Selasa, 09 Oktober 2012

Bab 3: Hari pada Kehidupan Raja

Bab 3: Hari pada Kehidupan Raja

[edit] Bagian 1

Tak jauh dari taman Kyu Shiba Rikyu dan menara Tokyo, di samping restoran bintang lima dan dikelilingi sebuah sekolah, stasiun televisi, menara pemancar dan kedutaan, terdapat kuil-kuil yang jumlahnya mengejutkan.
Salah satu distrik memiliki jalan kecil yang melaluinya.
Meski jalan itu nampak mengikuti kontur jalan di sebelahnya, rute yang sempit itu bisa dilewatkan oleh siapapun yang tak menyadari kalau itu ada.
Kalau seseorang mengikuti jalur membingungkan dan seperti labirin, kalian entah bagaimana akan berakhir di tempat yang memiliki banyak anak tangga.
Kira kira terdapat 200 langkah, entah kenapa nampak begitu panjang untuk sesuatu yang terletak di jantung kota.
Setelah mendaki tangga batu, kalian akan menemui kuil Nanao[1], yang berada di puncak tertingginya.
Meski tumbuhan yang mengelilinginya tidak sepadat suaka alam, kuil itu, diteduhi oleh vegetasi yang rimbun, memberikan rasa tenang dan damai.
Di dalam halaman kuil sendiri, tak jauh dari Aula Depan[2], berdiri gubuk kecil untuk tujuan berganti pakaian dan menghias diri.
Dan di dalam salah satu ruangan, Mariya Yuri tengah berdandan.
Mengenakan kosode dibawah kurisode dan hakama[3] , ia menghadap cermin dan dan menyisir rambutnya yang hitam panjang.
Rambutnya nampaknya lebih ke arah kecoklatan ketimbang hitam, hampir seperti warna mutiara hitam. Dia tak mengecat rambutnya, namun itu sudah warna aslinya sejak lahir. Yuri selalu merasa tak nyaman karena hal itu, namun dia tak terlalu mempedulikan hal itu pada saat ini.
Ya, karena hal yang paling penting adalah sisir yang dia gunakan pada rambutnya telah kehilangan salah satu geriginya.
......Firasatku tidak enak, kuharap tak ada hal buruk terjadi.
“......Firasatku tidak enak, kuharap tak ada hal buruk terjadi.”
Dia berbisik dengan pelan pada opini tanpa dasar yang logis.
Sepertinya dia merasakan ada pertanda buruk.
Kalau dia adalah gadis normal, dia pasti segera melupakan hal yang barusan terjadi, namun Yuri bukan gadis biasa, dan merasa ada penyebab untuk menyelidiki lebih jauh.
Selesai mendandani dirinya, Yuri keluar dari dalam gubuk.
Sepanjang jalan menuju aula-depan, dia menjumpai sejumlah pendeta.
Menghadapi bungkukan dan sapaan ramah mereka, Yuri membalas dengan memiringkan kepalanya. Kalau cara sapaan ini diarahkan pada Miko[4], yang masih berusia 15 tahun itu, tentu ada alasannya.
Di kuil ini, Mariya Yuri memiliki posisi paling tinggi dan terhormat dibanding siapapun juga.
“----Oh, Hime-Miko[5],senang bertemu denganmu! Kalau kamu bebas, bisa kita mengobrol sebentar?”
Ucapan serius dan mendadak ini diarahkan padanya.
Meski pria itu mengucapkan frase yang penuh hormat seperti “Hime-Miko”, nada bicaranya tak menunjukkan rasa hormat sama sekali. Dia seperti bercanda, seperti badut yang datang entah dari mana.
Si pembicara perlahan berjalan ke arah Yuri. Meski ia mengenakan sepatu kulit, kakinya tak membuat suara sama sekali saat menapaki jalur berbatu menuju kuil.
Siapapun yang melihat caranya dalam bergerak akan menyadari kalau dia bukan pria biasa.
“.......Senang bertemu anda. Dan siapa anda?”
“Ah, maaf kalau aku kurang sopan. Mungkin sudah terlambat untuk memperkenalkan diriku, tapi namaku adalah Amakasu. Bertemu hime-miko elegan sepertimu adalah kehormatan bagiku. Kuharap kita bisa akrab dari sini seterusnya.”
Amakasu mengenalkan dirinya sambil mengulurkan sebuah kartu nama.
Yuri menerima kartu, dan menatapnya sejenak.
Nama lengkapnya adalah Amakasu Touma, namun yang membuat Yuri tertarik adalah titel di samping namanya, menyatakan departemen tempatnya bekerja.
“Dan apa yang membawa anggota Komite Kompilasi Sejarah ke tempat ini?”
Yuri bertanya dengan curiga.
Pria berdandan formal itu mengenakan pakaian ala barat yang kumal; dia cukup muda, mungkin sekitar dua puluh tahun, dan tidak terlihat ramah tamah.
Namun siapapun tak boleh menilai buku dari sampulnya. Dia adalah agen yang dikirim dari organisasi yang mengendalikan dunia sihir di Jepang. Yuri harus tetap serius dan waspada di setiap ucapannya.
“Sepertinya ada masalah akan datang, sesuatu yang bisa saja menjadi bencana terburuk yang pernah dialami negara kita. Masalah itu juga sangat rumit, sehingga kami berharap menambahkan kemampuan hebatmu untuk membantu usaha kami; karena inilah aku datang kemari, kuharap kamu memahami posisiku disini.”
“.......Gadis biasa ini hanya memiliki sedikit kemampuan, dan saya takut tak bisa membantu apa apa.”
“Kamu terlalu rendah diri. Meskipun benar kalau ada banyak Musashino Miko, mereka yang handal dalam membaca aliran energi spiritual, seperti kamu, sangat sedikit. Dan disamping itu, ada dua alasan tambahan kami memilih dirimu.”
Jepang selalu memiliki ahli spiritual atau pengguna sihir yang mewariskan kemampuan mereka.
Mariya Yuri adalah keturunan salah satu dari mereka.
Dan untuk istilah ‘Musashino’-------Mereka adalah organisasi ahli spiritual yang melindungi wilayah Kanto, diberkahi titel terhormat [Hime] sejak usia muda, dan mengambil tanggung jawab terbesar yang diberikan pada setiap Miko.
“Sebagai hime-miko Musashino, tugasmu juga termasuk membantu tugas Komite Kompilasi Sejarah. Aku yakin kamu memahami ini? Kalau kamu punya pertanyaan lain, mohon kesampingkan dulu untuk sejenak, dan izinkan aku menyelesaikan ucapanku.”
“.....Tentu saja. Dan apa yang mungkin bisa saya bantu?”
“Akan jadi bantuan besar bagi kami kalau kamu menjadi lebih intim dengan seorang pemuda Jepang, dan juga untuk mengkonfirmasi identitas sejatinya. Namanya adalah Kusanagi Godou, dan remaja yang kami curigai sebagai Campione sejati.”
“Seorang Campione?”
Itu seharusnya adalah gelar yang diberikan pada tiran dan penyihir paling kejam serta terhebat di Eropa.
Mendengar gelar mengerikan itu, Yuri hanya bisa terpaku karena shock.
——Sepasang mata, membara seperti seekor Harimau.
Pada momen ketika ia mendengar gelar itu, hal pertama yang muncul dalam pikirannya adalah mata jahat seorang Iblis tua.
“Aku yakin kamu sudah paham alasan pertama kenapa kami memilihmu. Karena kamu sudah bertemu dengan Dyansta Voban di masa kecilmu, kamu mungkin mampu mengkonfirmasi apakah pria itu memang Campione atau tidak.”
“.....Ya. ‘Campione’ yang anda maksudkan, seperti penampilan Iblis kejam di mitos Jepang, reinkarnasi dari Rakshasha Raja[6], mereka harus dihindari apapun yang terjadi. Namun sulit bagiku untuk mempercayai itu. Supaya seorang manusia normal menjadi [Raja], bukankah dia harus membunuh Dewa?------- Sulit terpikir ada orang yang bisa melakukan hal tak masuk akal seperti itu!”
Itu adalah sesuatu yang terjadi lima tahun silam; Yuri pernah menemui Campione pada jarak dekat, saat ia masih berada di negara tertentu di Eropa Timur.
Dyansta Voban.
Hanya dengan mendengar namanya akan membuat seluruh Penyihir Eropa lekas bersembunyi di pojok, sambil mati matian melafalkan mantra sihir untuk mengusir kejahatan.
Yuri takkan pernah melupakan, mata biru itu, yang membara seperti harimau di kegelapan.
Dia menyadari beberapa waktu kemudian, bahwa Iblis tersebut memiliki kemampuan untuk mengubah makhluk hidup apapun menjadi debu hanya dengan tatapan matanya; yang semakin menambah rasa takut Yuri padanya.
“.......Aku juga merasakan hal yang sama. Aku juga tak percaya kalau Kusanagi Godou adalah Campione. Biar kukoreksi itu; aku tak ingin mempercayainya; meski dengan bukti yang kukumpulkan sejauh ini, segalanya jadi semakin tak jelas.”
Amakasu mengangkat bahunya.
“Menurut laporan majelis Greenwich, di bulan Maret tahun ini, Kusanagi Godou mengalahkan Dewa Perang Persia Verethragna di pulau Sardinia, dan mendapatkan hak untuk menjadi [Raja]. Setelah itu, dia bepergian ke berbagai tempat di Italia, dan kapanpun dia muncul di kota, kerusakan berskala besar selalu terjadi. Sangat jelas kalau ada hubungan diantara semua itu.......Sudahkah kamu mendengar tentang kekacauan di Roma?”
“Maksud anda serangan teroris di Colosseum itu.........”
“Pada hari dimana itu terjadi, Kusanagi Godou datang ke Roma. Seorang yang mengundangnya adalah Komandan dari corps Ksatria [Salib Tembaga Hitam], gadis muda Erica Blandelli. Dan ketika dia kembali ke Jepang, dia sepertinya membawa benda relic yang memiliki keantikan tinggi.......”
“Relic........”
Yuri sangat penasaran dengan apa yang dia baru katakan.
Kekuatan spiritual yang ia miliki sebagai hime-miko--------indera keenamnya yang sangat kuat dan mata gaibnya memberinya peringatan, bahwa dia tak boleh menganggap enteng hal itu, bahwa itu adalah objek terlarang yang dapat membawa bencana diluar bayangan.
“Tentang Kusanagi Godou, saya ingin sedikit mengkonfirmasi. Mungkinkah dia, seperti saya, mempelajari suatu bentuk sihir sebelumnya? Atau mungkin dia adalah master aliran bela diri tertentu?”
Yuri memutuskan untuk melakukan tugas ini sebisa mungkin, sehingga ia mulai mencari tahu.
Tentu saja dia sangat ketakutan pada [Tiran], dan kalau bisa, dia ingin menjauh, sangat jauh. Namun kalau dia tak memaksakan dirinya untuk maju, ribuan nyawa akan terancam bahaya. Kalau memang begitu, mungkin dipilih untuk melakukan hal ini adalah semacam takdir.
“Kalau kita bicara soal sihir atau ilmu mantra, dia sepertinya sangat tak berguna, dan sama halnya tentang seni bela diri. Semua hal sudah dipertimbangkan, lupakan soal bertanding dengan Dewa, bahkan latar belakangnya sama sekali tak ada hubungannya dengan Kedewaan.-----Yang jelas, lihatlah ini terlebih dulu.”
Touma mengeluarkan map dari tas kerjanya dan menyerahkannya pada Yuri.
Yuri dengan cepat membaca material di dalamnya.
Isinya adalah informasi investigasi tentang Kusanagi Godou. Dari karakternya, sejarah pribadinya, sampai keterlibatannya di Italia dan kemampuannya sebagai Campione, semua rincian sudah tertera dalam laporan.
“......Kalau aku mendapati hal yang tidak normal darinya, itu adalah dia pernah menjadi kandidat Jepang, terpilih untuk ikut serta dalam kejuaraan Baseball pemuda internasional. Selain itu dia adalah cleaner dan salah satu pemain terbaik di wilayah Kanto saat masih di bangku SMP.”
“Maaf, tapi apa ini Kejuaraan Baseball pemuda internasional?”
“Itu kompetisi baseball bergaya Amerika, kebanyakan diikuti oleh siswa SMP. Tapi kudengar saat dia sedang dalam kamp latihan untuk kejuaraan, dia terluka bahunya, sehingga mengundurkan diri.”
“Begitukah.......saya ingin bertanya, kenapa dia bertarung dengan Dewa Persia di Sardinia? Tentunya anda juga berpikir kalau perbedaan lokasi dan Dewa sangat aneh.”
“Tentang ini, kamu harus memberi ucapan terima kasih pada sang Alexander Agung, karena konsepnya tentang “Persaudaraan Manusia” untuk menyatukan ras Yunani dan Persia. Ini melahirkan budaya hellenistic dan latar belakang sama pada budaya Eropa dan Timur Jauh. Ini, tentu saja, jauh melebihi apa yang orang Jepang rata rata pikirkan tentang “kehidupan sehari hari”.”
Touma menjelaskan itu dengan senyuman kering.
Dalam mitologi India, Verethragna adalah Dewa yang sebanding dengan Indra; dan sebenarnya, dibawah penyatuan Alexander, dia disejajarkan dengan Dewa Perang Heracles, dan bahkan diberi istilah Yunani sebagai Artagnes. Setelah kematian Alexander, kemudian sekelompok penduduk dibawah komando Pompeii dikirim untuk tinggal di Sardinia. Kalau seseorang mempertimbangkan informasi ini, tidak bisa dibilang bahwa hal itu tak ada hubungannya sama sekali.
Yuri mendengarkan penjelasannya sambil membalik balik halaman map.
Pada poin ini, ia melihat foto gadis cantik berambut pirang keemasan ditempel di sebuah halaman.......bahkan Yuri, yang sama sama perempuan, terpesona melihat kecantikannya; itu sungguh pemandangan yang menyenangkan mata.
“Ah, gadis itu adalah Erica Blandelli..........dia telah diidentifikasi sebagai kekasih Kusanagi Godou, dan nampaknya dia adalah jenius tanpa tanding di bidang sihir dan ilmu pedang. Kurasa kamu bisa menyebutnya model penyihir dari keluarga prestigius.”
“Kekasih!?”
Mendengar kata tak bermoral itu, Yuri dibuat diam membisu.
“Nampaknya [Salib Tembaga Hitam] menyadari betapa pentingnya Kusanagi Godou sebelum siapapun, dan mengirimnya untuk bisa menjadi pasangannya. Biarpun mereka menggunakan kartu trump mereka, si jenius sejak lahir, orang itu masih harus menciptakan hubungan yang sangat intim dengannya. Sampai menggunakan gadis untuk strategi ini, aku harus memuji sikap ketelitian mereka.”
“Me-Menjadi kekasih hanya karena itu!? Itu, itu sungguh memalukan, sangat tak bermoral! Hal semacam ini benar benar salah! Mengorbankan perasaan wanita untuk mendapatkan kekuatan Iblis---------Aku tak akan pernah menerimanya!”
Yuri menatap dengan kemarahan pada foto Godou di folder.
Meski dia hanyalah Miko dengan kekuatan kecil, dia takkan pernah menerima tiran semacam itu. Terisi dengan amarah dan keyakinan, rasa takutnya pada Campione entah kenapa mulai surut.
“.......Ngomong ngomong, anda berkata ada dua alasan memilih saya. Boleh saya tahu alasan yang lain?”
“Tentu saja; faktanya, alasan kedua adalah sesuatu yang nampaknya sangat kebetulan.......”
Dan mendengarkan balasan Touma, Yuri hanya bisa merasa kalau ada takdir bekerja dibalik kebetulan yang hebat itu.
Siapa sangka kalau di tempat yang sama sekali tak terduga itu, Kusanagi Godou dan Yuri membagi takdir yang serupa.

