dalam hati.
“Jangan katakan hal hal yang bisa memicu kesalahpahaman, nanti terlihat seolah olah kita punya semacam hubungan rahasia! Kalau orang lain mendengar ini, mereka pasti akan menyalah artikan kita!”
“Tapi itu memang hubungan rahasia! Bahkan setelahnya, bibir kita bertemu lagi dan lagi, tubuh kita di atas satu sama lain—“
“Karena itu kuminta kamu berhenti mengatakannya dengan tak jelas begitu!”
“Oke, jawablah ini : Kalau aku kebetulan menceritakan pada adik perempuan imutmu tentang apa yang terjadi diantara kita, menurutmu apa yang akan terjadi?”
Godou menyadari kalau dia sudah kalah telak.
Meskipun apa yang Erica katakan terkesan dibumbui di sana sini, itu semua benar. Dan Godou tak ingin Shizuka yang cerewet mengetahui itu. Kalau itu terjadi, akan jadi masalah besar baginya.
Pada saat itu, Erica pasti sedang tertawa di seberang lautan sana di Negeri asing.
Pikiran Godou membentuk jelas gambaran seorang gadis menawan yang membuat senyum percaya diri penuh kesombongan.
“Ka-Kamu sebenarnya ingin memakai itu untuk memerasku kan?”
“Jangan khawatir, asal kamu menunjukkan ketulusanmu, aku pasti takkan memberi masalah pada adikmu. Aku bersumpah atas kehormatanku.”
“Jangan bersumpah atas kehormatanmu untuk itu! Bukankah hal memuakkan seperti pemerasan adalah kebalikan dari kehormatan!”
Dan dengan itu, kunjungannya yang mendadak ke Italia berawal.
Godou, yang pulang ke rumah sehingga bisa mempersiapkan perlengkapannya, membuka kotak surat tanpa ragu ragu.
.......Memang, sebuah surat datang melalui surat udara.
Pengirimnya adalah Erica Blandelli.
Surat itu berisi tiket penerbangan dari bandara Narita ke Roma.
Surat ini tak diposkan secara normal. Godou menyadari itu karena tak ditempeli perangko.
Kalau bukan [Corps Ksatria] mencurigakan Erica cabang Tokyo yang mengirim ini secara rahasia, mungkin dikirim dengan cara yang lebih abnormal — misalnya dengan [sihir], dan dikirim secara langsung dari Milan, Italia. Tak ada keraguan tentang hal itu.



“Maaf, apakah anda............”
Godou, yang tak bisa menemukan Erica dan terus menggerutu dengan tenang, diinterupsi oleh sepenggal kalimat Jepang.
Bukan hanya pelafalannya sangat lembut, namun juga sangat akurat.
“Rambut hitam, mata hitam, tinggi sekitar 180 cm, meski wajahnya tidak buruk, ada kekurangan jadi dua puluh poin diambil dari wajahnya.........anda Kusanagi Godou-san, bukan?”
Seorang yang mengatakan itu adalah wanita berambut hitam, sekitar dua atau tiga tahun lebih tua dari Godou.
“Nama saya adalah Arianna Hayama Arialdi, dan atas perintah Erica-sama, saya datang kemari untuk menjemput anda, mohon kerjasamanya.”
“Mohon kerjasamanya.........permisi, namun nada melecehkan barusan tadi, itu cara bicaranya Erica, kan?”
“Ya. Ternyata memang anda. Syukurlah kalau begitu.”
Arianna-san sendiri nampaknya tidak memiliki maksud buruk.
Tingginya sedikit lebih dari 160 cm dengan senyuman hangat, dia tak jauh berbeda dari gadis Jepang normal. Dia juga cukup menawan karena suasana anggun yang menyelimutinya.
Dia terlihat tidak berbahaya sehingga sulit dibayangkan kalau dia berhubungan dengan Erica dalam cara apapun.
Atau mungkin dia hanya terlihat seperti seorang yang di luar takkan membunuh serangga, dimana kenyataannya dia memiliki kekuatan tak tertandingi, seperti hewan buas yang menyembunyikan taringnya?
“Anda mungkin sudah menduga dari nama saya, namun kakek saya lahir di Jepang. Karena itulah tugas memandu anda diserahkan pada saya. Mohon panggil saya Anna. Semua teman saya juga melakukan hal itu. “
“Kalau begitu kamu panggil aku Godou saja. Meski tidak semua temanku memanggilku seperti itu, setidaknya Erica memakainya.”
“Saya paham, Godou-san.”
Anna menunjukkan senyum riang.
Seperti bunga Lili dibawah hembusan angin kecil, penampilannya sangat menawan.
Meski kalau dia memanggil Erica dengan imbuhan ‘-sama’, dia pasti anggota kelompok yang tak bisa mengenali perbedaan era dan masih menganggap diri mereka sebagai Penyihir dan Ksatria.
“Kamu tak kelihatan seperti orangnya Erica; kamu lebih seperti orang biasa.”
“........Ah, jadi anda juga berpikir seperti itu? Karena saya tidak punya kemampuan apa apa, saya masih pemula. Beruntungnya, saya sudah banyak dibantu Erica-sama, dan beliau menjadikan saya sebagai bawahan langsungnya.”
Anna-san memang terlihat sangat muda dan normal. Tak ada darinya yang terlihat diluar kewajaran.
Dia bilang dia masih pemula, dan Godou sangat menyetujui itu.
“Tapi menjadi bawahan langsungnya...........terdengar sangat sulit. Bukankah itu berbahaya?”
“Ah, tidak, saya hanya mengurus pekerjaan rutin sehari hari, jadi tidak ada bahaya, dan Erica-sama sangat kuat, jadi beliau selalu melindungi saya.”
Mengurus pekerjaan rutin sehari hari......?
Bukankah dia lebih seperti maid ketimbang bawahan?
Bukankah dia lebih seperti maid ketimbang bawahan?
Dan Erica juga sangat pemalas, jadi tugas tugas yang bahkan dia sendiri bisa selesaikan pasti semuanya diberikan pada Anna.
........Godou mulai mengasihani gadis yang lebih tua darinya ini.