[edit] Bagian 2

Sudah beberapa hari sejak dia kembali dari Roma.
Lebih tepatnya, setengah minggu, dan saat ini di Kamis siang, Kusanagi Godou tengah menikmati waktu bebasnya sepulang sekolah.
Setelah melewati gerbang sekolah, dia memutuskan untuk mengambil jalan yang agak memutar menuju rumahnya.
Dia akhirnya bisa lepas dari time lag, dan suasana hatinya menjadi lebih cerah dari sebelumnya------namun di saat pikirannya jatuh pada Gorgoneion yang tengah bersandar di lemari rumahnya, suasana hatinya kembali jatuh.
Bisa dikatakan kalau, setelah kembali ke Jepang, Godou mencoba berkali kali untuk menghancurkan pahatan itu.
Namun akhirnya hanya buang buang waktu.
Setelah menghabiskan waktu setengah hari berkeringat dan memikirkan hal itu, tak satupun usahanya menyisakan goresan padanya.
Godou mengingat kalimat perpisahan yang Erica kataka sebelumnya.
--------‘Mungkin itu terlihat seperti batu, namun sebenarnya bukan batu. Itu adalah, catatan dari kumpulan kebijaksanaan dari tak terhitung Dewa. Sehingga ia takkan pernah rusak, dan tentunya tak bisa dihancurkan.’
Saat ia sekali lagi mengutuk realita bodoh yang sekarang mengelilingi hidupnya, kakinya melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Keluarga Kusanagi tinggal di sudut gang Bunkyo di Tokyo.
Diantara banyak toko yang berada di dekat stasiun kereta; terletak di sudut, adalah toko buku bekas yang sudah ditutup.
Ini adalah kediaman Kusanagi. Setelah kematian sang pemilik toko, nenek Godou, empat tahun silam, perlahan bisnis semakin sepi, dan pada akhirnya ditutup.
Dan yang pasti, saat dibandingkan dengan hari hari ketika toko akan dibuka dan ditutup tanpa seorangpun pembeli, sama sekali tak ada yang berubah.
Khususnya ketika seorang menyadari kalau tak ada apapun yang mendekati ‘bagian manga’ di dalam toko, cukup mengejutkan kalau toko buku itu bisa bertanding dengan toko yang lebih baru. Mungkin toko itu bisa bertahan kalau lokasinya di Jinbocho[7], namun karena berada di gang sempit, justru akan lebih aneh kalau bisnis masih berjalan.
Sejak empat tahun silam, keluarga Kusanagi tak pernah berpikir untuk membuka ulang toko.
Kembali pada topik, jalan dimana toko buku itu berlokasi, jalan Sanchoume, di sekitar stasiun Nezu, masih mempertahankan gaya lama sampai hari ini, pinggiran Tokyo.
Meski Godou tak berpikir seperti itu karena selalu tinggal di area tersebut, banyak orang lain mengatakan hal seperti itu. Memang, arsitektur kuno seperti ini — Rumah Toko (Ruko) dengan gaya Zaman Showa — mengisi jalanan.
Benar benar berbeda dari jalanan di Roma, segar dalam ingatannya.
Sistem jalanan disana memiliki beberapa bangunan bergaya modern dan toko supermarket, melindungi kondisi aslinya, dan seluruh pemandangannya, dengan semua bangunan disekitarnya, adalah salah satu kemegahan gaya gothic.
Sehingga penghuni disana hampir nampak seperti pendatang dari kota lain, terisi dengan rasa vitalitas yang kuat.
“Onii-chan, selamat datang....... tumben sekali kamu pulang lebih awal.”
Tiba tiba sebuah suara terdengar dari belakang, memanggilnya.
Tanpa melihat sumber suara, dia sudah tahu siapa itu; apalagi, dia telah tinggal dengan si pembicara selama lebih dari sepuluh tahun.
“Shizuka, bukankah itu tidak adil? Aku sudah pulang lebih awal selama beberapa hari ini, namun kamu membuatnya terdengar seolah aku melakukannya dengan sengaja.........”
“Itu benar, tapi hanya selama beberapa hari ini saja. Sabtu kemarin, kamu pergi pagi pagi sekali, dan tak pulang sampai minggu malam. Dan kemudian, kamu bahkan membolos sekolah di hari senin. Kemana kamu pergi, dan apa yang kamu lakukan?”
Adik perempuannya memelototinya dengan tidak puas.
Kusanagi Shizuka, empat belas tahun, siswa SMP kelas tiga. Secara kebetulan, dia hanya setahun lebih muda dari Godou.
Tak seperti Godou, dia tak mengenakan seragam sekolah.
Kedua tangannya memegang tas belanja daur ulang, dan terisi dengan sayuran, susu, daging, dan belanjaan lain. Dia mungkin sudah pulang lebih dulu dan berganti pakaian, kemudian pergi membeli bahan bahan makan malam dan kebetulan berpapasan dengan Godou.
“Sudah kubilang, aku hanya pergi ke rumah teman untuk satu malam.......berapa kali aku harus mengulangi itu?”
Semenjak dia kembali dari Italia di hari minggu, Godou terus mengulangi balasan yang sama.
Mulai merasa terikat dengan responnya, dia apa boleh buat menjawab dengan alasan sama yang lemah.
.....Meski mungkin tak benar untuk memuji adik perempuannya, harus dikatakan kalau Shizuka memiliki wajah sangat imut.
Namun meski dia adalah adik perempuan, dia terus menerus bersikap buruk pada kakaknya; lebih seperti hubungan ibu-anak, terus menerus diomeli. Memang, eksistensi yang paling menyulitkan bagi Godou.
“Itu teman, kan?.....teman.....begitu.....oh....”
“Kalau kamu mau bicara sesuatu, bicara saja. Aku tak suka kondisi bertele-tele dan tak mengenakkan ini.”
Godou berbicara sambil mengambil tas belanjaan dari Shizuka.
Dia tak terlalu memikirkannya, namun bersikap hampir tanpa sadar dalam mengulurkan tangannya. Dia mungkin terlalu terlatih dengan kebiasaan kakeknya. Kebiasaan sungguh menakutkan.
Namun Shizuka masih memelototi kakaknya dengan mata kecurigaan.
“Jadi biar aku bertanya, yang kamu sebut teman ini, laki laki atau perempuan?”
“.......tentu saja laki laki.”
Dan sekarang, akankah kebohongannya dipercaya?
Berjalan sepanjang lorong dengan Shizuka, Godou mati matian mencoba mempertahankan sikap biasa, namun adik perempuannya masih memelototinya — membuat Godou berdoa pada setiap Dewa yang ia bisa pikirkan saat ini — kemudian bom berikutnya dijatuhkan.
“Oh begitu. Dan soal topik lain, seperti apa Erica-san itu?”
“-----------!?”
Godou menganga. ‘Kenapa Shizuka tahu nama itu!?’ melintas di pikirannya.
“O, Oh maksudmu Erica yang itu.......ya, anu, bagaimana bilangnya ya—“
“Aku tak pernah menyebutkan, namun sebetulnya, setelah onii-chan lenyap di hari sabtu, gadis ini menelepon rumah kita.”
Ucapannya sedingin es, dan matanya terlihat seperti pemburu yang hampir menembak mangsanya.
-----------------------------------------
Seminggu lalu, telepon berdering di kediaman Kusanagi.
Setelah Shizuka mengangkatnya, si pemanggil memberitahunya kalau namanya adalah Erica, dan memperkenalkan dirinya secara formal.
Dia bilang karena ada urusan menekan yang memerlukan bantuan kakaknya, dia memutuskan untuk meminta Godou menanganinya. Dia juga berkata kalau akan berlangsung beberapa hari, dan tak perlu mengkhawatirkan apa apa.
----------------------------------------
“Suaranya begitu menyenangkan, aku yakin kalau orangnya sendiri juga sangat menyenangkan di mata? Bukankah kamu setuju, onii-chan? Dan berapa usianya? Dan mari perjelas sekarang, tolong jangan membodohi aku dengan berkata kalau Erica adalah laki laki; itu sangat bodoh.”
Shizuka berbicara dengan dingin; memotong satu-satunya rute kabur bagi Godou.
‘Mengapa gadis-gadis ini terlalu......!’
Godou hanya bisa mengutuk Erica dan adik perempuannya.
Erica memutuskan menelepon rumahnya pasti karena alasan yang licik. Lebih tepatnya, dia berpikir kalau menimbulkan kekisruhan di kediaman Kusanagi adalah hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan.
Namun Godou tak pernah mengetahui kalau Shizuka juga penggemar hal semacam ini—
‘Lupakan Erica, adik perempuanku sama sama menyeramkan........’
Jadi selama beberapa hari ini, Shizuka sudah mengetahui kebenaran apa yang Godou lakukan. Namun dia tak langsung memberondong Godou, dan bahkan membuat Godou berpikir kalau dia sudah aman dengan menunggu beberapa hari!
“Itu karena kamu melakukan sesuatu yang tak bisa kamu ceritakan pada siapapun; itu memaksamu berbohong kan? aku tak percaya kalau kakek berhasil menebak apa yang kamu lakukan. Aku sungguh kecewa.........aku tak pernah menyangka onii-chan punya nyali melakukan hal seperti itu.”
“Wha! Apa itu ‘hal’ yang kakek bicarakan!?”
“Kata kata seperti ‘kalau laki laki kabur untuk menemui wanita tanpa memberitahu siapapun, pasti ada hal mencurigakan dan diam diam tengah terjadi. Dan di samping itu, aku juga pernah mengalami periode kehidupan seperti itu......’. Aku tak bisa mempercayaimu, onii-chan! Kupikir kamu orang yang lebih baik dari ini! Kenapa? Hubungan cinta terlarang? Kisah cinta satu sisi? Atau mungkin itu hubungan terlarang dengan guru sekolah seksi yang lebih tua......apapun itu, pasti hal hal semacam itu kan?”
Shizuka menginterogasi si malang Godou, dengan sorot mata membara.
Godou mati matian menggeleng kepalanya untuk membantah itu.
“Aku bukan kakek! Aku takkan pernah melakukan hal beresiko seperti itu!”
“Hmph! Kamu satu satunya cucu kakek, kan? bahkan wajah kalian mirip; mungkin kamu hanya menyadari bagian baru dari kondisi genetikmu, dan membangkitkan kemampuan interaksi wanita yang dimiliki kakek. Hal semacam itu pasti terjadi!”
“Bagaimana bisa begitu!? Keahlian kakek dengan lawan jenis tak ada hubungannya dengan DNA. Itu semua soal kepribadian seseorang, hanya karena aku cucunya bukan berarti kamu bisa menyamakan aku dengannya!”
‘Kenapa aku harus terlibat dalam argumen kakak-adik yang bodoh di depan rumah kami, di tengah tengah jalan yang terisi oleh toko?’
Semua tatapan orang lewat tengah menusuk-nusuk tubuh Godou.
Shizuka juga menjadi malu oleh situasi sekitarnya, dan dengan cepat memelankan suaranya.
“.....Jadi kenapa kamu berbohong padaku? Kalau tak ada alasan tak bermoral di baliknya, bukankah lebih baik kalau kamu jujur saja?”
“Lebih tepatnya karena aku takut masalah akan jadi ribet kalau aku melakukan itu. Anggap saja kalau aku berteman dengan Erica itu karena kesialanku; dan aku memang mengunjunginya, namun ada temanku yang lain juga. kami pokoknya tak punya hubungan tak bermoral seperti itu.......apa kamu percaya aku sekarang?”
Godou meletakkan tangannya di kepala adiknya, dan membelai rambutnya untuk membuat perasaannya lebih baik.
Shizuka memasang ekspresi tidak enak di wajahnya, namun ia akhirnya menghela nafas dan menerimanya.
“Bukannya aku tak mempercayaimu......tapi kamu tak boleh membohongi aku lagi, oke? Biarpun kamu mencoba menipuku, aku bisa tahu kamu berbohong dengan melihat sikap dan tindakan normalmu di rumah, paham?”
“Baiklah, anggap saja seperti itu, Ok?”
Sekarang karena masalah sudah selesai, Shizuka menunjukkan senyum malu malu. Kalau dia memasang ekspresi semacam itu sepanjang waktu, Godou merasa kalau dia bisa menyombongkan diri bahwa dia punya adik yang manis dan jujur.
Merenungkan ini, Godou tersenyum masam.
“Itu semua karena onii-chan pernah menjadi bagian tim baseball, dan selalu pulang larut; bahkan di hari sabtu, kamu akan berlatih dari pagi sampai petang. Tidakkah kamu ingin bergabung ke klub olahraga di SMA?”
“.......Aku tak merasa ingin melakukannya sekarang. Kupikir aku akan rileks dan bermain-main lebih lama lagi.”
Karena percakapan mendadak berubah ke topik yang sangat berbeda, Godou tak mampu memberikan balasan yang pasti.
Jujur saja, dia sendiri tak yakin cara bagaimana menjawab pertanyaan itu. Dia hanya tak yakin kalau dia cukup bisa menyembunyikan kebenaran.
Sudah jelas, itu tidak cukup bagus. Shizuka dengan cemas menatap kakaknya.
“Bahumu.......apa masih sakit? Umm, bahkan orang yang tidak atletik sepertiku mungkin tak seharusnya mengatakan ini, mungkin kamu bisa menjadi penyerang biarpun dengan bahu cidera--------Oh, aku mengatakan hal menyakitkan.........maaf, onii-chan.”
Shizuka berhenti di tengah tengah kalimatnya.
‘.......Tak peduli bagaimana kalian melihatnya, gadis ini tetaplah adikku’—Godou memikirkannya tanpa malu.
Meski Shizuka nampak seolah seperti orang yang bijaksana, momen ketika hal menyentuh datang dia akan mengatakan hal tak sensitif—apa dia harus menjadi seperti kakaknya bahkan dalam hal hal kecil seperti ini?
“Yah, aku tak bisa menyangkal kalau kamu sedikit berisik. Hanya saja aku tak merasa enak pada hubungan antara senior dan junior di tim olahraga, jadi bukan masalah itu tim baseball atau bukan, aku hanya tak berniat bergabung di salah satu dari mereka.”
Godou dengan lembut membelai rambut adiknya lagi.
Meski Shizuka tak yakin berapa banyak yang dia dengar adalah kebenaran, ia hanya menganggukkan kepalanya dengan tak senang. Mungkin adik ini memang lebih pandai dari kakaknya; setidaknya dia paham untuk tak mengatakan hal hal tak perlu.
---------Namun, ada hal hal lain yang bahkan Shizuka tak sadari.
Yakni, setelah menjadi Campione, bahu kirinya, yang seharusnya lemah dalam melempar bola baseball, sudah sembuh dan memulihkan kekuatannya. Tentu saja, itu semua karena kekuatan penyembuh luar biasa yang dia telah dapatkan.
Ketika Godou memasuki bangku SMA, dia menyerah pada baseball karena alasan ini.
Namun alasan ia tak memulai olahraga lagi lantaran alasan berbeda. Karena dia sekarang memiliki kekuatan dan ketahanan supernatural, itu akan menjadi penghinaan besar dari etika olahragawan.
Dan tim baseball di sekolahnya juga salah satu yang selalu kalah telak di ronde pertama dari kejuaraan inter-distrik.
Meski dia kadang kadang masih iri pada sesama pemain baseball lain yang terus mengejar bola putih kecil itu, kalau Godou ingin memasuki tim menyedihkan itu, dia mungkin tak akan diizinkan.
Namun saat seorang membandingkan kehilangan itu dengan kesempatan hidupnya, pengorbanan kecil ini masih bisa diterima. Setidaknya, itulah bagaimana Godou coba melihatnya.