Berpikir kalau Anna mungkin salah seorang yang menderita oleh Erica, Godou berpikir kalau dia harus sedikit lebih perhatian padanya.
“Ngomong ngomong, kenapa aku tak melihat orang yang memanggilku kesini?”
“Erica-sama saat ini sedang menghadiri pertemuan penting, dan ketika beliau selesai beliau akan langsung menemui anda, jadi mohon biarkan saya yang mengurus anda sepanjang waktu ini.”
Mohon izinkan saya mengurus segalanya, ujar Anna. Sepertinya dia bisa diandalkan.
“Apa Anna-san tahu yang Erica inginkan dariku? Orang itu tak menceritakan apa apa dan memanggil ku kesini, dan sekarang aku masih kebingungan.”
“Mohon maaf, saya sendiri juga tidak tahu. Saya hanya diberitahu kalau Godou-san adalah tamu terhormat Erica-sama, dan disuruh memandunya.........”
“Jadi begitu rupanya!? Dia tak memberitahumu siapa aku?”
“Memang........mungkin karena Godou-san seseorang yang sangat penting? Mungkin itulah kenapa beliau tak mengizinkan saya mengetahuinya.”
“Kupikir itu bukan hal yang penting. Jujur saja, aku hanya siswa sekolah Jepang yang dipanggil secara paksa kemari, jadi pasti takkan ada masalah.”
Kalau Godou harus berkata apanya yang salah, maka itu adalah fakta bahwa sulit untuk mengatakan siapa dia sebenarnya.
Namun masalah itu tidak penting saat ini, jadi Godou tak mengatakan apapun.
“Ah, berbicara seperti ini di tempat ramai terasa kurang nyaman. Mari kita berjalan jalan. Apa ini pertamakalinya Godou-san datang ke Roma?”
“Tidak sih, tapi kapanpun Erica memanggilku, aku tak pernah punya waktu beristirahat tak peduli kemanapun kami pergi.”
“Maka kali ini, pasti ada waktu, saya sudah diintruksikan oleh Erica-sama kalau kita bisa berjalan jalan sebelum kembali, jadi izinkan saya menjadi pemandu anda. Mobil sudah saya persiapkan.”
“Mobil, rupanya........kalau itu adalah mobil BMW mewah dengan seorang supir, maka tidak terima kasih, aku tak bisa tenang naik mobil semacam itu.”
Kapanpun Erica memilih mobil untuk bepergian, ia selalu memilih mobil semacam itu.
Namun, saat Godou memintanya sekali, ia menjawab kalau ia tak punya pengalaman menaiki bis atau trem. Anna nampaknya berbeda dengannya, namun.........
“Tidak terlalu mewah kok, dan saya yang akan menjadi pengendaranya, jadi jangan khawatir.”
Untuk membuang kecemasan Godou, Anna tersenyum dan berjalan ke depan.
Tak urung penampilannya membuat Godou mengaguminya sekali lagi. Sampai Erica memilih seseorang untuk mengurus rutinitas sehari harinya, seseorang yang santun seperti Anna-san, sungguh sulit dipercaya.
Bagian pentingnya bukan karena dia sangat teliti, namun karena dia adalah orang normal.
.......Namun, saat Godou menyadari kalau dia membuat kesimpulan itu terlalu cepat, semuanya sudah terlambat.

[edit] Bagian 2

Di kediaman resmi Tuan Putri Keluarga Savoy[1], tengah berlangsung rapat di sebuah ruangan yang luas.
Meski masih siang hari, jendela ruangan ditutup rapat rapat, benar benar memblokir pandangan dari luar.
Disekitar meja berukuran raksasa yang biasanya digunakan dalam konferensi terdapat empat orang, termasuk Erica.
Yang pertama adalah dia — Erica Blandelli.
Gadis enam belas tahun Erica Blandelli adalah orang termuda disini.
Total terdapat dua orang tua. Mereka adalah komandan dari [Wanita Tua] dan [Serigala Betina]. Khususnya di negeri ini dimana dunia sihir berkembang, keduanya adalah Komandan dari corps Ksatria terkuat negara ini.
Untuk memanggil mereka dengan cara lama, mereka adalah Grand Master[2].
Dan yang terakhir adalah seorang pria muda.
Dia adalah Komandan muda yang memimpin corps Ksatria [Kapital Lili][3], dan mungkin masih di awal usia tiga puluh tahun.
Posisi pria itu sama dengan Erica.
Seperti Erica, yang mewakili [Salib Tembaga Hitam][4], dia juga telah memenangkan posisi [Ksatria Agung].
Telah terdapat ribuan penyihir sejak zaman kuno.
Disamping para Penyihir besar, ada juga para penipu, dan [Ksatria] yang mempelajari pedang, tombak, pisau, dan sihir, termasuk di dalamnya. Pendahulu Erica adalah Ksatria Templar yang memuja Baphomet[5] yang selain merupakan pengguna sihir, mereka juga ahli senjata.
Dan titel [Ksatria Agung] hanya bisa diberikan pada sosok paling terkenal diantara para prajurit.
“Kalau begitu semuanya, sudah waktunya kita membahas ini, alasan sakit kepala kita. Kepada tangan siapakah Gorgooneion[6] harus kita serahkan?”
Komandan dari [Wanita Tua] mengajukan pertanyaan itu.
Dan kemudian Komandan dari [Serigala Betina] mengajukan keberatan.
“Menyerahkan pengurusan Gorgoneion pada orang lain? Apa itu bisa diterima? Kupikir itu bukan keputusan yang bijaksana. Biarpun pemimpin kita, Raja Salvatore, tak berada disini, memberikannya pada Raja dari negara lain, bukankah itu memalukan? Apa kalian tidak malu menjadi bahan tertawaan?”
“Yang ingin tertawa silahkan tertawa sepuas puas mereka. Yang paling penting pada saat ini adalah kali ini, ini adalah Gorgoneion yang asli, dan kita tak memiliki Raja yang bisa diandalkan, jadi rasa malu bukanlah apa-apa dibanding dampak yang akan kita terima.”
“Dipermalukan bukanlah yang paling penting. Kalau itu membuat Raja marah, lantas apa yang kita harus lakukan? Kalau Raja Salvatore menyadari jika kita meminta bantuan Raja yang lain, lantas siapa yang bisa memikul amarahnya? Aku sangat khawatir oleh fakta itu.”
Kata kata ini umumnya tidak diucapkan oleh para sesepuh itu.
Tapi, biarpun teknik pedang mereka sangat hebat, dan mereka menua dengan lambat, mereka tetap saja harus menunjukkan rasa hormat mereka terhadap “Raja”.
Memang, bahkan sang Ksatria terkuat, Ksatria berperingkat paling tinggi, tak bisa berbuat apa apa melawan Raja atau Dewa.
Dan itulah kebenaran sejati di dunia ini.
“Namun apakah Raja Salvatore akan marah oleh hal seperti itu? Di mata orang itu, kita hanya selevel lebah yang berkerumun di sekitar sarang lebah. Kalau hanya soal lebah memilih ratu baru, kupikir beliau tak akan keberatan dengan itu.”
Memotong diantara kedua sesepuh itu, adalah sang Komandan [Kapital Lili].
Tinggi pria jangkung itu sekitar 190 cm, bagian bawah wajahnya ditutupi jenggot, dan meski wajahnya tidak terlalu buruk, ia memberikan semacam perasaan suram.
Dia mengenakan jubah besar, namun tidak cocok dengan dasi warna ungunya.
Warna yang mewakili [Kapital Lili] adalah ungu.
Salah satu kewajiban kelompok itu adalah mengenakan sesuatu berwarna ungu.
Dan Erica mengenakan gaun berwarna merah tua dengan hiasan mawar di kepalanya, yang juga mewakili warna merah dan hitam dari [Salib Tembaga Hitam].
“Disamping itu, aku tak tahu Raja mana yang harus kita mintai bantuan. Gorgoneion adalah simbol Ibu Bumi. Kalau soal bertarung dengan Dewa-Dewi paling kuno, Marquis Voban mungkin akan dengan senang hati mencobanya. Jadi kesimpulannya biarpun kita bisa kabur dari [Dewi Sesat], tak akan ada artinya kalau itu akan menarik Iblis dari Balkan itu.”
Kalau Iblis itu menggunakan seluruh kekuatannya, dua kota akan dengan mudah hancur jadi abu.
Itu karena “kekuatan”nya adalah menghancurkan, memusnahkan, dan melenyapkan hampir semua makhluk hidup di muka Bumi.
“Ada Raja lain yang bisa kita minta bantuan.”
Pada saat itu, ketika Erica berpikir itu adalah saat yang tepat, ia akhirnya membuka mulutnya.
Dia pikir itu adalah kesempatan terbaik untuk mengakhiri perdebatan tanpa kesimpulan ini.
“Kudengar kalau John Pluto Smith dari Amerika Serikat, yang sangat peduli pada keselamatan penduduk, adalah Raja yang sulit dimiliki. Apa maksudmu kita harus menyeberangi lautan Pasifik untuk meminta bantuannya?”
Sang Komandan [Kapital Lili] menanyakan itu dengan nada serius.
Sambil Erica meneguk cangkir kopinya, ia menjawab dengan nada enteng.
“Bukan. Penjaga Suci dari Los Angeles itu sepertinya hanya sibuk melindungi Pantai Barat dari [Sang Raja Lalat], jadi aku ragu dia akan memiliki energi tersisa untuk menerima permintaan kita.”
Sikap mereka berdua yang lebih muda sepertinya lebih santai ketimbang kedua orang tua.
Mereka bukannya meremehkan keseriusan situasi. Sikap berani mereka berasal dari kepercayaan diri mereka yang tinggi.
“Berarti apa maksudmu adalah Pemimpin Jiangnan Luo Hao? Atau Pangeran Hitam dari Cornwall? Mereka semua memimpin asosiasi mereka sendiri. Kecuali kita bergabung dengan mereka, mereka takkan membantu kita, bukan begitu?”
“Aku tidak bicara soal mereka berdua. Dan sebelum anda bertanya, Nona Aisha dari Alexandria juga bukan.”
“Berarti tak ada lagi. [Raja] ------ Orang orang yang dinamakan Campione, hanya ada enam di dunia ini. Kita sudah menyebutkan semua nama mereka.”
Si tua Marquis dari Eropa Timur dan ahli bela diri China selatan, begitupun Ratu dari Gua Monster.
Mereka adalah Raja yang paling berpengalaman, sudah hidup selama dua abad, dan setelah itu adalah Sang Pahlawan dari Dunia Baru, begitupun Raja yang mengendalikan Kekaisaran Inggris, sang Pangeran Hitam.
Dan pada abad ini, juga ada pendekar pedang terkuat dari Eropa, yang menerima titel Raja.
Dan sampai saat ini, mereka semua adalah orang orang yang dikenal oleh semua orang yang memiliki sihir meski hanya sedikit di dunia ini.
Namun, pada akhirnya, ada juga Raja yang terlahir di Negara di samudra pasifik, dan tidak terlalu dikenal oleh semua orang, selain beberapa perkecualian------ sebagai contoh, seseorang yang sudah melihat “dia” bertarung dengan mata kepalanya sendiri.
Erica mempunyai perasaan superior, dan menyebutkan nama “dia”.
“Tidak, masih ada seorang lagi. Nama Kusanagi Godou belum disebutkan. Dia adalah Raja baru, Campione ketujuh, dan yang sedang aku bicarakan. Karena Raja Salvatore tak ada disini, satu satunya yang bisa kita minta bantuan hanyalah dia.”
“Kusanagi Godou!”
Komandan [Serigala Betina] mengatakannya dengan suara bergumam.
“Aku sudah dengar namanya akhir akhir ini, yang dirumorkan sebagai orang Jepang yang menjadi Campione.......namun masih tak diketahui apakah itu benar, kita belum memiliki bukti.”
“Aku juga sudah membaca laporan Majelis Greenwich. Maksudmu seorang yang disebutkan telah menang melawan Verethragna, dan mencuri kekuatan sepuluh bentuknya? .......Itu memang sulit dipercaya.”