[edit] Bagian 3

Godou dan Shizuka mencapai rumah sekitar jam enam sore.
Karena pernah menjadi toko buku, pintu depannya adalah jenis pintu geser.
Rumah itu—relik dari perang dunia kedua—adalah bangunan kayu dua lantai.
Meski sudah tua, ia telah direnovasi dan diperluas tiga kali, dan bisa dianggap rumah yang nyaman.
Kedua saudara memasuki rumah bersama, dan kakek mereka yang ramah menyambut mereka.
“Oh, jarang sekali melihat kalian berdua pulang ke rumah bersama?”
Kakek mereka, saat ini tengah membaca buku tua dari rak—Kusanagi Ichiro berujar.
Seperti yang dikatakan tadi, belakangan ini adalah toko buku, sehingga beberapa baris rak buku yang terisi oleh buku buku dan karya tua yang tak sempat terjual di hari bisnis terakhir toko masih memenuhi ruangan. Karena itulah, ruangan itu disesaki oleh banyak, banyak buku.
Namun kembali ke poin utama—
Kakek mereka, berada di dalam ruangan yang dulunya toko tua, terlihat sama seperti biasanya.
Dia selalu berdandan dengan rapi, baik ucapan dan tindakannya penuh percaya diri dan ketegasan. Meski sudah berusia 70 tahun lebih, dia masih memiliki kharisma yang kuat; dia masih nampak bagai gentleman yang gagah sampai terasa menakutkan.
Kakek Godou sudah membesarkannya untuk menggantikan Ibunya yang sibuk dan bekerja sejauh yang ia bisa ingat.
Semua pekerjaan rumah tangga yang ia lakukan sangat teliti dan cermat, dan dia akan memasak setiap hari.
Kalau dia memikirkan itu secara nalar, sebenarnya tak ada masalah, namun.......
“Shizuka, mungkinkah kamu sudah menebarkan jaringmu, dan menjebak Godou sampai dia harus berkata jujur? Jadi, bagaimana?”
“Yah, sepertinya lebih rumit dari dugaan kita. Onii-chan masih bersikeras kalau mereka ‘hanya teman’, dan mulai hari ini seterusnya aku akan memperhatikannya baik baik untuk memastikan apa dia bohong atau tidak. Kita pasti akan tahu kebenarannya.”
“Kalian berdua, berhentilah berbicara sembunyi-sembunyi di depanku.”
Seseorang yang mampu memahami seluruh percakapan hanya dengan sekali menatap ekspresi cucu lelaki dan cucu perempuannya— adalah kakeknya yang berbahaya.
Seseorang yang bisa secara terbuka mengatakannya dalam percakapan kalau Shizuka tak mempercayai kakaknya— itulah adiknya yang agresif.
Dan termasuk Ibunya yang saat ini tidak ada disitu—dan tak melupakan ayahnya yang sudah bercerai, sekarang tinggal entah dimana— berarti ada lima anggota dalam keluarga Godou.
“Namun Shizuka, kamu juga jangan kelewatan. Aku pernah jadi seperti dia; lelaki seusia Godou kabur dari rumah selama beberapa hari tidaklah aneh, jadi jangan terlalu kuatir.”
“Shizuka, jangan dengarkan kakek; aku sama sekali tidak sepertinya! Ingat saat dia masih pelajar? Dia sampai bernyali membuat hubungan dengan janda dan Geisha, dan bahkan tidur di tempat mereka— dia bahkan tak berangkat sekolah selama dua minggu. Aku tak mungkin melakukan hal seperti itu!”
Godou berteriak keras keras, sambil menahan tatapan simpatik namun pengertian dari kakeknya.
Menyedihkannya, yang ia ucapkan susah dipercaya.
“Dari mana kamu dengar rumor itu? Biar kuceritakan, saat aku masih pelajar, aku sangat serius dalam belajar. Shizuka, jangan merasa wajib untuk menerima sesuatu yang jelas jelas bohongan.”
Kakeknya tersenyum, sambil menyangkal tuduhan Godou dengan anggukan kepalanya.
Kusanagi Ichirou—ketika masih muda, ia sebenarnya adalah playboy yang hebat dan lihai.
Dan bahkan di usianya saat ini, dia masih mampu menampilkan kebiasaan yang sama. Itu pasti kebiasaan yang sudah mendarah daging.
Saat Godou mendengar semua “kemampuan” kakeknya, sesuatu segera masuk dalam pikirannya— ‘begitu, kalau dia menjalani hidup tak bermoral di masa mudanya, tak heran kalau dia sekarang menjadi orang tua yang susah diatur’.
“Baiklah, karena Shizuka sudah membeli bahan bahannya, aku akan mulai siapkan makan malam. Bisakah kalian berdua membantuku?”
Tipikal sikap ramah tamah kakeknya, dia dengan lembut mengalihkan topik lagi.
Kalau bicara soal hubungan antar orang, kalian tak bisa membantah kalau dia hampir seperti esper.
Dan karena Shizuka juga memahami hal ini, dia tak bersusah-susah mengomeli kakeknya— namun dia paham level kemampuan diantara mereka terlalu besar— sehingga sebagai pelampiasan, dia bersikap sangat keras pada kakaknya.
‘Kuharap aku bisa minta setengah dari sikap kakek, jadi aku tak akan kalah dari adikku dan Erica......’
Kadang kadang, Godou merasa iri dengan hal hal yang tak dia miliki.
Meja di ruang makan terisi dengan hidangan malam itu.
Ikan cod panggang, gurita dan lobak rebus, dan salad segar dengan bumbu buatan tangan, dimakan dengan nasi dan sup miso. Memang perwakilan sempurna dari hidangan ala Jepang.
Anggap saja kalau juru masak yang menyiapkan hidangan mereka selevel Gourmand[8], sehingga semua hidangannya sangat bagus.
Mencicipi sejumlah lobak dan sup miso seledrinya—melebihi standar yang biasanya. Rasa yang lembut dan agak tajam sangat sempurna.
“Eh? Kakek, apa kakek membuat acar sayuran ini sendiri?”
“Jadi nostalgia; dulu nenek juga suka membuatnya.”
Ditambahkan sedikit pada hidangan adalah acar wortel merah dan garam.
Kedua saudara mengambil sumpit mereka, dan mencoba secicip; rasanya, sesuai ucapan mereka, sangat lezat.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, ini bukan acar yang beli jadi, dan lebih kelihatan buatan tangan. Namun mereka paham kalau kakek mereka tak pernah ahli dalam membuat acar.
“Ah, itu pemberian Nyonya Sakuraba, yang memiliki toko Liquor. Rasanya enak, kan?”
Pria tua itu bahkan tak malu malu menyembunyikannya.
Namun setelah mendengar ucapannya, baik Shizuka dan Godou saling bertukar tatap dengan kecemasan. Sudah tak terhindarkan sekarang, dari hari ini dan seterusnya akan ada pertandingan sengit diantara para wanita yang cemburu.
Sudah beberapa tahun sejak nenek mereka meninggal.
Mereka tak yakin sejak kapan itu bermula, namun bagi para wanita yang tinggal di sepanjang distrik perbelanjaan yang ingin menjadi lebih dekat dengan kakeknya yang sudah single, semua bertanding untuk memberikan semua macam hal padanya.
Semua mereka adalah Ibu rumah tangga dengan keluarga mereka, atau nenek tua.
Kalau mereka—yakni, Nyonya Murakawa yang memiliki toko pancake, Nyonya Endou yang menjual mainan di pinggir jalan, Nyonya Yamanoi yang memiliki toko piranti keras, dan semua yang lain—mengetahui kalau Nyonya Sakuraba memberi mereka acar, mereka semua pasti akan bertanding mengirim masakan yang mereka buat sendiri.
Kalau seseorang menganggap bahwa ia memiliki tetangga yang baik, tak ada yang lebih baik dari ini.
Namun semua wanita itu menatap kakek mereka dengan mata emosional. Demi kedamaian di gang perbelanjaan ini, baik Godou dan Shizuka berdoa kalau kakek mereka bisa sedikit lebih mengendalikan dirinya........
Namun, tak ada artinya mengkhawatirkan hal itu sekarang.
Kedua saudara menggeleng kepala mereka dan mengarahkan mata mereka pada hidangan lezat di hadapan mereka, dengan kecepatan halilintar dari sumpit dan mulut mereka, masing masing hidangan di meja habis dengan cepat.
Tepat ketika semua piring sedang dicuci, dan semua orang bersiap membersihkan meja.......
Telepon yang terletak di ruang tamu mendadak berbunyi.
“Biar kuangkat teleponnya~ ~ Hallo, ini kediaman Kusanagi, boleh bertanya siapa yang anda cari?”
Shizuka menatap Godou dan kakeknya, yang tangannya penuh oleh sabun dan penggosok cucian, dan kemudian berbalik untuk menjawab panggilan.
“Ma, Mariya-senpai? Adakah sesuatu yang kamu perlukan? Kenapa kamu menyempatkan diri untuk menelepon kami........”
Sepertinya itu adalah orang yang Shizuka kenal.
Dia masih menelepon saat Godou selesai mencuci dan memasuki ruang makan.
“Ya, ya, dia ada di rumah saat ini.......Tapi kenapa senpai mencari onii-chan? Kupikir kalian berbeda kelas? Ah, bukan, tolong jangan katakan itu! Aku, aku paham. Akan kupastikan untuk memberitahunya. Ya, baiklah. Se-semoga sore harimu menyenangkan......”
‘Semoga sore harimu menyenangkan?’ Godou mulai merasa ada yang tak beres.
Karena tadi dia menyebutkan ‘onii-chan’, mereka pasti membicarakan soal Godou. Itu sudah cukup aneh, namun yang lebih mencemaskan adalah sapaan formal di bagian akhir tadi. Siapa yang Shizuka sedang ajak bicara?
“.........Onii-chan, tolong duduk disini.”
“Tapi aku sudah duduk. Shizuka, apa yang kamu bicarakan?”
Godou menanyai adik perempuannya, yang menunjuk pada lantai tatami di depannya.
Karena dia sudah duduk bersila kaki, sudah alami dia akan menanyakan itu.
“Aku ingin kamu duduk dan berlutut dengan benar! Aku ingin mengajukan pertanyaan, dan kamu sebaiknya menjawab dengan jujur--------- Onii-chan, sejak kapan hubunganmu dengan Mariya-senpai menjadi dekat?”
“Hah?”
Shizuka----------yang, entah kenapa, memaksa kakaknya untuk berlutut— melemparkan pertanyaan yang tak jelas padanya.
“Siapa? Maksudku, siapa dia? Kurasa aku tak mengenal orang dengan nama itu.”
“Apa kamu berbicara jujur?.......Oke, kulanjutkan saja sekarang, kita bisa lanjutkan bagian interogasi itu nanti.”
Adikku tersayang...........caramu mengatakan ‘interogasi’ dengan santai sangatlah mengerikan.
“Onii-chan, apa kamu tahu gadis paling cantik di sekolahmu?”
“Aku.....tak tahu? Hal semacam itu sama sekali tidak penting. Kecantikan bukan sesuatu yang harus kita urutkan peringkatnya.”
“Kamu benar, tapi di sekolahmu, ada seseorang yang begitu superior sampai tak perlu dibandingkan dengan orang lain untuk membuat keputusan.........dan itu adalah Mariya Yuri-senpai.”
Godou dan Shizuka belajar di institusi yang sama—Akademi Jounan memiliki divisi SMA—dan divisi SMP.
Kedua bagian berada di gedung sekolah yang sama, sehingga kedua saudara sering berjalan bersama ke sekolah.
Perjalanan memerlukan dua puluh menit lamanya, yang sangat mudah bagi mereka.
Namun Godou pada dasarnya bersekolah di SMP negeri yang normal. Di ujian masuk SMA ini, dia cukup beruntung bisa diterima di Jounan, dan mulai bersekolah disana sejak awal musim semi ini. Kebalikannya, adiknya Shizuka sudah bersekolah di gedung itu sejak permulaan tahun SMP-nya, sehingga secara alami sudah lebih lama bersekolah disana, dan lebih memahami orang orang di sekolah.
“Dia senpaiku dari klub upacara minum teh, dan juga siswa kelas satu sepertimu di SMA. Dia sangat terkenal karena kecantikannya sejak dia memulai tahun SMP-nya, dan juga sangat pandai; dia selalu berperingkat lima terbaik setiap tahun.”
Saat ia mengatakan itu, Godou sedikit mengingat kalau adiknya adalah anggota dari klub upacara minum teh.
Sebenarnya di Akademi Jounan, cukup wajar bagi siswa SMP dan SMA untuk ikut serta dan bergabung di klub yang sama.
Sehingga, ‘Mariya Yuri’ ini adalah kedua senior dari klub yang sama, dan sudah mengenalnya sejak SMP, tak ada yang aneh kalau dia menelepon Shizuka. Jadi kenapa Godou harus berlutut disini?
“Lalu? Apa yang Mariya ini katakan?”
Godou berbicara dengan sedikit was was. Dia tak tahu bagaimana panggilan teleponnya ada kaitannya dengan kondisinya saat ini.
Dia sedikit mengingat nama gadis itu sebelumnya.
Kadang kadang, hal itu datang dari mulut para siswa lelaki di kelasnya, namun topik itu ternyata juga populer di kalangan para siswi wanita; yang mengatakan kalau dia sangat cantik dan semacamnya.
“Baiklah, langsung ke topik utama. Mariya-senpai, walaupun sangat lancang baginya, ingin bertemu dan mengobrol denganmu, onii-chan.........dan Mariya-senpai bukan hanya cantik, namun sangat cerdas, dan seorang ojou-sama.”
“.......Apa itu ada kaitannya dengan undangannya?”
“Tentu saja ada! Onii-chan, mungkinkah kamu memanfaatkan fakta kalau dia adalah gadis polos dan lugu, lalu berbicara lembut, berbohong dan bermain main dengannya?”
Mendengar Shizuka menuduhnya dengan begitu banyak hal aneh, Godou sekejap menimpali;
“Mana bisa aku melakukan itu pada seseorang yang namanya saja baru aku kenal?”
“Lantas kenapa dia menelepon rumah kita, dan meminta menemuimu, Onii-chan? Sungguh mencurigakan.”
Bahkan Godou tak bisa menyangkal fakta yang baru saja dia sebutkan.
“Namun ada yang aneh soal itu. Kalau dia mau menemuiku, bukankah aneh kalau dia memintamu menyampaikan pesannya? Karena dia menelepon, kenapa tak langsung berbicara padaku saja?”
“Mungkin dia tak bisa melakukannya? Bagaimanapun juga, dia adalah ojou-sama sejati. Meski senpai sangat pandai, biasanya dia tak berbicara soal efisiensi; dan selain itu, dia mungkin gugup berbicara pada anak lelaki melalui telepon--------------intinya adalah, senpai sangat hebat; saat dia berbicara sampai jumpa, dia bahkan bisa mengatakan ‘kuharap kalian akan terus baik baik saja’ dengan sangat alami.”
“........Mariya-san ini, apa dia hidup di abad ke dua belas?”
Diantara para gadis yang Godou kenal secara pribadi, tak ada yang menyapa orang dengan cara semacam itu.
Namun, gadis gadis di sekitar Erica mungkin saja.
Tak peduli bagaimana anggapan kalian, tak terbantahkan kalau dia adalah putri berharga dari keluarga Blandelli. Dia bahkan tak harus mencoba; kalau dia memikirkannya, dia bisa memancarkan seluruh sikap ‘ojou-sama’ dalam sekejap.
“Dia bukannya ketinggalan zaman, dia hanya keturunan dari keluarga bangsawan kuno. Membandingkan nama Kusanagi kita dengan keluarga mereka, kita hanya rakyat jelata. Tak ada hubungan diantara kita sama sekali.........”
“Dan sekarang aku jadi makin bingung; kenapa dia harus mencariku? Mungkin dia hanya salah orang?”
Semakin Godou mendengar tentang hal itu, semakin dia percaya kalau gadis itu berasal dari ‘golongan lain’.
Selain dari para penyihir yang akrab dengannya di Italia, hubungan Godou semuanya normal dan terkesan membosankan. Dia hanya tak bisa ingat apa yang sudah dia lakukan sampai menarik perhatian seorang Tuan Putri semacam Mariya.
Namun, Shizuka hanya melotot dingin pada Godou seraya berujar:
“.......Apa iya? Belakangan semua tindakan onii-chan sangat mencurigakan. Misalnya, seperti perihal tentang Erica-san.”
“........Sudah kukatakan, dia hanya teman biasa.”
“Oh, benar juga. Mariya-senpai juga berkata..........dia ingin melihat benda yang kamu bawa pulang akhir akhir ini. Apa yang dia bicarakan?”
Mendengarkan hal itu, semua pertanyaan Godou akhirnya terjawab sudah.
Selain Gorgoneion, Godou tak perlu memikirkan hal yang lain.
---------Begitu rupanya. Kalau dia ada kaitan dengan para penyihir itu, tak aneh seberapa ketinggalan zamannya dia; sebenarnya kalian bisa menganggap kalau itu adalah hal yang sangat wajar.
Godou akhirnya menyadari. Walaupun dia baru pulang ke rumah, dia sudah tercebur dalam situasi rumit lainnya. Dia menjadi depresi lagi.