Melihat kedua sesepuh itu memasang sikap negatif, Erica memasang senyum penuh kebanggaan.
“Berarti anda semua sudah membaca laporan itu? Sampai sekarang, Raja Salvatore telah absen untuk memulihkan tubuhnya, dan orang yang memberinya luka itu adalah Kusanagi Godou. Memang, di sore hari setengah bulan lalu, kedua Raja saling bertarung, dan hasilnya seri. Keduanya terluka sangat parah, namun beruntungnya, Kusanagi Godou telah sembuh total.”
“.....Maksudmu Kusanagi Godou itu mampu bertarung seimbang dengan Raja Salvatore?”
“Mustahil! Raja memiliki empat kekuatan! Biarpun Kusanagi Godou adalah Campione, dia seharusnya baru punya satu kekuatan. Perbedaan yang begitu jauh itu membuatnya sulit dipercaya!”
Erica menatap kedua sesepuh dengan sedikit kekecewaan di matanya.
“Apa yang anda berdua bicarakan? Mereka semua adalah Campione, dan memiliki kekuatan Raja. Perbedaan diantara kekuatan bertarung di atas kertas, jelas tak memiliki makna apa apa.”
Mendengarkan ucapannya, kedua sesepuh menutup mulut mereka dengan tatapan tidak senang di wajahnya. Orang yang membuka mulutnya adalah Komandan [Kapital Lili].
“Aku punya pertanyaan untukmu, Erica Blandelli, bagaimana kau tahu kalau kedua Campione itu saling bertarung, sesuatu yang bahkan kami dan organisasi sama sekali tak ketahui?”
Sang pria muda bernama [Ksatria Ungu] bertanya.
Itu adalah titel yang diberikan pada [Ksatria Agung] dari [Kapital Lili], yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
“Alasannya cukup sederhana. Itu karena aku menyaksikan pertarungan itu. Aku telah menyaksikan pertarungan Kusanagi Godou, dan karena itu aku menyarankannya. Kusanagi Godou, suatu hari, tentu akan menjadi sebanding dengan Raja Salvatore dan sang Iblis Marquis Voban. Demi mempersiapkan diri kita untuk hari itu, kupikir kita harus membangun hubungan dalam dengannya sesegera mungkin.”
“Oh, disanjung begitu tinggi oleh Erica, yang dijuluki [Diavolo Rosso][7], dia pasti orang yang sangat hebat. Dari cara bicaramu, kurasa kau memiliki hubungan yang cukup dalam dengannya, secara pribadi.”
" Memang, anda sekalian dapat menganggapnya seperti ini. Aku, Erica Blandelli------adalah kekasih orang itu, dan juga Ksatria nomor satunya. "
"Memang, anda sekalian dapat menganggapnya seperti ini. Aku, Erica Blandelli------adalah kekasih orang itu, dan juga Ksatria nomor satunya. "
Erica mengatakan itu tanpa malu malu dan dengan jelas menyatakan keterlibatannya dengan “dia”.
Dan sebagai hasilnya, kelompok itu hanya bisa menghela nafas.
“[Salib Tembaga Hitam] telah menyatakan kesetiaan kepada Kusanagi Godou!”
Komandan [Serigala Betina] menyatakan itu.
Memiliki [Raja]-------Negara yang memiliki Campione sangatlah langka.
Karena jumlah mereka hanya ada tujuh di dunia ini, hal itu sangat jelas.
Namun di Italia, terdapat [Raja] bernama Salvatore Doni, dan dia adalah pria muda yang merupakan Ksatria beberapa tahun lalu dan telah menerima titel [Raja] setelah mengalahkan Dewa Celtic Nuadha[8].
Para Campione berfokus di Eropa sebagai pusatnya, dan memiliki Otoritas yang besar.
Entah itu orang orang yang memiliki hubungan dengan sihir, atau orang orang yang dipengaruhi oleh mereka di sektor politik atau ekonomi, mereka semua menyatakan sumpahnya pada sang [Raja], dan menjadi abdi setia mereka.
Mereka adalah Pengatur Tertinggi dan Iblis--------Karena mereka memiliki kekuatan tanpa tanding, seorang [Raja] bisa dikatakan sebagai tiran.
Menghadapi kekuatan luar biasa itu, jumlah orang orang yang memuja dan menyatakan sumpah pada mereka sangat tinggi.
“[Salib Tembaga Hitam] tidak berada di bawah Kusanagi Godou. Yang kukatakan adalah aku, sendiri, menjadi kekasihnya, dan mengurusnya........tentu saja, mungkin saja kita akan menyatakan sumpah setia padanya di masa mendatang.”
Menghadapi Erica, yang menunjukkan senyuman lembut, Komandan dari [Wanita Tua] sedikit tertawa dengan nada mencibir.
“Ternyata seperti itu, aku akhirnya paham alasan kenapa kau dikirim kemari. Meski kau adalah anak jenius yang menerima titel [Ksatria Besar] di usia semuda itu, mungkin masih terlalu cepat untukmu duduk di meja yang sama dengan kami. Satu satunya kemungkinan----------adalah kau ingin bertindak sebagai umpan, dan membawa Campione muda itu kemari.”
“Aku akan berpura pura tak mendengar pernyataan anda, atau reputasi anda para sesepuh akan rusak; mengganggu hubungan mendalam antara kedua orang yang saling mencintai. Anda akan diejek karena tindakan semacam itu.”
“Haha, bagus sekali itu! Seperti yang kuharapkan dari si Rubah betina!”
Para sesepuh mengatakan itu dengan nada sindiran.
Erica yang tersenyum sedikit mengangkat bahunya. Dengan ini perdebatan menjadi terlalu berisik, mungkin kondisi yang lebih tenang akan lebih baik.
“Pokoknya, maksudnya kalau kau disini, [Salib Tembaga Hitam] memiliki harapan untuk menerima perlindungan Kusanagi Godou. Dan sampai mendapat kepercayaan orang sepertimu, itu artinya Kusanagi Godou sudah membuktikan dirinya-----Karena itu kau mengusulkan untuk meminjam kekuatannya kan?”
“Ya, hal yang paling penting adalah Raja Salvatore adalah Raja hanya dalam nama. Dia tak peduli pada apapun yang bukan urusannya. Jadi membangun hubungan baik dengan Campione lain sama sekali tidak buruk.”
“Namun sayangnya kita belum pernah melihat potensi dari Kusanagi Godou, dan untuk mengetahui apakah dia memang Campione atau bukan, aku harus menilainya dengan mata kepalaku sendiri.”
Sang [Ksatria Ungu] menyarankan itu dengan dingin pada Erica.
“Aku yakin kalau pernyataan [Diavolo Rosso] lebih berharga dari emas. Namun sayangnya, aku tak bisa mempercayakan takdirku padanya hanya karena itu.”
“Tentu saja, kupikir semua orang disini akan mengatakan itu, jadi biar aku membuktikannya.”
“Bagaimana kau akan membuktikan itu?”
Sang [Ksatria Ungu] akhirnya bertanya balik, seperti yang Erica duga.
Percaya kalau rencananya bekerja sesuai dugaan, senyum cerah merekah di wajah Erica, sesegar dan seindah mawar merah, dan semua orang dalam ruangan menghela nafas.
“Kusanagi Godou telah sampai di Roma. Malam ini, semuanya, mohon saksikan kemampuan bertarung pria itu dengan mata kepala kalian sendiri. Aku percaya kalau pendekatan ini akan lebih membuktikan daripada ribuan kata kata dari mulutku.”
“Meski kau bicara soal pertarungan, siapa yang akan jadi lawannya? Mencari orang yang bisa bertanding dengan Campione tidaklah mudah.”
“Orang tersebut ada di depan mata kalian.”
Erica menunjukkan senyum bahagia di wajahnya, senyum menawan seperti yang Godou pikirkan kemarin lusa.
“Izinkan aku, Erica Blandelli, menjadi lawannya. Atau apakah anda, [Ksatria Ungu] berpikir kalau aku, [Ksatria Besar] dari [Salib Tembaga Merah], yang juga dijuluki [Diavolo Rosso], tak layak menjadi lawannya?”
“Tidak......bukan begitu. Memang, kau orang yang paling tepat.”
Tertipu.
Wajah sang [Ksatria Ungu] menampakkan senyum dipaksakan, dan ekspresi suramnya akhirnya lenyap.
“Apa yang para sesepuh pikirkan? Mampu menyaksikan pertarungan [Raja], tak ada bukti yang lebih baik. Kalau kekuatan Kusanagi Godou itu sungguhan, akan kusetujui saran dari Erica.”
Sang [Ksatria Ungu] menyarankan itu untuk membuat para sesepuh mengizinkan.
“Pertarungan diantara Campione muda misterius dan [Diavolo Rosso]--------Ini sungguh menarik, Erica-san. Kita akan menjalankan rencanamu kalau begitu.


[edit] Bagian 3

Tentu saja, Kusanagi Godou tak tahu apa apa soal itu. Dia berada di tempat yang benar benar tak ada hubungannya dengan diskusi tadi.
Malahan, dia sedang sibuk mempertahankan nyawanya.
Selama tiga bulan terakhir, Godou mengalami beberapa macam bahaya.
Biarpun jelas-jelas ini adalah abad ke-21, hidupnya hampir melayang berkali kali oleh pedang, kapak, dan tombak. Hal seperti itu bahkan sudah tak bisa dihitung dengan jari di tangannya. Dan bahkan ada saat saat dimana ia diincar oleh panah dari busur silang.
Tapi setidaknya itu semua masih dalam pengetahuan manusia, jadi tidak terlalu sulit dipahami.
Dia juga mengalami kutukan yang akan merebus otak manusia biasa dalam sekejap, atau bahkan sihir yang menginjak injak target sampai mati oleh kuda dari dasar Neraka.
Namun, dimana seharusnya dia menikmati perjalanannya dengan pemandunya, kenapa dia harus mengalami hal sama yang ditemukan dalam adegan mengendara di film action, dengan mobil yang hampir menabrak pembatas jalan, atau jatuh ke sungai. Benar benar diluar dugaannya.
“........Apa mungkin Erica tahu soal ini, dan sengaja mengaturnya seperti ini.”
Godou mulai menduga.
Dia berpikir karakeristik wanita itu, dan nama julukan [Setan] yang mengikutinya.
Ya, kemampuan mengendara Arianna-san benar benar mengerikan.
Mungkinkah Erica tahu kalau akan seperti ini jadinya, dan secara khusus menyerahkan tugas ini padanya?
“Maaf, saya belum terlalu bisa mengemudi...........”
“Ini pertamakali saya mengemudi mobil seperti ini, dan ada banyak masalah juga saat saya datang kemari..........”
Saat Anna mengatakan itu ketika mereka berjalan ke tempat parkir, Godou sama sekali tak memikirkannya.
Dia menganggap itu hanya bentuk sopan santun yang biasa.
Melihat tata krama orang Jepang, sikap semacam itu sangat normal.
Jadi Godou tak terlalu memasukkan kata katanya kedalam hati, dan tetap masuk kedalam mobil.
“Mobil itu benar benar aneh. Disamping gas dan rem, ada juga pedal yang lain.”
“Tak apa apa, saya sudah mengingat metode mengemudi sejak saya datang kemari. Karena, kalau gas tidak diinjak kuat kuat, mobil tak akan berjalan, maka saya akan mengemudi lebih cepat dalam sekejap.”
Saat Anna mengatakan itu, Godou merasa ada yang tidak beres, namun semua sudah terlambat.
Dia sudah duduk di bangku pengemudi, dan memasang sabuk pengaman.
----------Dalam kurang dari sedetik, mobil berjalan dan berakselerasi.
Mobil yang Anna kemudikan melesat di jalan seperti peluru misil.


“Tak bisa kusangka, aku akan mengalami pengalaman hidup mati di tempat seperti itu........”
Ini adalah kafe yang menyediakan makanan dan kopi, sesuatu yang bisa dilihat dimana-mana di kota ini.