[edit] Catatan Penerjemah dan Referensi

  1. Kuil Nanao: 七雄神社 artinya "Kuil dari Tujuh Pahlawan".
  2. Aula Depan, dalam Kanji tertulis begini 前殿, secara teknis adalah aula kecil kuil, namun susah dicari persamaan artinya (di Inggris dan Indonesia). Pokoknya itu adalah aula terkecil (biasanya dengan patung atau gambar dewa-dewa tertentu) sebelum seseorang memasuki kuil utama.
  3. Kosode, Furisode, Hakama: Cari sendiri disini Kosode, Furisode, dan Hakama. Pusing gue.......
  4. Miko: Miko biasanya adalah gadis kuil di Jepang. Namun dalam cerita ini, istilah itu juga bisa mengacu pada suatu tipe Pengguna-Sihir, dan tidak semua Miko adalah gadis kuil. Karena itu istilah Miko gue biarkan kalau nanti muncul lagi.
  5. Hime-Miko: Bahasa Jepang untuk "Gadis Tuan Putri Kuil". Itu adalah nama sekelompok penjaga kuil tertinggi dan sama halnya Miko, gue biarkan namanya tetap seperti itu.
  6. Rakshasha: roh kejam dan ganas yang memicu kekacauan di dunia manusia. http://en.wikipedia.org/wiki/Rakshasa
  7. Jinbocho: sangat terkenal di Tokyo sebagai area publikasi dan toko buku bekas.
  8. Pakar memasak.

Bab 2: Duel Dengan Diavolo Rosso

Bab 2: Duel dengan Diavolo Rosso

[edit] Bagian 1

Malam hari menjadi semakin gelap, dan banyak bintang terbentang tinggi di langit malam—
Memakai bahaya sebagai alasan, Erica tak membawa Anna bersamanya.
Bersama dengan Godou, pasangan itu berjalan menuju bukit dekat Colosseum yang terkenal[1] di Roma.
Di permulaan abad masehi, kota Roma dibangun di tengah tujuh bukit[2]. Ini adalah fakta sejarah yang sangat terkenal.
Bukit yang dituju adalah Palatine; di masa republik dahulu ini wilayah perumahan kelas tinggi, dan di masa Kekaisaran itu adalah lokasi dimana Istana kaisar dibangun[3].
Namun hari ini tempat itu hanya dikenal sebagai ‘tempat yang dekat dengan atraksi turis terkenal, Colosseum Roma’ dan secara perlahan runtuh menjadi puing puing karena diabaikan.
‘Meski masih jadi tujuan pelancong, tempat itu jauh lebih sepi dari Colosseum di dekatnya’; Erica mengatakan isi pikirannya.
Mungkin karena suasananya sudah tengah malam, juga karena suasana sekelilingnya, mungkin takkan aneh kalau roh-roh para Bangsawan Roman muncul.
“Selain itu, melihat bangunan yang sudah berada disini selama lebih dari 1500 tahun, dengan bentuk masih terawat, kamu pasti akan mengaguminya.”
Bagian yang tersusun dari batu bata masih nampak utuh.
Mirip dengan jalan setapak yang dibuat dari batu bata.
Berjalan perlahan sepanjang reruntuhan, Godou melihat sekeliling, melihat bentuk daratan di sekitarnya.
Kalau mungkin, dia berharap datang kemari di siang hari, namun kemiripan situasi ini dengan uji nyali menjadikannya cukup menegangkan.
Tak ada lampu jalan satupun di dekat mereka. Namun bahkan tanpa obor mereka masih bisa berjalan secara alami, karena baik Godou dan Erica memiliki penglihatan-malam seperti burung hantu.......ini juga, karena situasi hidup dan mati yang ia lalui sejak musim semi ini, sehingga ia bisa mendapatkan kemampuan super ini.
“Apa iya? Bangunan kuno seperti ini bisa ditemukan dimana mana, kan? misalnya, istana dan kuil zaman pertengahan. Aku tahu kalau Jepang juga punya cukup banyak, bukan?”
“Contoh yang kamu berikan berasal dari periode waktu yang benar benar berbeda. Dan selain itu, kalau kamu masukkan kategori atraksi turis, mereka sangat sulit ditemukan.”
Opini Erica datang dari mereka yang melihat hal hal dari sudut pandang Neolithic.
Sejak awal, di sebagian besar kota di Italia, hampir semua bangunan dan nama mereka secara langsung berasal dari zaman pertengahan.
Dan kalau bicara soal jalan dan kota secara keseluruhan, tidak berlebihan jika dikatakan kalau lebih dari separuhnya adalah peninggalan sejarah.
Khususnya disini di Roma, dimana jalan, saluran selokan, suplai air, dan yang lain adalah fasilitas yang dibangun di zaman Kekaisaran. Mereka digunakan secara terus menerus, dan hanya dengan sedikit perbaikan, masih bisa berfungsi dengan baik hingga zaman sekarang.
“Godou, sudah berapa lama sejak kita berduaan saja? Bisa tolong jangan membicarakan hal hal yang tidak romantis? Ini adalah perjumpaan yang jarang dan singkat, bagi kita kekasih.”
Erica mendadak mendekatkan tubuhnya.
Dia mencoba mendekati Godou, dan mulai membisikkan kata-kata ke telinganya.
Menghadapi gadis mempesona yang menunjukkan perhatiannya secara agresif, tak seorangpun, apalagi siswa SMA yang sehat dan normal, tak akan gugup dan terpana.
Godou tentu saja tak ada bedanya, namun.......
“Sudah kukatakan berkali kali; tolong hentikan lelucon semacam itu! Kita harus ikuti etika dan membangun hubungan yang baik dan sehat!”
“Aku tidak bercanda. Itu hanya konfirmasi saling cinta dari kekasih yang lama tak berjumpa.”
Erica mengabaikan protes Godou dan semakin mendekatkan wajahnya.
Pipi mereka nyaris bersentuhan, Erica semakin menyandarkan tubuhnya pada Godou, dan mulai membisikkan kata kata semanis madu.
Godou mati matian menjauh, dan terus menerus mundur dengan segenap kekuatannya.
“Ki-Kita bukan kekasih! Jadi tolong hentikan!”
“Aku hanya ingin kamu secepatnya menerima lamaranku. Bagian mana dariku yang tak membuatmu puas? Wajahku, usiaku, dan tubuhku semuanya bagus........kecuali kamu memiliki semacam fetish khusus?”
“Berhenti berbicara ngawur. Aku ini pria yang amat sangat normal! Ini tak ada hubungannya dengan fetish!”
Erica melanjutkan usahanya untuk bergelayut pada Godou, yang mati matian menjauh.
.....Jujur saja, sekali terbiasa pada sikap keras kepala dan blak blakannya, siapapun pasti menganggapnya sangat manis. Godou hanya khawatir, bahwa disamping terus menerus dimanipulasi olehnya, ia tetap tak bisa membenci Erica.
Walaupun begitu, dia masih belum bisa menerima gaya percintaan Erica yang terlalu agresif.
“Aku mencintai Godou, dan Godou juga merasakan hal yang sama kan? Lihat, tak ada masalah sama sekali, dan bahkan setelah pernikahan kita akan saling mengakrabkan diri. Kita mungkin bisa menjadi pasangan terkuat di dunia.”
“Justru itulah masalahnya! Berhentilah memutuskan sepihak hal seperti pernikahan! Aku bahkan belum berpikir soal membentuk keluarga!”
Godou hanya bisa membayangkannya; seandainya ia menerima cinta Erica, ia pasti akan diculik dan dipaksa ke Gereja untuk mengikuti Upacara pernikahan.
Kalau seseorang diasumsikan bisa hidup sampai 80 tahun, Godou bahkan belum mencapai seperempat dari usia itu. Wajar saja kalau dia merasa tidak nyaman, seandainya dia memutuskan pasangan seumur hidupnya dengan pengalaman seumur jagung.
Namun ada satu alasan yang lebih menekannya.
Meski Erica terus menyatakan dirinya sebagai kekasih Godou, ia pasti memiliki suatu rencana licik dalam pikirannya.
“-------Erm, Erica, tolong jangan memperalat aku di tempat yang aneh, oke? Aku tahu kalau aku banyak berhutang budi padamu, dan biarpun kamu sering bikin aku pusing, aku tetap menganggapmu teman baik. Aku akan bantu kalau kamu meminta secara normal, jadi tolong hentikanlah melakukan hal memalukan seperti ini.”
Godou mengatakan itu sepenuh hatinya.
Bukan sesuatu yang membahagiakan, namun Godou paham kalau dia bukan tipe yang populer dengan perempuan.
Kusanagi Godou bukan orang humoris, dan tak berguna dalam hal memahami perasaan orang lain.
Adik perempuannya sering memanggilnya pria tumpul, atau pria yang kebanyakan bicara.
Tak mungkin ada gadis cantik dan menarik akan tertarik pada pria semacam ini, apalagi Erica. Dengan kecantikan dan kecerdasannya, dia bisa memilih pria mana saja.
“Apa alasan kamu terus merayuku karena perintah dari organisasimu? Aku paham itu, jadi kamu tak perlu memaksakan dirimu, dan aku tak ingin kamu mengatakan semua kebohongan macam itu------Hei, apa kamu mendengarku?”
“Aku dengar kok........ternyata kamu memang tumpul. Bunga yang cantik muncul di hadapanmu, bahkan memintamu untuk memetiknya........kamu sama sekali tak memahami perasaannya.”
Erica, masih lengket pada Godou, mendesah.
Datang darinya, jarang ia mendesah, ekspresi sepenuh hati dari kekhawatirannya.
“Aku tak diperintah oleh atasanku untuk memilih kekasih. Tak bisa kupercaya kamu bahkan tak memahami fakta sesederhana itu; astaga, kamu sungguh pembuat masalah.”
Erica akhirnya melepas tangannya. Saat Godou berpikir bisa rileks, Erica mendekatkan bibirnya dan menciumnya.
Dan ini bukan ciuman di pipi, namun ciuman lembut di bibir.
“Ini hukumanmu karena selalu dingin padaku..........lupakan, aku akan meluangkan lebih banyak waktu, sampai kamu akhirnya memahami cintaku. Jadi untuk sekarang, persiapkan dirimu untuk saat itu!”
Erica, yang tersenyum lembut, terlihat sangat mempesona.
Kalau ini berlanjut, Godou mungkin akan mendapatkan ide-ide aneh, jadi ia dengan cepat mengubah topik pembicaraan.
“Benar juga, ada sesuatu yang ingin kutanyakan tentang Anna-san.”
“Un, Arianna sangat baik dan ramah, bukankah dia anak yang baik?”
Mendengar nada bicaranya, wajah Godou menjadi serius untuk sesaat.
“Jangan panggil orang yang lebih tua darimu dengan “anak baik”, kamu harus tunjukkan sopan santun. Tapi yang jelas, aku mau menanyakan hal penting padamu. Katakan dengan jujur, apa kamu sengaja menyuruh Arianna untuk menjadi supirku?”
“......Wow, kamu betul betul masuk ke mobil Arianna? Kamu benar benar punya keberanian seperti singa, sungguh keberanian yang besar!”
Menghadapi tatapan tajam Godou, Erica membalas seenaknya.
Sepertinya dia tak akan memberikan jawaban serius.
“Kalau kamu berniat memberi jawaban mencurigakan, setidaknya kamu harus menatap mataku. Jadi, itu memang muslihatmu; apa kamu tahu kalau aku hampir mati?”
“Menyebutnya muslihat itu terlalu berlebihan. Aku hanya memberitahunya, kalau dia menjadi supirmu untuk cuci mata, kamu mungkin akan lebih senang.......Arianna sungguh anak yang baik.”
Mereka berdua mengobrol sambil terus berjalan.
Tiba tiba pandangan di hadapan mereka melebar, dan mereka sampai di lokasi yang sangat luas.
“Kita sudah sampai. Ini akan jadi medan tempur kita, sisa sisa Istana Kaisar Roman Augustus[4].
Di hadapan matanya adalah dinding yang lebar dan besar, mungkin mereka dulu adalah benteng dari istana kuno.
Disekitarnya adalah kolom kolom bundar, tergeletak di tanah. Hanya beberapa yang masih berdiri.
Dikelilingi oleh semua hal ini adalah padang rumput hijau, dimana terdapat tiga sosok berdiri, menunggu keduanya.
Dua yang pertama nampak sudah tua.
Mereka mungkin adalah [Wanita Tua] dan [Serigala Betina] yang Erica pernah sebutkan.
Selanjutnya adalah pria muda. Dia mungkin adalah [Ksatria Ungu] dari [Kapital Lili].
Untuk catatan, corps Ksatria tempat mereka berada adalah asosiasi rahasia.
Di semua negara yang membatasi Mediterania, masing masing memiliki sejumlah corps Ksatria, yang memiliki Ksatria Kuil zaman pertengahan sebagai akarnya.
“Sungguh kehormatan bertemu anda, Kusanagi Godou, untuk yang pertama kali.”
menanggapi sapaan formal di [Ksatria Ungu], Godou membungkukkan kepalanya sebagai balasan.
“Halo, namaku Kusanagi Godou. Meski aku mendapatkan kekuatan spesial ini karena alasan tertentu, tak perlu bagi kalian untuk memperlakukanku terlalu hormat. Mohon tetap perlakukan aku sebagai orang normal.”
“......Anda terlalu merendahkan diri, siapapun bisa tahu kalau anda bukan manusia normal dari cara bicara anda. Bahasa Italia anda bukan sesuatu yang bisa dipelajari melalui pengalaman sederhana kan?”
“Dia benar. Barusan tadi adalah [Mille Lingua][5], Sihir yang hanya bisa dilatih dengan sabar untuk waktu yang lama. Dan meskipun demikian, orang tersebut masih harus memahami rahasia bahasa sebelum ia bisa mempelajari keahlian tersebut. Seorang yang mampu menggunakan teknik tersebut di usia muda, seperti anda, sungguh pemandangan yang langka.”
Kedua sesepuh memujinya, satu demi satu.
Semenjak Godou menjadi Campione, dia tak pernah menemui masalah untuk berkomunikasi dengan orang luar negeri. Setelah berhubungan dengan mereka selama tiga hari, dia akan secara alami mampu memahami dan berbicara bahasa mereka.
Dia selalu berpikir kalau itu sangat menakjubkan, namun juga kemampuan yang payah. Siapa sangka kalau itu memiliki cerita dibaliknya...........
Saat Godou kehabisan kata kata untuk diucapkan, Erica, yang berdiri di sisinya, mengangkat suaranya dan berkata,
“Baiklah, karena semua aktor sudah ada disini, mari kita mulai event utamanya. [Ksatria Ungu], bisakah anda bertindak sebagai wasit?”
“Tak masalah, [Diavolo Rosso]. Sesepuh, kalau bisa mohon kalian mundur. Ini adalah kontes diantara Campione dan Ksatria Agung dari [Salib Tembaga Hitam], karena itu akan lebih aman untuk menontonnya dari kejauhan.”
Kedua sesepuh mengangguk pada saran sang [Ksatria Ungu].
Sosok kedua orang itu seketika pudar, dan dalam sekejap, tak ada jejak dimana mereka berada.
“Mereka benar benar hilang, sungguh hebat.”
“Dalam kondisimu, itu bukan sihir yang terlalu hebat kan? mereka hanya menyembunyikan tubuh mereka, sambil menonton kita dar kejauhan. Jangan terganggu oleh itu, mulai dari sekarang panggung ini hanya milik kita berdua.”
Erica, meninggalkan Godou yang gugup, berdiri di jarak sekitar 5 meter.
Dari sana, ia memanggil sang [Ksatria Ungu].
“Mohon beri aku tanda untuk mulai.”
“Kuharap kalian berdua beruntung — Mulai!”
Meski Godou tak bisa merasakan semangat bertarung sama sekali, tetap saja ia dengan ogah ogahan memalingkan tubuhnya untuk menghadap Erica.
Erica sudah mengganti pakaiannya sebelum pertandingan dimulai.
Dia tak mengenakan gaun elegan yang sebelumnya, namun baju berlengan panjang simpel dan celana panjang langsing, memberinya kebebasan bergerak. Disamping itu ia juga mengenakan sesuatu yang mirip mantel merah.
Di Kain merah terdapat pola hitam terjahit padanya; Erica menyebut itu selempang.
Godou masih ingat bagaimana dia dengan bangga mengatakan hal itu sebelumnya, bahwa selempang yang berwarna merah dan hitam hanya dikenakan oleh Ksatria Agung.
“O Singa dari baja dan leluhurmu, sang Raja berhati singa-------mohon dengarlah sumpah dari Ksatria Erica Blandelli.”
Erica mulai melafalkan mantra aneh untuk memanggil senjata yang dipilihnya.
Ia berbicara dengan sangat jelas, seolah melantunkan puisi.
Pelafalan “ucapan mantra” yang sering dibicarakan orang orang, adalah kemampuan untuk mengendalikan kekuatan sihir menurut kehendak seseorang.
“Akulah penerus berani pada terompet, keturunan dari Ksatria Hitam, ‘hingga semangat tempurku patah, pedangku takkan pernah hancur. O Raja yang berhati Singa, kumohon padamu; bawalah esensi pertarungan kepada tanganku-------!”
Sebilah pedang muncul.
Ke tangan Erica, yang beberapa saat lalu masih kosong, sebuah pedang panjang tiba tiba muncul.
“Maju! Waktu bagi Cuore di Leone[6] untuk bertarung telah tiba!”
Pedang favorit Erica, Cuore di Leone, adalah pedang panjang yang ramping dan elegan.
Dengan panjang tidak biasa, dan bobot seringan ranting kering saat diayunkan, pedang itu benar benar berbeda dari pedang baja normal. Bilahnya memantulkan cahaya keperakan yang brilian, dan bisa dikatakan sebagai karya seni ketimbang senjata.
Namun Godou paham betul kalau itu adalah Pedang Iblis, yang bisa dengan mudah memotong pedang dari baja.
------------Dalam sekejap, Erica menutup jarak diantara keduanya.
“Hei! Tunggu sebentar!”
Cuore di Leone berkilat seperti cahaya petir, mengincar arah dada Godou.
Bahkan mengelakkan dirinya ke samping, dia hanya sedikit berhasil lolos.
Namun Erica tak menarik mundur pedangnya, namun mengayunkannya secara horizontal, seolah untuk mengejar Godou, yang menghindari serangannya.
Bagi seseorang yang baru saja lolos, dia hanya bisa merasakan sensasi bergidik sepanjang urat sarafnya.
Perubahan serangannya dari tikaman menuju ayunan dilakukan dengan sangat indah.
Serangan itulah yang benar benar merampas semua kesempatan Godou untuk merespon.
“Kamu benar benar mencoba membunuhku, kan? benar benar menyerangku habis habisan dengan pedang betulan!”
“Ini duel, memakai pedang sungguhan itu sangat wajar.”
“Jangan pakai itu! Kalau aku sampai kena benda itu, aku pasti akan mati! Bukankah kamu memakai pedang itu juga untuk memotong beton sebelumnya!? Tubuhku akan teriris kecil kecil seperti tahu!”
“Tahu itu makanan yang terbuat dari kacang kedelai kan? jangan khawatir; kamu lebih kuat dari benda itu. Bahkan setelah menerima serangan Pedang Iblis Raja Salvatore, bukankah kamu masih selamat? Setelah menyaksikan pertarungan itu, aku terus menerus mengagumi ketahanan luar biasamu, dan aku penasaran apa yang terjadi kalau kamu sampai kena seranganku-------“
“.....Erica, ketimbang memutuskan berduel denganku, bukankah kamu hanya ingin mengetes senjatamu pada tubuhku?”
“Jangan bodoh. Tapi ini memang kesempatan yang langka bagiku, dan sangat benar kalau aku tak ingin melewatkannya.”
Hyuu!
Erica dengan ringan menyudutkan pergelangan tangannya, dan Cuore di Leone meliuk seperti cambuk ke arah leher Godou — ini mungkin serangan yang mengincar arteri lehernya.
Dia benar benar tak mampu memprediksi pergerakan alami serangan Erica, dan selain itu, kecepatannya yang gila.
Godou bahkan tak mampu melihat dari mana arah datangnya.
Hanya bergantung pada intuisinya, dia mengayunkan kepalanya ke belakang. Setidaknya ia bisa lolos dari satu serangan itu.
“Mengesankan........ada sedikit orang yang bisa berhasil mengelak dari tiga serangan pedangku — Ah! Aku lupa, Godou kan hanya setengah manusia, jadi hal itu sudah wajar.”
“Bagi seseorang yang terus menerus menyebut dirinya kekasihku, kamu benar benar tak menahan diri dalam mencoba membunuhku! Kupikir itu hal yang jauh lebih wajar dari tubuhku!”
“Tapi itu hanya karena kekasihku dan lawanku kebetulan adalah orang yang sama. Tak ada yang aneh dengan itu, dan selain itu, aku tak pernah mencoba membunuhmu.......meski kecelakaan kecil mungkin saja terjadi.”
Erica dengan elegan memasang pedangnya dalam posisi bertahan, dimana ekspresinya nampak manis, seperti bunga indah yang beracun.
Sikapnya yang penuh godaan benar benar mempesona.
“Aku minta maaf sudah mengganggu, namun aku ingin kalian berdua berhenti bermesraan untuk sementara. Meski aku bersimpati kalau sesama kekasih perlu mengungkapkan rasa cinta mereka terhadap satu sama lain, aku harus mengingatkan kalau duel ini adalah hal yang suci.”
Mendengar keberatan dari [Ksatria Ungu], Godou hanya bisa memprotes dengan nada jengkel,
“Kalau menurutmu ini bermesraan, kamu pasti buta. Atau mungkin matamu itu hanya untuk hiasan?”
Semua orang-orang ini adalah jenis manusia yang menganggap mempertaruhkan nyawa manusia adalah permainan, tentu saja, termasuk Erica.
“Baiklah kalau begitu, mari nikmati cinta kita malam ini, Godou. Saat ini, kamu harus menampilkan kekuatan penuhmu!”
Disamping orang tuanya, pada dasarnya tak ada orang lain yang memanggil Godou secara pribadi dengan nama kecilnya.
Dan untuk lebih spesifik, hanya ada satu orang di dunia ini, yang terkadang suka membisikkan namanya dengan kelembutan luar biasa, dan di saat yang lain menyebutkannya dengan cara yang menggoda dan kelewat percaya diri. Dan orang itu tiada lain adalah Erica Blandelli.
.......Masalahnya, dimana dia memanggil nama Godou dengan intim di muka umum, namun tak keberatan menebaskan pedangnya secara bengis pada Godou.
Erica sekali lagi mengayunkan pedangnya tiga kali dalam satu gerakan.
Pertama adalah ayunan diagonal kebawah, selanjutnya adalah tebasan ke atas, yang terakhir ayunan vertikal kebawah, diarahkan secara langsung ke kepala Godou.
Kalau itu semua mengenai tubuhnya, habislah Godou.
Namun dalam sekejap itu, Godou melompat kebelakang, kemudian dia berbalik dan melompat kebelakang lebih jauh lagi, sehingga berhasil lolos.
“Tak mungkin bagi kami untuk menentukan kemenangan kalau yang kamu lakukan hanya mengelak. Dan yang lebih penting, aku mulai bosan.”
“Hentikan saja! Kamu tahu baik baik tentang hal itu kan, kekuatanku ini adalah kemampuan rumit yang tak bisa kupakai sekehendakku, dan kalaupun bisa, kekuatannya tak bisa kukendalikan. Bagaimana aku bisa memakainya kapanpun kamu mau?”
“Masih mengatakan hal membosankan seperti itu......baiklah, aku akan menekanmu dengan sesuatu yang lebih berbahaya dari sekedar pedang. Kalau kamu tak mau kalah, maka kamu sebaiknya lebih serius dalam pertarungan ini!”
Erica dengan lentur melompat ke belakang, kakinya menekan dinding reruntuhan, peninggalan periode Kekaisaran Roman.
“Membubunglah, sandal dari Hermes![7]
Menyertai mantra singkatnya, dia mulai berlari sepanjang dinding, sol sepatunya berdentuman sepanjang dinding batu bata.
“Cuore di Leone--------maka aku memberimu perintah ini, O singa dari baja. Belah, tusuk, dan robek robeklah musuh! Engkau sang penakluk, lenyapkanlah musuh, dan raihlah kemenangan! Kuserahkan medan perang pada engkau!”
Setelah Erica dengan lembut membelai bilah dari pedang panjang favoritnya, dan mengecupnya dengan pelan........
Dia melemparkan pedangnya.
Ia jatuh di tengah tengah bidang berumput tempat Godou berdiri.
“.......Sekarang apa yang kamu rencanakan?”
Kebingungan, Godou mengawasi pedang yang masih berdiri tegak, sekitar lima meter darinya. Kalau Erica ingin menghabisinya, tak mungkin dia akan lewat pada jarak ini.
----------Seperti yang Godou duga, pedang itu mulai berubah.
Pedang yang tertancap d tanah mulai membesar ukurannya.
Logam perak terus menerus tumbuh dan perlahan mengambil bentuk singa, seperti patung yang realistis.
Namun ia tidak hanya kelihatan seperti singa, ia juga tumbuh sangat besar.
.....Namun yang lebih luar biasa, singa perak itu bukan patung normal. Singa itu meraung, kemudian berbalik ke arah Godou, dan berfokus pada targetnya.
Setiap gerakan patung itu nampak bagai singa.
“Kamu mau menyerangku dengan itu!”
Godou merasa tercengang dan terpana melihat besarnya ukuran singa itu.
Kepala hewan itu hampir sekitar dua meter tingginya.
Mungkin kalau ada bus atau truk disekitar sini, dia bisa membandingkan ukurannya dengan si hewan buas. Namun bagi Godou, yang ukuran tubuhnya 179 cm dan 64 kilogram, mungkin terdapat perbedaan ukuran yang terlalu signifikan.
--------Singa raksasa itu mengangkat kaki depannya, bersiap siap menjatuhkannya dengan suara keras.
Ia bergerak sangat cepat, bergesekan di atas kepala Godou.
Mungkin tidak berlebihan untuk membandingkan itu dengan rangka baja yang berjatuhan dari tempat konstruksi.
Godou mati matian mengelak.
Tanah tempatnya berdiri sesaat lalu, sudah hancur dan remuk oleh sabetan cakar tajam dan bobotnya yang besar. Kalau dia sampai kena, takkan ada yang tersisa darinya selain ceceran gumpalan daging berdarah.