Godou baru keluar dari mobil yang lepas kendali, dan duduk di kursi kayu di depan sebuah kafe, sambil mencicipi espresso yang agak pahit, dimana Anna sedang mencari tempat untuk memarkir mobil.
......Sepuluh menit sebelumnya.
Anna-san mencoba menggunakan kopling yang tidak biasa dia gunakan, dimana mobil itu terbang sepanjang jalanan kota.
Dia bilang kalau pedal gas tidak diinjak kuat kuat, mobil takkan berjalan, jadi dia mulai melaju secepat 80km/jam dengan Mercedes-Benz, dan melakukan zig zag diantara mobil mobil di hadapannya (kadang kadang, mereka menyalip mobil yang menuju ke arah berlawanan), sampai mustahil untuk berbelok karena berada di jalan satu arah. Saat mereka melaju ke sungai, Anna menginjak rem darurat, dan akhirnya jadi seperti itu.
“......Anna-san, tolong parkirkan mobil di tempat parkir terdekat; aku mau istirahat sebentar di dekat sini.”
Godou mengatakan itu dengan nada yang tak mengharapkan pertanyaan.
Menyerahkan nyawanya sendiri di tangan supir pemula yang tak bisa membedakan antara mobil manual dan otomatis adalah hal mematikan. Yang menjadikannya lebih menyeramkan adalah fakta kalau si pengemudinya sendiri tak tahu kalau ada benang tipis yang memisahkannya dari kematian.
“Eh? Saya pikir saya harus mengajak Godou-san berjalan jalan di Roma—“
“Tak apa apa. Aku sudah capek! Aku mau istirahat dulu!”
Itulah yang terjadi.
Godou, setelah menyaksikan mobil dijalankan dan bergerak menjauh, memasuki sebuah kafe, dan berujar pada seorang bibi Roman disana kalau dia memesan espresso.
“......Anna-san, biarpun dia kelihatan normal dari penampilannya, sebenarnya orang yang sangat bego? Waktu itu, nyawaku hampir terbang.”
Sejak awal, Godou sama sekali tak peduli soal keberuntungan.
Namun belakangan ini, dia mulai merubah pikirannya.
Dia berpikir kalau dia adalah seorang yang, mungkin, benar benar sial........
Dia tak pernah menduga dirinya akan sesial ini sebelumnya. Namun selama enam bulan terakhir ini, jumlah ia berhasil lolos dari kematian terus meningkat, dan dia hanya bisa mulai memahami apa arti keberuntungan itu.
Setelah menyeruput espresso, dia merasakan hawa permusuhan di dekatnya.
Saat Godou meletakkan gelas itu di meja, matanya terpaku pada seorang gadis di tengah kerumunan.
Mereka berdua saling menatap.
-----------Sial!
Gadis itu bukan manusia biasa, dan sensasi yang ia rasakan tadi membuat ia mendapat firasat buruk.
Biarpun tubuhnya lelah oleh jet lag[9], yang membuatnya masih pucat, inderanya pulih dalam sekejap, dimana ketegangan mengisi seluruh tubuhnya hingga ke ujung jarinya.
Saat ia membuat kontak dengan musuh sepertinya, tubuhnya secara alami memasuki mode bertarung.
“............”
Si gadis muda juga berhenti berjalan, dan meneliti wajah Godou; mungkinkah dia juga memandang Godou sebagai musuh?
Dia adalah gadis yang sangat cantik.
Usianya sekitar tiga belas atau empat belas tahun, dan di usia itu, dia terlihat seperti malaikat kecil yang lembut dan mempesona.
Namun itu bukan hal mengejutkan. Mereka, bukan hanya cantik, namun memiliki tubuh yang sangat bagus. Semua dari mereka nampak sangat mencolok.
“........Kudengar ada Pembunuh Dewa yang menyebut dirinya Ksatria, dan pria itu telah menebas banyak hal dengan pedang sihirnya............apakah kamu orangnya?”
Sebelum Godou menyadarinya—
Si gadis dengan eksistensi berbeda itu sudah berada sangat dekat dengannya.
Dia memiliki rambut perak yang jatuh di bahunya seperti bulan yang memancarkan sedikit cahaya, dan pupil sehitam gelapnya malam.
Dia memiliki rambut perak yang jatuh di bahunya seperti bulan yang memancarkan sedikit cahaya, dan pupil sehitam gelapnya malam.
“Bukan, pria yang kamu bicarakan itu sedang terluka, dan sedang pergi ke pulau selatan untuk menyembuhkan tubuhnya, memakai alasan itu untuk pergi berpiknik.”
Orang yang sudah melukainya adalah Godou. Meski dia tak berniat memamerkan hal itu.
“.....Begitukah? Berarti kamu juga seorang pengembara”
Seolah pupil hitam seperti-malamnya memadat, ia dengan tenang menatap Godou.
“Apa yang kamu rencanakan? Sekarang, tujuanku hanyalah merebut kembali [Ular], jadi aku tak punya niat untuk bertarung. Namun, kalau kamu berniat bertarung, maka aku akan bertarung sekuat tenaga, dan yang kalah akan menjadi budak yang menang.”
“Aku tak paham apa itu [Ular], jadi aku tak berniat bertarung juga. kalau bisa, aku ingin mempertahankan hubungan kita, aku tak merasa ingin melawan orang macam kalian.”
“Aku paham, aku akan segera pergi, namun Pembunuh Dewa, kamu berbohong.”
“Berbohong?”
“Memang, tak ada Pembunuh Dewa yang tak tertarik untuk melawanku, jadi kamu pasti berbohong.”
Setelah mengatakan itu, si gadis berambut perak meninggalkan Godou.
Fuu, Godou menghela nafas.
Beruntungnya, mereka tak harus bertarung. Namun biarpun dia adalah Dewa, menyebut seseorang sebagai pembohong sama sekali tidak sopan.
Sambil ia memikirkan itu, seorang gadis berambut hitam terburu buru datang ke sisinya.
“Maaf, Godou-san, membuat anda lama menunggu.”