[edit] Bagian 2

Si singa dengan gembira mengejar Godou yang mengelak mati matian.
Singa itu menyerang dengan secepat kilat dengan cakar depannya, atau menyerang dengan taring dan cakar setajam pedang, merobek apapun yang mengenainya, dan kadang kadang menghempaskan tubuhnya ke arah Godou, seolah dia mencoba menghancurkan seekor hewan kecil.
“Nampaknya Yang Mulia tidak termotivasi untuk berduel.”
Orang yang mengatakan itu pada Erica adalah sang [Ksatria Ungu] di dekatnya.
Di waktu yang tak diketahui, ia pasti sudah memakai sihir, karena dia sekarang berdiri di atas dinding.
“Kalau dia hanya terus menghindar dan mengelak, tak akan ada cara bagi kita untuk mengukur kekuatannya. Yah, ekspresimu memberitahuku kalau kau sudah mengetahui lebih dahulu apa yang kukatakan sebelumnya.”
Membalas komentar si pemuda, Erica menunjukkan senyum brilian.
“Aku sudah mempertimbangkan kalau ini mungkin akan terjadi. Selain itu, Rajaku tak pernah menikmati pertarungan dengan manusia........namun, itu hanya terjadi pada permulaan duel.”
“Oh? Jadi maksudmu.....?”
“Bagaimanapun Rajaku mencoba menyangkalnya, dia adalah Campione. Dia adalah seorang yang mampu menandingi Dewa dalam pertarungan, pria yang telah merampas kekuatan tertinggi, dan tak terkalahkan. Walaupun ucapannya selalu menyatakan sebaliknya, dia tak benar benar membenci pertarungan. Kalau semua Campione itu sama, Kusanagi Godou juga adalah jenius dalam seni pertarungan, dan juga Pemenang diantara pemenang.”
“Umm....... bukannya aku tidak setuju, tapi dia tetap saja sangat ahli dalam mengelak.”
Sang [Ksatria Ungu] menatap Godou dengan kecurigaan.
Erica menatap dengan penuh cinta pada si pemuda disana, yang mati matian berlari kesini dan kesana.
“Keadaan akan segera berubah; dia hampir mencapai poin dimana dia tak memiliki tempat lagi untuk kabur------ majelis memiliki laporan tentang Kusanagi Godou, sudahkah anda membaca dengan teliti dokumen itu?”
“Aku sudah membacanya, namun sukar dipercaya, dan aku tetap sangat ragu tentang hal itu.”
“Kalau kita menilai laporan berdasarkan daya kepercayaannya, mungkin sekitar 60% akurat. Mampu mengadakan penyelidikan semacam itu sungguh mengesankan.”
“Jadi kau mau berkata kalau yang tertera di dokumen itu nyata? Bahwa kemampuan Kusanagi Godou adalah beradaptasi pada musuh yang ia hadapi dan situasi sekeliling-------Kemampuan yang memberinya kekuatan untuk melampaui semua rintangan?”
“Tentu saja! Mohon perhatikan, [Ksatria Ungu]!”
Di hadapan mata mereka, situasi mendadak berbalik.
Menghadapi cakar depan singa yang tajam, Godou mengambil posisi bertarung untuk yang pertama kalinya.
Agar bisa lolos dari dihantam oleh cakar perak tajamnya, ia dengan hati hati melangkah mundur kemudian melompat kedepan, dan melingkarkan kedua lengannya disekitar cakar.
Kemudian dia mengangkatnya.
Memegangnya, dia mengangkat tubuh singa yang sangat besar itu.
Seperti peserta angkat berat, Godou, dengan tinggi 179 cm, mengangkat singa raksasa, sebesar truk, ke udara.
“Apa-----Kekuatan macam apa itu!?”
“Dalam mitos, dikatakan kalau Pahlawan Hercules memiliki kekuatan Dewa, yang cukup untuk memikul langit. Dewa Perang yang Godou kalahkan, Verethragna, memiliki asal muasal mirip dengan Hercules; sehingga Godou bisa menandinginya dari segi kekuatan.”
Erica dengan bangga menjelaskan hal itu pada [Ksatria Ungu] yang terpana.
Godou sekarang sudah mengangkat si singa perak untuk menghadap langit, dan keempat kaki singa terangkat dari tanah, bergerak-gerak di udara.
Bisa dikatakan ini adalah kekuatan aneh yang melebihi kewajaran.
“Aku ingat kalau ini juga tertulis dalam laporan majelis, ’....Kami menyebut kemampuan yang Kusanagi Godou telah peroleh sebagai [Dewa Perang Persia]. Kemampuan Dewa Perang Verethragna adalah berubah menjadi sepuluh bentuk berbeda, memasuki pertarungan yang tak terhitung jumlahnya dan selalu meraih kemenangan. Sehingga Kusanagi Godou juga jelas seorang monster, mampu mengubah kekuatannya sesuai kehendaknya—“
Seorang sesepuh mendadak menginterupsi kata kata itu.
Komandan dari [Serigala Betina] telah muncul secara tak terduga di sisi Erica dan [Ksatria Ungu].
“Oh, Yang Terhormat------Apakah hanya anda?”
“Mmm, si Tua bangka dari Turin itu masih bersembunyi seperti tikus di sudut entah dimana. Aku tentu tak mau melewatkan melihat kekuatan Campione muda dari dekat, jadi biarkan aku menonton kekuatannya dengan mata kepalaku sendiri.”
Komandan [Serigala Betina] berbicara dalam logat Roman, dengan tanpa sopan santun mengatakan ejekannya, dan bahkan membiarkan senyum merekah di wajahnya.
Dia adalah pemimpin dari Ksatria dan Penyihir Roma, dan tak menyukai sang [Wanita Tua] yang memiliki kekuasaan di Turin.
“Aku merasa Raja Salvatore masih sangat muda saat menjadi Campione, dan kali ini, Raja disini bahkan lebih muda lagi. Selain mempunyai kekuatan Dewa itu, apa Kusanagi Godou mampu berganti diantara beberapa kemampuan berbeda?”
“Jadi kalau Kusanagi Godou ingin menggunakan kemampuan itu, syaratnya adalah musuhnya memiliki kekuatan yang cukup besar untuk melampauinya?-------setidaknya, itulah yang laporan majelis katakan........”
Pemimpin sihir dari Roma dan [Ksatria Ungu] berbicara serempak.
Menghadapi tatapan penasaran dari mereka berdua, Erica tersenyum lebar dengan kepuasan dan membalas dengan tenang.
“Saat ia menemui musuh dengan kekuatan otot besar yang tidak alami, Kusanagi Godou mampu meraih dan memakai satu dari sepuluh bentuk Verethragna; [Banteng]. Verethragna memiliki sepuluh perubahan total, dan walaupun saat ini masih tak diketahui apa dia bisa memakai semuanya, telah dikonfirmasi kalau dia sudah menguasai beberapa.”
Hembusan [Angin], [Banteng], [Kuda Putih], [Unta], [Babi Hutan], [Pemuda], [Burung Pemangsa], [Domba], [Kambing], dan [Prajurit].
Ketika kesepuluh kemampuan Verethragna dibandingkan, [Banteng] dan [Unta] adalah yang paling berhubungan dengan bumi, namun mereka juga simbol langsung bagi kekuatan terbesar, keadaan jasmani terkuat, dan semangat bertarung terbesar.
Sehingga atribut ini secara alami menjadi teridentifikasi dengan kekuatan Dewa atau simbol keganasan, menerima sanjungan dan penghormatan.
Dan hari ini, di hadapan mata mereka, Godou dengan mudah menghancurkan si singa perak.
Tubuh raksasa singa itu diangkat dan dilemparkan, lalu jatuh diatas tanah.
Kemudian, dia menyerbu ke arah singa yang tak berdaya, menginjak leher dan dadanya dengan kakinya.
Kemudian, dia memegangi kaki depan, dan menguncinya dengan kakinya yang ditempatkan kuat kuat diatas tubuh singa. Singa itu dengan mudah dirobek-robek.
Kemudian dia menyerang dagu singa, dada, dan perutnya, dengan ganas menendangnya tanpa jeda, sampai seluruh tubuhnya mirip bentuk V.
“--------Aku sudah menghancurkan mainanmu! Jadi sekarang kau akan melawanku secara pribadi kan? turun kesini, akan kuakhiri ini sekarang!”
“Oh, dia akhirnya serius juga.”
Godou menatap dengan tidak senang pada Erica.
Melihat tatapan tak puas Godou, sang [Ksatria Ungu] mengangguk dengan puas.
“Bagi seseorang yang biasanya menyuarakan kedamaian, dia mencari kemenangan tanpa ampun saat dia bertarung serius........yah, kekasihku memanggilku, jadi aku permisi dulu.”
Erica yang lincah melompat ke tanah.
Menyaksikan gadis berambut emas melakukan lompatannya dengan indah, Godou sekali lagi merasakan sedikit penyesalan.
Siapa akan menduga kalau di negara asing ini, dia dipaksa berduel dengan seseorang lagi.......
Meski ia sudah menduga kalau inilah yang akan terjadi ketika dia menyetujui ajakan Erica untuk datang ke Italia, ia hanya bisa merasa depresi saat ini benar benar terjadi.
“.....Erica, kamu tahu kalau perbedaan antara manusia beradab dan manusia liar berasal dari derajat kemampuan mereka dalam menangani hal hal dengan cara beradab. Kumohon padamu, bisakah kamu menghentikan insting kasarmu, dan kebiasaanmu membuat masalah pada orang lain? Apa kamu tahu betapa sulitnya bagi mereka yang mencoba tetap bersamamu?”
“Masih topik lama itu lagi? Aku tak melihat masalah dengan itu, khususnya karena kamu selalu mencoba menghindari pertarungan, semenit berikutnya kamu akan serius. Kamu sebenarnya sangat menyukai ini kan? Kenapa tak sedikit lebih jujur pada dirimu?”
Menghadapi protes tanpa akhir Godou, Erica membalas dengan sembrono.
“Kamu adalah Raja dan aku adalah Ksatria. Kita memiliki kewajiban untuk melakukan duel yang menegangkan namun indah. Jadi mari kita bertarung dengan seluruh cinta kita, dan menjadikan duel ini klimaks dari kisah cinta kita!”
“Dari pengalamanku, kekasih tak mempertaruhkan nyawa mereka dalam duel macam ini! Jangan seenaknya memaksakan idemu tentang kisah cinta pada orang lain!”
Godou masih memprotes dengan tegas, dan dengan hati hati mengawasi si gadis berambut emas.
Singa perak itu sudah hancur lebur, dan sehingga Erica sudah kehilangan material untuk pedang panjangnya.......Namun ia tak bisa membayangkan Erica menjadi tak bersenjata karena itu.
“O Cuore di Leone--------Engkau adalah Pedang tak terkalahkan ‘hingga semangat bertarungku patah, pedangku takkan pernah musnah. O Singa, aku memohon padamu sekali lagi; kembalilah ke tanganku!”
Erica merentangkan tangannya ke arah rongsokan Cuore di Leone.
Rongsokan itu, yang pada dasarnya memiliki bentuk singa, mulai mengecil; bagian yang tersobek mulai menyatu kembali, dan mengubah bentuknya lagi.
Secara ajaib, rongsokan itu menempa dirinya menjadi pedang kembali, dan terbang ke arah Erica.
“Kamu masih melakukan hal absurd, dan setelah aku akhirnya bisa menghancurkannya.”
Namun, ini semua masih dalam dugaannya.
‘Erica memasuki medan tempur tanpa pedang? itu mustahil’. Godou, yang memahami logika ini, menatapnya dengan mata yang tak terkejut.
Syukurlah kekuatan luar biasa dari [Banteng] itu masih ada.
Dia mungkin masih bisa memakainya selama sepuluh menit atau lebih, dan berharap bisa meraih kemenangan dalam batas waktu ini.
--------Kekuatan Godou itu, yang mana Penyihir London namakan [Dewa Perang Persia], adalah kemampuan yang memberinya kekuatan tak terbayangkan, namun hanya dalam kondisi tertentu, kondisi yang sangat spesial.
Untuk contoh, memanggil [Banteng], ia mampu menggunakan kekuatan fisik Dewa.
Namun sebelum itu bisa digunakan, dia harus menghadapi musuh dengan kekuatan fisik diluar kewajaran.
Seperti itulah, namun.........
Bulan lalu, Godou diserang oleh pria berbobot 138 kg (yang sudah pasti mengetahui bela diri). Namun, dia tak mampu mewujudkan [Banteng] dan menjadi sangat kesusahan. Sepertinya hanya tipe kekuatan sangat super------katakan saja, kereta kuda yang meluncur pada kecepatan penuh, atau macan pemakan manusia yang bobotnya melebihi 300 kg, kalau musuhnya semacam itu, dia bisa memanggil kekuatan itu.
Untuk tambahan, ada kemampuan yang Godou hanya bisa gunakan saat dia menderita luka fatal.
Biarpun kemampuan ini hanya bisa digunakan untuk melawan 'pendosa besar yang membawa penderitaan hebat pada banyak orang, semua dan setiap kemampuan sepertinya membuat orang ketakutan bahwa itu adalah termasuk tipe kejahatan itu sendiri. Dan selain itu, semua persyaratannya sangat sulit untuk dipenuhi.
“.......Karena akulah yang terkuat diantara yang terkuat. Sungguh, akulah yang memegang setiap dan segala kemenangan. Aku tak peduli siapapun yang menantangku, entah manusia atau Iblis; aku akan hadapi semua lawan dan musuhku. Tanpa kecuali, akan kuhancurkan mereka semua yang menghalangiku!”
Godou, sambil memikirkan aspek terkuat dari Banteng, menggumamkan bait ini.
Ini adalah himne pertarungan yang dirapalkan untuk memanggil Dewa Perang Verethragna untuk bertarung. Sederhananya, itu adalah metode untuk mempertahankan kekuatan Dewa, seperti bahan bakar untuk menjaganya tetap terbakar.
Dia masih punya sepuluh menit sebelum kekuatan [Banteng] menghilang.
Kalau dia memakai bentuk itu sekali, dia harus menunggu selama satu hari sampai bisa menggunakannya lagi. Dan kalau dia berganti ke bentuk berbeda, bentuk yang aktif saat ini akan lenyap. Sehingga, Godou tak bisa memakainya secara sembrono.
Jadi meskipun kemampuannya ini sangat kuat, ia juga memiliki keterbatasan dalam pemakaiannya.
“Aku harus memujimu, Godou. Biarpun kamu masih berceloteh soal “perdamaian”, tubuh dan pikiranmu sudah mempersiapkan dirinya untuk pertarungan-------- Karena hal itulah kamu layak menjadi kekasihku.”
Erica memujinya dengan cara menyebalkan, dan kemudian mengacungkan jari telunjuknya.
Tertancap di tanah di samping Godou adalah sebuah tombak besar, sekitar satu setengah meter. Itu mungkin mirip dengan Cuore di Leone, keduanya dipanggil oleh sihir Erica.
“.......Kau ingin aku memakai ini?”
“Tentu saja. Erica Blandelli yang terhormat takkan berduel dengan seseorang yang tak bersenjata. Untuk Godou yang saat ini, menggunakan tombak itu pasti hal yang enteng kan?”
“Kenapa kamu hanya berpikir kalau akan seperti ini jadinya........karena kamu ingin membuat pertarungan adil, kenapa tak menaruh senjatamu saja? Dengan begitu akan lebih adil.”
Godou mendesah dan mengambil tombak itu.
Dia ingat kalau di tangannya adalah tombak tercinta Erica, yang memiliki inti sihir tertempa di gagangnya. Tombak itu sangat berat sampai pria raksasa pun takkan bisa mengangkatnya, namun Erica dengan mudahnya memutar dan mengangkat tombak baja ini. Benar-benar kekuatannya seperti monster.
Itu mungkin keuntungan dari tipe sihir yang memperkuat tubuh.
Meski Erica nampak langsing dan rapuh, kekuatan cengkeramannya lebih tinggi daripada Godou.
Namun itu hanya dalam kondisi normal. Untuk Godou saat ini, biarpun tombak ini tiga kali lebih berat, dia bisa memegangnya semudah memungut tusuk gigi.
Godou mengubah pegangan tombak seperti tongkat Baseball, dan embusan angin tercipta oleh sekali gerakan.
---------Erica dengan senang menyerbu ke arahnya.
Layaknya bayangan, mustahil untuk melihat gerakannya, dan karena gerakan kerasnya hampir tak ada hambatan udara. Teknik semacam ini hanya bisa dilatih dengan sabar.
Cuore di Leone dengan tenang bergerak menembus udara.
Saat Godou akhirnya menyadari itu, bilah perak sudah mendekati wajahnya.
“----------Tak bisakah kamu lebih hati-hati!? Kamu sedang melawan pemula!”
Untuk membuat perbandingan, yang terjadi barusan seperti petinju kelas dunia memukul dengan segenap kekuatannya.
Dan ini bukan tinju berisi daging, namun pedang yang keras dan mematikan.
Seolah ia sedang bermain bola hindar, dimana Godou memprioritaskan mengelak bola cepat yang menyerang kepalanya, dia menghindari tikaman pedang Erica.
Karena ia tak pernah mempelajari bela diri apapun, ia hanya bisa mengandalkan daya pandang tajam dan refleks cepatnya untuk melindungi nyawanya.
“Tapi Godou, siapapun yang bisa menghindari serangan tadi jelas-jelas tak bisa disebut pemula.”
“Tapi itu hanya keberuntungan, dan kamu mengincar titik yang 100 persen fatal kalau sampai kena!”
Semenjak dia menjadi Campione, di momen ketika ia melangkah ke medan tempur, konsentrasinya bisa meningkat sampai level yang tak terbayangkan.
Juga berkat hal itulah dia mampu melihat tikaman pedang Erica yang secepat manusia super.
Godou sudah bermain Baseball sejak dia memulai sekolah dasar. Di sekolah menengah, dia adalah catcher atau hitter keempat; yakni “Clean-Up”—bahkan dalam tim semi profesional.
Pada poin itu dia berada di puncak kondisi fisiknya, dan dia bisa menangkap setiap bola cepat tanpa banyak kesulitan.
Mungkin karena itu, dia lebih nyaman dengan abnormalitas fisik yang dimiliki Campione.
‘Abnormalitas fisik’ yang Godou pikirkan, adalah kemampuannya untuk tiba tiba memperkuat konsentrasi dan mempertahankan puncak kondisi fisiknya, ketika dia memasuki medan tempur. Kalau dia bisa menggunakan ini sepanjang acara olahraga normal, dia cukup percaya diri bisa memukul home run bahkan melawan mesin pelontar bola berkecepatan 190 mil per jam.
........Faktanya, dia mungkin bisa melibatkan perubahan itu.
Momen dimana ia harus berusaha sekeras mungkin, tubuhnya akan secara alami mengkondisikan dirinya hingga fungsi yang optimal. Sudah menjadi seperti itu semenjak Godou menjadi Campione.
Meskipun Godou menyukai olahraga, dia tak memasuki klub olahraga di SMA.
Ini karena dia merasa bahwa kemampuannya ini terlalu tidak adil, sama saja curang, ketika harus bertanding melawan orang normal.
“Sialan kau, bahkan sejak kita mulai kamu sudah melakukan apapun sesukamu-------Kuperingatkan kamu sekarang, aku tak bisa mengendalikan kekuatan seranganku, jadi sebaiknya kamu bisa mengelak dengan baik!”
Lalu Godou berteriak sambil mengayunkan tombak.
Meski dia tak pernah tertarik berduel, dia paham kalau dalam kondisi ini, kalau dia hanya bertahan dan tidak menyerang sama sekali, takkan bisa dihindari kalau lawan akan menghancurkannya.
Untuk meyakinkan keselamatan Erica, dia menggunakan tangkai tombak ketimbang bilahnya untuk menyapu tumit Erica.
Namun Erica hanya melompat ke sisi.
Menekan serangan, seolah untuk mengejar Erica yang kabur, Godou terus menyerang, kali ini mengayunkan tombak ke bawah dari atasnya.
Kali ini, Erica tidak melompat untuk menghindari serangan.
Hanya bergerak mundur dengan jarak setipis kertas, dia menghindari serangan, dan kemudian menyerbu maju.
Sambil terus menerus menikamkan pedangnya seperti jarum ia mengincar dada Godou.
Ini adalah serangan balasan!
Sudah menduga rencana Erica, Godou sengaja memilih tidak mengelak — Namun juga karena dia kehabisan waktu — dan menyapu tombak yang Erica hindari secara horizontal.
Hanya mengandalkan kekuatan pergelangan tangannya, tombak baja bergerak seperti cambuk, menyerang dengan tajam ke tubuh si gadis.
Ini adalah serangan balik yang mustahil bagi orang normal, namun dengan kekuatan monster milik [Banteng] ini adalah hal yang mudah.
Hal itu terjadi dalam sekejap.
Tepat sebelum dia nyaris dihantam oleh Cuore di Leone, ia dengan sukses menangkis Erica.
“Astaga.......refleksmu sungguh tajam seperti biasanya; kamu tak pernah berubah, bukan?”
Meski serangan balasannya gagal, Erica hanya tertawa.
Sepertinya dia tak mengalami luka. Kenyataannya, tepat sebelum tombak menghantamnya, dia juga melompat ke belakang untuk menghindari serangan. Godou harus mengakui kalau Erica, baik serangan dan pertahanannya sangat sempurna.
Menghadapi pakar semacam itu, bagaimana Godou bisa mengalahkannya?
Jawabannya terletak pada pengamatan yang cermat.
Godou sudah melakukan ini sejak dulu. Semakin jauh kemenangan dan semakin besar tekanan untuk meraihnya, makin cepat mata dan pikirannya bekerja.
Setiap gerakan, ekspresi, dan tatapan lawannya.
Selama ada secercah harapan, ia akan merebutnya. Memastikan karakter lawan, mengamati pola berpikir lawan; dia akan menggunakan kedua observasi dan analisa untuk mengkonfirmasi gerakan lawannya.
Entah lawannya manusia, Dewa, atau monster, selama dia bisa memahami pikiran mereka, dia akan bisa merumuskan rencana untuk menang.
Dari poin ini dan selanjutnya, seluruh konsentrasi Godou berpusat untuk meraih “kemenangan”.
Itu bukan perubahan tiba tiba, namun adalah hasil alami dari tindakannya.
Duel yang diperpanjang ini, dan juga lawannya yang adalah jenius dalam seni pedang dan pengguna ilmu sihir, membuat Godou bisa semakin memusatkan dirinya dalam pertarungan.
Erica tak memiliki kelemahan. Dan biarpun ada, Godou tak bisa melihatnya.
Namun ia sangat paham karakteristik Erica, yang sangat berlawanan dengan kenakalan ala setannya. Erica sangat mempercayai gaya bertarung yang adil dan terhormat, dan takkan pernah menyimpan kekuatannya.
Taktik bertarung favoritnya adalah serangan frontal, dan memakai kekuatan terbesar dan penuh semangat.
Kalau Erica saat ini tak melakukannya, mungkin karena dia ingin mengeluarkan semua kemampuan Godou, dan sengaja mengurangi laju serangannya.
“Kelicikan terlihat jelas di wajahmu. Kecerdasan rubah dan keganasan singa------- nah itulah Godou yang kucintai! Tunjukkan semua yang kamu punya, kuterima tantanganmu!”
Mendengar Erica mengatakan itu, Godou untuk sesaat tersenyum.
Kemudian, dia menyeringai menakutkan.
Apapun yang dia katakan sebelumnya, dia tak bisa membantah kalau duel itu mengasyikkan. Bahwa ada lawan yang berniat menerima serangannya, hanya bisa membuatnya bahagia. Karena pikiran ini, dia tanpa sadar menyeringai.
Yang mana dia harus pilih? Bentuk dengan kekuatan penghancur terbesar antara lain [Kuda Putih] atau [Babi Hutan].
Dia saat ini masih tidak bisa memanggil [Kuda Putih]. Namun dia mungkin bisa memakai [Babi]—
“Engkau telah melanggar sumpah, dan mendosai Bumi. Sang Raja telah berbicara-------pendosa harus dihukum. Biarlah tulang belakangnya dihancurkan; biarlah tulangnya dipatahkan; ototnya disobek, rambutnya direnggut dari tengkoraknya; biarlah darahnya, tumpah ke atas tanah, diaduk menjadi adonan darah. Aku akan menjadi orang yang mengubur taringku kedalam daging sang pendosa, bahwa kehendak sang Raja harus ditaati; engkau akan dimusnahkan!”
Aslinya, ini adalah ayat pemanggilan dari teks suci.
Ayat itu mendadak diubah menjadi mantra, dan mengalir dari mulut Godou.
“Sang Babi Hutan akan menghancurkanmu! Sang Babi Hutan akan melenyapkanmu!”
Inilah Campione: “Inilah teriakan kemenanganku kepada Dewa, bukti dari kekuatanku!”
Inilah lelaki yang telah berubah menjadi Iblis: “inilah ejekanku pada Dewa, yang menjadi musuhku!”
Inilah sang pemenang: “Inilah pernyataan tantanganku, agar mampu menggunakan kekuatan Pembunuh Dewaku!”
“O Dewa-dewa di langit[8]. Engkau semua yang mendengar ayatku ini, murkalah pada kematian saudara saudaramu!”
“O Dewa-dewa bumi[9], engkau semua yang mendengar ayatku ini, mengutuklah dan berteriaklah atas pembunuhan dewa!” [10]
“O Dewa samudra, engkau semua yang mendengar ayatku ini, merintihlah karena tidak bisa lari dari penderitaan nasib buruk kalian sendiri!” [11]
“Akulah musuh semua Dewa! Akulah perampas kekuatan Dewa!” didorong oleh kemampuan seperti setannya, Godou tanpa sadar melafalkan ayat-ayat ini.
“Apa penyebab gempa bumi ini?”
“Dia baru saja melafalkan nama [Babi Hutan], sehingga itu pasti kemampuan dari Raja itu.......perwujudan kelima Verethragna, babi dengan taring yang sangat tajam. Dalam legenda, ia bisa menghancurkan setiap objek dengan satu serangan — “
Dinding dimana sang Komandan [Wanita Tua] dan [Ksatria Ungu] berdiri mulai berguncang.
Mantra yang tadi Godou lafalkan tepatnya adalah : himne untuk memanggil hewan langit bernama “Pembawa Keruntuhan”.
Mungkin orang akan menganggap hewan semacam itu akan benar-benar turun dari surga, langit berguncang sambil mengumpulkan awan badai, dan bumi bergetar sambil bergoncang seperti gempa kecil.
“Sa-sampai seperti ini.......sampai bahkan menggunakan [Babi Hutan] ketika berduel dengan lawan selemah diriku, kamu sungguh tak punya hati! Kalau kamu sampai berbuat kesalahan, bukan hanya bukit dan Colosseum Roma, namun bahkan Forum Romanum akan rata dengan tanah!”
Erica menunjukkan ekspresi yang langka; yakni kecemasan.
Melihat tatapan cemas Erica yang tidak biasa, Godou merasakan kepuasan luar biasa.
“Kalau aku menggunakan metode biasa untuk melawanmu, mana bisa aku menang. Jadi aku memutuskan memakai serangan terkuat yang mampu kugunakan pada saat ini.”
Di langit di atas Godou dan yang lainnya, distorsi ruang terjadi. Diantara dunia ‘nyata’ dan dunia ‘khayalan’— yang seharusnya tidak ada— muncul jalur yang muncul pada retakan diantara keduanya. Disana muncul makhluk raksasa, garang, terselimuti bulu hitam gelap, berusaha kabur dari retakan tersebut.
Tubuhnya bahkan lebih besar dari singa yang Erica panggil sebelumnya. Faktanya, dua kali lebih besar.
Panjang keseluruhannya setidaknya 20 meter.
Pada saat itu hanya hidung sampai lehernya yang bisa terlihat, bersama dengan dua taring yang besar dan tajam.
Hanya beberapa menit lagi, dan dia akan benar benar memasuki dunia ‘nyata’.
Meski tubuh raksasanya belum sepenuhnya terlihat, dan belum bisa dikatakan sebagai ‘monster ganas’, namun penampilannya, terutama hidung dan taringnya, memang seperti babi.
Godou dan Erica telah melihat kehebatan kekuatan monster itu sendiri sebelumnya.
Dibalik bulu gelap sang [Babi Hutan], adalah jumlah otot yang membuat bergidik.
Pada dasarnya, ini adalah perwujudan dari hasrat Verethragna untuk melenyapkan musuh dari Dewa atasannya, Mithras. Hewan langit yang ganas, yang Godou tengah panggil, adalah perwujudan dari [Babi Hutan].
Ia tak paham kenapa, namun syarat untuk memanggil kemampuan ini sangat luas.
Selama Godou ‘memiliki objek besar sebagai target, dan bermaksud menghancurkannya’, maka syarat itu terpenuhi. Dia tak pernah menguji sebelumnya seberapa besar atau kecil objek yang diperlukan, namun selama terlihat lebih berat dari sepuluh ton, benda itu bisa dikategorikan sebagai target.
Dan, perwujudan [Babi Hutan] bukan hanya mengenai besarnya ukuran.
“Aku tahu kalau Godou sama sekali tidak normal; jadi semua pembicaraanmu sebelumnya hanya kata kata basi........eloi, eloi, Lama Sabachtani[12] Tuhanku! Mengapa engkau meninggalkanku?!”
Erica mengangkat pedangnya ke surga, dengan keras melafalkan himne suci.
Erica mengangkat pedangnya ke surga, dengan keras melafalkan himne suci.
Godou sudah mendengar itu berkali kali sebelumnya, mantra untuk melepaskan teknik sihir terkuatnya.
“O Tuhan! Aku meratap dan memohon sepanjang hari, namun engkau meninggalkanku! Aku menangis dan berdoa sepanjang malam, namun engkau mengacuhkanku! Namun engkau tetap yang paling suci, engkau yang telah memuji Israel sebagai singgasanamu!”
Mantra yang ia ucapkan mengguncang udara, dan mulai membekukan tanah disekitarnya.
Tubuh Godou mulai sedikit merinding.
Itu karena suhu di sekelilingnya menurun dengan sangat drastis.
......Pada akhirnya, Erica akan memakai teknik ini. Karena Erica tak pernah menahan dirinya dalam menyerang, mudah memprediksi garis besar rencananya; sebenarnya, ini mungkin karena Erica berpikir bahwa tak masalah kalau seseorang membaca semua rencananya, asalkan dia bisa mengalahkan musuhnya.
Godou untuk sekejap menatap rerumputan di sekitar kakinya.
Kesempatan bagus untuk mendapat konfirmasi akhir dari targetnya.
“Meski tiap tulang di tubuhku hancur berantakan, sakit hatiku meleleh bagai lilin menyala. Engkau akan menguburku di debu tanah kering! Anjing liar mengelilingiku, pihak jahat dukunglah daku!”
Tuhan tetap duduk di Surga, tak berniat memberikan bantuannya.
Seorang diri untuk putus asa, kesulitan yang akhirnya melahirkan kutukan.
Mantra ini, terisi dengan emosi negatif, mempengaruhi tanah, dan Erica, menjadi pelafal mantranya, tengah memfokuskan semua energi negatif itu.
Suhu disekitarnya semakin jatuh, dan sekarang sudah pada poin dimana bahkan tulang akan menggigil karena kedinginan.
“O Tuhan penyelamatku, kumohon padamu; bantulah daku! Lindungi aku dari semua senjata musuhku, lindungi aku dari taring singa, lindungi aku dari tanduk banteng!”
Tepat sebelum kematian Messiah, ini adalah lagu pemakaman dan lagu pemuliaan yang ia nyanyikan, dengan putus asa dan dalam waktu lama.
Sekedar mendengarkan kata kata itu saja, manusia normal akan dibutakan, orang orang lemah bahkan akan jatuh. Kalau si pelafal mantra menginginkannya, mantra ini bahkan bisa membunuh semua orang di sekitarnya.
Godou membuang tombaknya ke sisi, dan mendadak membungkuk.
Dia mengambil kerikil yang ia pastikan berada disana, tergeletak di rerumputan beberapa saat lalu, dan segera melemparnya ke depan. Ini adalah tindakan yang sudah ia tampilkan entah berapa kali di lapangan baseball.
Yang ia incar adalah dada Erica.
Godou sangat percaya diri pada kekuatan lengan dan akurasinya; dari jarak ini, tak mungkin serangannya akan lolos.
Meski ini hanya kerikil, siapapun tak boleh meremehkannya. Sejak zaman dulu, batu lempar adalah senjata termurah dan paling sederhana, namun memiliki kemampuan mematikan untuk membunuh manusia. Bahkan dalam keKristenan, senjata yang David gunakan untuk membunuh Golliath adalah kerikil[13].
----------Namun Erica bisa menjatuhkannya dengan Cuore di Leone.
“Tuhanku! Mengapa engkau telah membuangku!”
Kekuatan luar biasa dalam mantra ini memerlukan konsentrasi penuh dari si pelafal mantra. Kesalahan kecil saja bisa menciptakan situasi hidup dan mati. Bagi Godou, kesempatan untuk menang terletak pada momen momen semacam ini.
Erica tak mempertimbangkan rencana tersembunyi Godou, sehingga ia dengan santai menggunakan pedangnya.
Godou tak memanggil [Babi Hutan] untuk menghancurkan Erica.
Itu hanya untuk gertakan--------hanya untuk membuat Erica kehilangan akurasi serangannya.
Melihat pedang yang diayunkan dalam sekejap itu, Godou memulai serangannya.
Saat mewujudkan [Babi Hutan], Godou sendiri memiliki kemampuan serang seperti babi.
......Namun itu hanya serbuan cepat pada garis lurus. Kalau dia memakai ini dalam rugby atau maraton maka tidak masalah, namun dalam duel melawan pendekar pedang, hal itu tidak terlalu menarik baginya.
Namun, kalau posisi lawannya bergeming, maka masih mungkin merebut celah dalam pertahanannya untuk menghajar lawan.
Kalau lawannya adalah pendekar pedang biasa, rencananya untuk menyerang tiba tiba mungkin akan bisa mengalahkan lawan dengan mudah.
Masalahnya, lawannya adalah monster yang melebihi manusia normal.
Erica dengan sekejap membetulkan postur lemahnya. Siapapun bisa berkata ini adalah aspek paling mengerikan darinya, ia memiliki indera keseimbangan yang melebihi kewajaran.
Cuore di Leone berkilat, dan menebas ke arah Godou, yang menyerbu ke arah Erica.
‘Syukurlah kecepatan [Babi Hutan] masih lebih cepat darinya’
Hanya di ujung pedang, di dekat pangkalnya, yang mengenai lengan Godou.
Namun tebasannya sangat kecil, mungkin hanya sedalam kulit.
Biarpun orang itu adalah pakar, tak mungkin menggunakan bagian pedang itu untuk membunuh seseorang. Kalau serangan Godou sedikit lebih lamban, ketajaman pedang dan kecepatan serbuannya mungkin akan membelahnya jadi dua.......
Sementara itu, Godou mendesah lega, sambil menggenggam Erica dan menguncinya ke tanah.
“---------!?”
Biarpun itu adalah Erica, tak mungkin dia bisa menghadapi kecepatan serbuan [Babi].
Godou benar benar sudah menguncinya, dan menduduki bagian atas tubuhnya.
Tentu saja, dia dengan segera mengekang tangan Erica yang menggenggam Cuore di Leone.

[edit] Bagian 3

Keduanya saling menatap untuk sesaat.
“......Kalau bisa, aku lebih suka berada dalam posisi ini saat kita berduaan saja, di atas ranjang.”
“He-Hentikan membuat lelucon murahan itu; lagian, sudah cukup kan? Aku sudah mengunci semua gerakanmu, duel ini aku yang menang kan?”
Menghadapi Erica yang keras kepala, Godou menimpali dengan dingin.
“Gerakan akhir itu agak curang. Kamu tak menyerang dari depan, sama sekali tidak elegan.”
Godou sangat paham apa yang Erica coba katakan.
Tak peduli seberapa bagus rencananya, memaksa Erica untuk mempersiapkan jurus terkuatnya sebagai serangan akhir, namun menentukan kemenangan sebelum ia bisa menggunakannya, sungguh strategi yang menyedihkan. Untuk contoh pada Gulat Sumo, itu sama halnya master Yokosuna[14] menantangmu bertanding, namun menyerangmu secara tiba tiba setelah mengalihkan perhatianmu.
“Mengalahkanmu saja tidak cukup, namun juga harus elegan? Dengan kamu sebagai lawanku, mana bisa aku melakukan hal hebat semacam itu. Dan pokoknya, entah itu kotor atau curang, menang tetap menang, bukan begitu?”
“Aduh......karena kamu berpikir seperti ini, kamu tak mungkin meraih kemenangan secara indah. Lupakanlah, memang karena kamu pria semacam itu, yang membuatmu terus menang sampai sekarang........oke. Aku mengaku kalah. Salahku sendiri karena termakan trik itu. Namun ini yang terakhir, kamu dengar? Ini yang terakhir kalinya hal itu akan terjadi!”
“.....Aku paham. Jangan cemberut seperti anak SD hanya karena kamu kalah.”
Ekspresi tak senang Erica mirip seorang anak yang sedang marah. Mereka yang menonton hanya bisa tersenyum di dalam hati.
Namun, Godou mengubah pikirannya dua detik kemudian.
Erica tiba tiba tersenyum, tatapan licik muncul di wajahnya.
Hanya saat dia merasa tertarik untuk mempermainkan Godou, ekspresi seperti setan itu muncul.
“Godou, sudah lama sejak kita berdua saling berpelukan dengan erat seperti ini—“
“Ah, tidak, ini bukan salah satu dari situasi canggung dan penuh gairah itu kan?”
Dia menyadari bahaya namun nampaknya sudah terlambat.
Erica melingkarkan lengan kosongnya disekitar leher Godou.
“Ini sempurna. Biarkan aku memberimu ciuman kemenangan. Tugas laki-lakilah untuk menuntun di saat seperti ini, tahu?”
Bibir merah cherry yang lembut itu, membisikkan kata kata manis itu, terlihat begitu segar dan terisi oleh hawa nafsu.
“Berhenti bermain-main! Bukankah aku sudah menyuruhmu menghentikan sikapmu itu!”
“Apa? Aku tak paham apa yang kamu bicarakan, maaf. Karena shock yang kudapat dari pengkhianatan kekasihku, aku tak ingat apa-apa.”
Biasanya, Godou memastikan untuk tak memberi perhatian, namun sosok Erica sungguh berbahaya.
Sosoknya selangsing pohon cemara, namun bagian yang semestinya penuh, terlihat sangat penuh sampai sulit untuk mengarahkan tatapannya.
Dada besar dan berisinya nampak bagaikan buah yang lezat, dan pinggang langsing sampai lekuk tubuhnya yang sempurna, ini semua cukup merangsang sampai bisa dianggap kejahatan.
Dan sekarang gadis yang sama ini tengah menekan tubuhnya begitu dekat dengan Godou, bahkan saat ini tubuhnya merasakan kehangatannya, bahkan sekarang tergoda oleh ciuman manisnya.
‘aku tak boleh membiarkan Erica sesukanya!’
Ini adalah pertarungan yang sangat berbeda dari sebelumnya, sekarang adalah duel antara Godou melawan akal sehatnya.
Parfum menggoda di tubuh Erica, kehangatannya dan kelembutannya, membuat Godou mabuk oleh sensasinya, namun dia terus mempertahankan akal sehatnya.
“Erica, hal semacam ini hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang sudah berpacaran, jadi kupikir kita tak boleh melakukan ini. Selain itu, ada orang yang melihat kita jadi tolong hentikan!”
“Aku ingin lakukan ini, memangnya kenapa? Selama Godou tertarik, kita berdua setuju, maka tak ada masalah. Kalau kamu begitu khawatir dilihat orang lain, kenapa tak berganti lokasi saja?”
Mungkin karena Erica sudah bisa melihat Godou menjadi terpengaruh olehnya, namun saat dia tersenyum lagi, itulah yang paling mencurigakan.
Kalian mungkin membandingkannya dengan bagaimana matahari meminta petualang untuk melepas mantel mereka. Dia juga menampakkan senyum licik itu. ‘aku harus lepas dari cengkeraman setan ini, makin cepat makin baik!’.
Sesudah memutuskan itu, Godou berdiri dengan kasar.
Itu terjadi ketika dia menyadari kalau tanah disekitarnya masih bergetar.
Dan lebih tepatnya, berguncang dengan keras.
Mungkin sekitar tiga skala Richter.
“Kusanagi Godou, aku memang sudah menyaksikan kekuatanmu, yang mana, kalau harus kukatakan, sudah melebihi dugaanku.”
“Sampai kau mampu menjinakkan hewan langit semacam itu, kekuatan yang dibawa oleh Raja sungguh layak dipuji, dan sungguh membsngkitkan rasa hormat terbesar.”
“Sehingga, menurut sumpah dari Lady Erica, kami disini mengakui dan mekonfirmasi dirimu sebagai Campione, sumpah ini adalah perwakilan dari corpsku.”
Para Ksatria dengan berat berjalan sepanjang tanah yang bergetar ke arah mereka.
Sang [Ksatria Ungu] dan Komandan [Serigala Betina], bersama dengan [Wanita Tua] yang mendadak muncul, itu artinya semua orang sudah hadir disini.
“Namun ada hal yang ingin kami minta darimu, mungkinkah bagimu untuk mengakhiri getaran menghebohkan ini?”
“Ya, kalau kau tak segera mengirim kembali hewan itu, aku takut hasilnya akan mengerikan....”
Mendengar permohonan [Ksatria Ungu], Godou menganggukkan kepalanya dan setuju.
Karena kemenangan sudah diputuskan, tak perlu membiarkan [Babi] itu di bumi. Godou berkonsentrasi untuk sejenak, kemudian berpikir: ‘Sudah cukup, kau boleh kembali sekarang’.
Dengan begini, hewan raksasa itu akan lenyap, dan dia bisa kembali tidur........namun hal semacam itu tak bisa berjalan lancar.
[Babi Hutan] itu tidak menghilang.
‘Oi! Aku datang jauh-jauh oleh panggilanmu, dan kau akan mengirimku kembali begitu saja?’ setengah terwujud, si hewan buas memberikan pancaran penolakan di matanya, dan terus berusaha keras untuk keluar.
“Maaf, tapi sepertinya dia tak mau kembali......”
“Tapi itu akan menjadi bencana! Kalau Hewan langit semacam itu mengamuk di Roma akan jadi kemungkinan terburuk yang pernah ada!”
“Memang begitu masalahnya. Apapun itu, kita harus hentikan situasi menjadi semakin buruk.”
Kedua [Ksatria Ungu] dan Komandan [Serigala Betina] terlihat sangat tidak nyaman.
Disamping itu, sebagian tubuh [Babi], hampir sepenuhnya terwujud.
Kalau dia sampai keluar, ia pasti akan jatuh ke tanah, dan menghancurkan segalanya dengan riang gembira.
“Terakhir kali kanu memanggilnya, setelah target hancur dia akan kembali sendiri. Apa kamu pernah memintanya kembali sebelum itu?”
“Ya. Dia kelihatan sangat tidak senang, namun tetap kembali dengan patuh.”
Setelah Godou menjawab pertanyaan Erica, dia menyatakan kemungkinannya.
“Tentang kendaliku pada sang [Babi Hutan], mungkin aku masih belum benar-benar menjinakkannya. Biarpun aku memberi perintah, ia mungkin tidak menghiraukan.”
“Kalau begitu, yang bisa kita lakukan adalah membiarkan si Hewan Langit itu menghancurkan target secepatnya, dan mengirimnya kembali secepat mungkin? Kupikir itu metode terbaik untuk mengurangi kerusakan.”
Pemimpin [Wanita Tua], memberkan sarannya dengan nada bergetar.
Itu adalah saran yang paling masuk akal.
Satu satunya masalah adalah, target itu sendiri-------seperti beberapa saat lalu, Erica sudah menyadarinya dari tatapan Godou.
“Godou, kamu tak mungkin memilihku sebagai target untuk memanggil [Babi Hutan], aku tak cukup besar untuk dianggap target yang sesuai.”
“....Yeah, aku memilih objek yang lain sebagai target.”
Karena Godou tak ingin dipertanyakan dengan hati hati, dia tanpa sadar mulai mengelak dari pertanyaan.
Namun Erica melihat kesempatannya, dan dengan tepat berkesimpulan.
“Satu satunya hal yang menarik perhatian Godou, pastinya “itu”. ‘Itu’ adalah benda yang paling mencolok disekitar sini, dan juga yang terbesar. Namun seseorang yang selalu berceloteh soal akal sehat tak mungkin akan memilih benda seperti itu kan? biarpun itu adalah atraksi turis yang kotor, itu tetap saja situs warisan dunia, kan?”
Erica terus menggali lebih dalam.
‘Sial, dia hanya ingin menikmati setiap kesempatan yang ia punya untuk membuatku sengsara’
“Benda “itu” yang kau maksudkan.........tak mungkin yang itu, kan?”
Komandan [Serigala Betina] mempertanyakan itu dengan suara bergetar, kemudian dengan jari bergetar menunjuk ke arah “itu”.
Dia menunjuk ke arah luar, mengindikasikan lokasi tak jauh dari bukit ini, arena besar dari zaman Imperial---------Disana berdiri Colosseum Roma.
......Dibawah tirani Nero, itu adalah reruntuhan danau buatan manusia[15], dan perlu waktu delapan tahun untuk selesai.
Ia selesai dibangun dibawah kekuasaan Kaisar Titus di abad 80 Masehi. Ratusan hari bermain diselenggarakan sebagai perayaannya, dan 9000 hewan buas dibunuh.
Setelah itu, tempat ini terus mengambil nyawa ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu petarung dan hewan buas.
Hal itu berlanjut sampai zaman pertengahan, ketika ia menjadi tambang batu yang cocok untuk menambang batu yang digunakan membuat bangunan, kapanpun seseorang ingin mendirikan bangunan besar seperti gereja atau mansion. Sungguh, itu adalah relic raksasa yang telah berdiri selama dua ribu tahun dalam sejarah.
“Erm......karena “itu” adalah satu satunya yang cocok dijadikan target, pada saat terdesak aku.......”
Dan tepat ketika Godou mengakui dengan malu malu........
Pemanggilan [Babi Hutan] benar benar telah selesai, dan seluruh tubuhnya telah terwujud sempurna.
Dari taring tajamnya sampai cakar di kakinya, dan bahkan di ekornya, sekarang ia sudah benar benar masuk ke dunia ini, dan massa tubuh seberat sepuluh ton jatuh menimpa bumi.
“--------------------------------------------!!!!!!!”
“--------------------------------------------------------------------!!!!!!!”
Hewan buas yang jelas jelas tak ada di bumi tengah mengeluarkan auman keras.
Menunjukkan sikap garangnya, ia tiba tiba mulai menyerbu.
Tiap kali sang [Babi Hutan] berbulu gelap menghajar tanah dengan kakinya, goncangan luar biasa mengguncang seluruh area--------Bukan, mungkin mengguncang seluruh wilayah Roma.
Dan tentu saja, targetnya adalah Colosseum Roma di hadapan matanya.
Hewan Langit telah muncul di depan target dalam sekejap mata, dan mulai menciptakan kehancuran dengan skala yang sangat mengerikan.
---------------------------------------------
Selama tiga hari setelah itu, insiden muncul di berita global dimana mana, dan menerima tajuk berita utama “Roma mengalami pemboman oleh Teroris! Kehancuran misterius Colosseum Roma!” alasan sejati dibaliknya, adalah ini.

[edit] Bagian 4

“Anda sudah mau pulang? Padahal saya baru mengenal anda, sungguh disayangkan..........”
“Ayolah.......santai saja dan rileks selama seminggu lagi. Bahkan dua minggu tak masalah kan? jadi kita bisa bermain dan jalan-jalan bareng; kita juga belum mengalami banyak waktu mesra mesraan......”
Anna dan Erica mengatakan keengganan mereka.
Godou terus mengemasi-barang barangnya, sambil membalas mereka berdua dengan jawaban yang benar benar berbeda.
“Aku juga merasakan hal yang sama, Anna-san. Kalau kamu punya kesempatan untuk mengunjungi Jepang, mohon hubungi aku, aku pasti akan berusaha mencarimu. Erica, berhentilah mengatakan saran tak bertanggung jawab macam itu, bagaimana bisa aku membolos sekolah selama itu? Dan kita tak punya waktu mesra mesraan, pokoknya aku tak butuh!”
Ini adalah kamar hotel yang Erica telah pesan.
Tadi malam, setelah hampir hancur totalnya Colosseum, Godou tertidur seperti balok kayu di kamar ini.
.......Telah menderita oleh kehancuran gila gilaan dari [Babi] dan dampaknya, warisan budaya umat manusia mengalami kehancuran parah.
Agar bisa menghentikan tragedi, Godou berusaha sekuat yang ia bisa.
Dengan mati matian, ia terus menerus memberi perintah, dan akhirnya berhasil mengirim kembali sang [Babi Hutan].
Namun, Colosseum sudah lenyap separo sebelum itu, dan sekarang setengah dari arsitektur yang lenyap lagi lagi dihancurkan hingga tinggal separuh , dan bagian beruntung yang tersisa hanyalah sebagian kecil aslinya.
Dengan perkecualian satu orang, semua orang Italia lain pasti akan menganga melihat kehancurannya.
“Yang jelas, Milan juga mengorbankan Castella Sforzesco[16]. Kalau Roma tak mengorbankan sesuatu seperti Colosseum mereka, keuntungan unggul mereka dibanding situs budaya lain jadi tidak adil.”
Orang tersebut adalah Erica— dengan alias [setan], yang dengan riang mengucapkan kata kata itu.
Masalah ini bisa menjadi perangkap lain yang ia bisa pakai untuk mengancam Godou, dan digunakan sebagai alasan untuk memanggilnya kembali ke Italia. Hari itu mungkin tak akan terlalu jauh.
Dan karena insiden ini, ketiga Grand Master bahkan menjadi lebih hormat padanya.
“Begitukah, insiden dengan Castella Sforzesco, alasan keruntuhannya juga karena........”
“Aku paham sekarang, dengan kekuatan seperti ini, bahkan kehancuran semacam itu tak ubahnya mainan anak anak........”
Komandan [Wanita Tua] mengangguk paham, dimana sang [Ksatria Ungu] di sampingnya juga memasang ekspresi yang sama.
Dengan kelakuan buruk sebelumnya ketahuan, Godou hanya bisa menenggelamkan kepalanya dengan rasa malu, dimana Erica hanya tersenyum bahagia.
“Entah itu gerbang San Felica di Palermo, atau Pelabuhan Cagliari[17] di Sardinia, mereka semua tak ada apa apanya di depanmu. Aku jadi teringat, di Piazza del Campo[18] di Siena, bukankah kamu menyisakan retakan besar disana?”
“A, anu......kamu benar, tapi tolong jangan bicara seolah itu semua tak ada hubungannya denganmu. Kamu juga turut bertanggung jawab dalam semua peristiwa itu.......”
Godou menatap Erica dengan wajah jengkel, dimana para Grand Master justru membungkukkan kepala mereka.
Akhirnya, seperti pelayan yang melayani Raja Feodal, orang orang lain di sekitarnya dengan cepat membungkuk dengan patuh.
“Kami sekarang sangat memahami bahwa masalahnya bukanlah seseorang memilih untuk bersikap sebagai Raja atau tidak, Raja tetaplah Raja. Jika dan ketika anda memutuskan untuk memberkahi Turin dengan kehadiran anda, saya mohon anda untuk lebih pengampun dan pengertian------“
“Kami dari ‘Kota lili’, Florence, juga meminta dengan sangat pada anda------“
“Kami, kami di Roma juga memohon dan berharap kalau anda akan memandang kami sepihak dengan anda--------“
Usai menyaksikan situasi ini, dan meski dia menghabiskan waktu yang lama mengutuk dirinya karena kebodohannya, ia masih tetap bisa tidur nyenyak.
Namun bahkan dalam mimpinya dia terus menyalahkan dirinya sendiri karena melakukan hal bodoh macam itu.
Dan kembali ke masa saat ini, pagi ini, dia mengambil koran pagi dari Anna, yang sudah memasuki ruangan dengan Erica.
“Godou-san, ini sungguh hebat! Dua puluh halaman dari koran ini semuanya mengenai pemboman teroris di Colosseum, jumlah halamannya sama dengan ketika Italia menjuarai World Cup!”
“Koran bahkan menulis kalau ada petunjuk tentang organisasi teroris yang berhasil melakukan ledakan berskala besar itu. Ah, dan bahkan ada sejumlah organisasi yang mengklaim kalau merekalah yang melakukan insiden itu!”
Anna yang seperti malaikat memberitahunya berita itu, dimana Erica juga dengan senang melihat halaman koran.
Koran yang mereka bawa