Orang itu adalah Anna. Sambil ia berjalan ke arah meja, Godou memberinya pertanyaan.
“Boleh aku pinjam ponselmu? Aku ingin mengontak Erica.”
“Tak apa apa, tapi mungkin pertemuannya belum selesai?”
Setelah mengatakan itu, Anna meminjamkan ponselnya pada Godou.
[Arianna, ada apa?]
Setelah memanggilnya berkali kali, pihak di seberang sana akhirnya menjawab panggilan. Itu adalah suara Erica, yang belum ia dengar sejak kemarin.
“Ini aku. Aku mau tanya sesuatu.”
[Jadi kamu sudah datang, bagaimana? Apa kamu sudah akrab dengan Arianna?]
“Soal itu, ada banyak hal yang ingin kuprotes, tapi bicarakan itu lain kali saja. Apa kamu memanggilku kemari untuk bertarung dengan Dewa?”
[Soal itu, aku sendiri masih tidak paham, meski kemungkinannya tinggi........Apa mungkin kamu baru bertemu Dewa?]
“Memang, barusan ada seorang Dewi.”
[Begitukah.........berarti kita harus cepat bergerak. Mari bertemu sekarang. Kita harus mempersiapkan diri untuk pertarungan malam ini--------]
“.......Apa katamu!?”
Godou baru mendengarkan kalimat yang tak mungkin ia abaikan, dan bertanya lagi.
[Aku bilang kalau, malam ini, kamu akan bertarung melawanku..........kupikir kamu sudah tahu tanpa aku memberitahumu kalau itu tak bisa dibatalkan, jadi persiapkan dirimu.]
“Untuk alasan apa kamu seenaknya membuat keputusan itu............”
Takdir seperti dadu yang digulingkan; selalu ada hal baru terjadi (biarpun dia tak menginginkannya). Pada saat itu, Godou akhirnya menyadari kalau takdirnya sama sekali tidak normal.



Waktu pukul 9:00 pm--------
Godou sampai dengan Anna di restoran kelas atas.
Mungkin ini juga cukup terkenal di Jepang, namun Godou tak tahu soal itu.
Saat Anna membawanya ke hotel ini, semua yang ada dalam pikiran Godou adalah perasaan ‘Tempat ini sangat mengesankan’.
Yang paling penting, sudah pasti, gadis yang tengah menunggunya.
Godou pikir dia tak bisa masuk tanpa mengenakan kemeja dan dasi yang pantas, namun itu nampaknya bukan masalah; mungkin ada hubungan dekat antara Erica dan pemilik restoran ini.
Saat keduanya sampai disini, Erica sudah menunggu mereka.
“Godou, lama tak jumpa, meski aku berharap kamu bisa mengucapkan kata kata indah untuk reuni membahagiakan kita, aku takkan berharap terlalu banyak, karena aku sangat paham kalau kamu tak punya bakat berpuisi.”
“Kalau kamu bisa mengubah sikapmu itu yang mengatakan semuanya berjalan sesuai rencanamu, mungkin akan kupikir pikir lagi.”
Meja Erica dna Godou dekat dengan jendela, dengan Anna berdiri penuh hormat disamping mereka.
Dibandingkan Godou, yang datang dengan pakaian kasual, Erica mengenakan gaun merah hitam cerah; mereka berdua nampak tidak saling cocok satu sama lain.
Di rambut Erica terdapat ornamen mawar hitam.
Mungkin karena penampilannya yang elegan dan cantik, namun rambut pirangnya nampak bagai mahkota Raja atau helm Ksatria.
Erica Blandelli bahkan mampu membuat seorang berkepala batu seperti Godou melihatnya sebagai gadis cantik dengan kharisma luar biasa; seandainya kepribadiannya lebih baik, dia akan sempurna. Itulah yang Godou tengah pikirkan.
“Arianna, terima kasih untuk kerja kerasnya. Apa ada masalah sampai saat ini?”
“Ada satu, Erica-sama........saya merasa tidak enak karena Godou-san berkata dia lelah, saya jadi tak bisa mengajaknya berjalan jalan di kota Roma.”
Godou hanya bisa berpura pura kalau dia tak mendengar ucapan Arianna.
Biarpun dia menyatakan masih punya energi tersisa, semuanya akan tersedot habis oleh mobil terbang yang nyaris membawanya ke dunia kematian, sehingga tak ada artinya memikirkan hal itu.
“Baguslah kalau begitu, Godou, apa Arianna sudah melakukan tanggungjawabnya untuk memandumu dengan benar? Karena aku sibuk dan tak punya waktu menyambutmu, aku jadi sedikit kuatir.”
“Hn. Gimana bilangnya ya.......itu tidak buruk.”
Godou tak melihat apa yang memancar dari mata Erica, yakni sorot mata yang ingin mempermainkan orang lain.
Alasan ia mengirim Arianna adalah untuk mengusili Godou.
“Ya kan? Syukurlah kalau kamu tidak kecewa, karena Godou suatu hari akan menjadi suamiku, dan Campione sejati-------“
“......Eh? Erica-sama, barusan anda bilang apa?”
“Aku bilang kalau Godou suatu hari nanti akan jadi suamiku, dan Iblis sejati.”
Senyum lembut dan menawan Anna, sepertinya membeku dalam sekejap.
Karena Godou merasa bersalah telah menyembunyikan hal itu dari Anna, ia harus meminta Erica untuk mengkoreksi ucapannya tadi.
“Hei! Tunggu dulu, kita belum pernah mengatur pernikahan diantara kita!”
“.........Padahal kamu sudah mengambil kesucianku, jadi kamu hanya mempermainkan aku? Sungguh kejam, aku memberikan jiwa dan ragaku pada kekasihku, yang ternyata adalah Play Boy seperti Don Juan-----------“
Erica dengan sengaja berbicara dengan nada tragis.
Biarpun Godou tak melihat senyum keluar di mulut Erica, dia bisa paham kalau ia tengah mempermainkannya.
“Tolong.........itu sama sekali tak seperti ucapanmu, kamu tahu situasi waktu itu, kan?”
“Jadi kamu memilih berbohong seperti itu. Ah ~~aku, umat Tuhan yang setia, hanya bisa memasuki biara untuk menyucikan tubuh dan jiwaku; aku tak mengira kalau pada umur semuda ini, aku akan harus meninggalkan hidup duniawi........”
“Apa kamu tak punya ketulusan hati? Kamu, yang aslinya adalah pengikut kepercayaan sesat, dan penyihir dari kelompok sihir, jangan berbicara seolah kamu adalah orang yang suci seperti Katolik!”
Sambil Godou memprotes Erica, sambil pura pura marah, ia dengan cepat memindahkan tatapannya pada Anna.
.........Anna terlihat seperti sedang melihat Raja Iblis yang melakukan pelecehkan seksual, dan sekarang menatapku dengan mata marah, dan menakutkan.
“Sungguh kejam, mengatakan kalau anda hanya siswa sekolah normal........saya tak mengira anda adalah Raja Iblis yang percaya ‘lihat, manusia itu seperti sampah’.........dan anda menggunakan kata kata manis untuk mengelabui Erica-sama, dan menyakitinya secara kejam........sungguh menjijikkan!”
“Tolong jangan berpikir aneh aneh tentang cerita semacam itu, apa dia kelihatan seperti orang yang bisa dikelabui dengan kata kata manis? Erica, kamu juga, berhenti melontarkan omong kosong; sangat tak sopan mengundang seseorang kemari hanya untuk menjahilinya habis habisan.”
“Tidak semuanya omong kosong, tapi pokoknya, hubungan kita akan didiskusikan baik baik nanti. Mari bicara soal pertarungan terlebih dahulu.”
Jadi akhirnya mereka memasuki subjek utama.
Apa hidangan yang disajikan di meja ini juga dibuat untuk persiapan bertarung? Minuman Erica bukan sesuatu seperti anggur wine, namun hanya air mineral.
“Jadi? Kenapa aku harus bertarung denganmu?”
“Supaya kamu bisa membuktikan kekuatanmu. Ada sejumlah Ksatria yang mewarisi seni sihir kuno berkumpul di Roma saat ini, mendiskusikan siapa yang akan mengurus Gorgoneion. Aku menyarankan kamu, tapi tiga yang lain hanya mau menerima kalau kamu membuktikan kekuatanmu. Itulah ceritanya.”
“.......Apa itu Gorgoneion?”
“Itu adalah relic mitologis yang muncul dua bulan lalu, di pantai Calabria. Gorgoneion adalah simbol seorang Dewi, yang hilang zaman dahulu kala tentang Ibu Bumi. Itu adalah tanda jalan menuju kegelapan. Karena tak ada waktu tersisa, akan kujelaskan dengan cepat------“
“Tak perlu, kamu tak perlu mengatakannya padaku. Kalau berkaitan dengan Dewa, maka aku tak mau tahu.”
Godou menghentikannya di tengah tengah percakapan tepat ketika Erica hendak memberikan penjelasan.
Entah kenapa, Godou sama sekali tak mau tahu soal mitologi; melihat sikap Godou, Erica tertawa oleh sikap keras kepalanya.
“Tapi kamu sudah menemui gadis itu, yang mungkin adalah [Dewa Sesat] kan? aku percaya kalau kalian ditakdirkan saling bertarung, cepat atau lambat. Aku sudah menduga kalau pada saat itu, kamu pasti akan bertanya padaku tentang dia.”
“Tolong jangan katakan hal hal bodoh itu; mari bicara tentang hal yang lain, kenapa aku harus bertarung untuk membuktikan kekuatanku? Apa tak ada cara lain?”
“Tak ada cara lain. Bagi kami Ksatria, duel adalah bukti paling penting. Bertarung setelah latihan tanpa akhir dalam bela diri, menunjukkan keberanian singa, dan akhirnya menerima kehormatan sebagai pemenang-------pertarungan diantara dua orang yang begitu saling mencintai, bukankah menurutmu itu akan jadi malam yang indah?”
“Siapa yang berpikir begitu! Aku justru menganggap malam ini akan jadi mimpi buruk!”
“Kamu benar benar tidak jujur dengan dirimu sendiri. Ah~~ apa karena ada orang orang di dekat sini sehingga kamu merasa malu?”
Erica menunjuk Anna dengan kepalanya, yang masih tetap diam dan tak berani mencampuri percakapan majikannya.
“Jangan khawatir. Setelah pertarungan, takkan kubiarkan siapapun mengganggu kita. Kita akan sisakan itu di saat terakhir jadi kita bisa menikmatinya dengan perlahan.”
Godou merasa kalau semua kesialannya memang diakibatkan oleh Erica.

[edit] Catatan Penerjemah dan Referensi

  1. ”Keluarga Savoy” atau “Casa Savoia” dalam bahasa Italia, adalah keluarga yang memerintah Italia sebelum pihak Republik membuang kebangsawanannya.
  2. Grand Master adalah titel kehormatan yang diberikan pada kepala Pasukan Ksatria.
  3. Dalam bahasa Jepang tertulis dengan [Yuri no To].
  4. Dalam Bahasa Jepang tertulis sebagai [Shakudo Kurojuji].
  5. Baphomet adalah Dewa yang dulu dipuja oleh Pasukan Ksatria Templar. Sedangkan Ksatria Templar adalah para prajurit yang dibentuk pada abad ke-12 oleh Gereja Katolik. Namun pemimpin terakhir mereka, Jacques de Molay, dibakar hidup hidup oleh Raja Philippe IV le Bel dari Perancis. Beberapa ahli sejarah juga ada yang menganggap kalau Baphomet adalah alias dari Nabi Islam Muhammad.
  6. Gorgoneion; adalah jimat dalam Yunani Kuno yang melambangkan kepala Gorgon.
  7. Diavolo Rosso bermakna “Iblis Merah Hitam” dalam bahasa Italia.
  8. Nuadha atau Nuada Airgetlam, Raja pertama dari Tuatha De’Danann.
  9. Rasa pucat dalam penerbangan karena waktu tidur yang terganggu oleh perbedaan zona waktu yang dilewati oleh pesawat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar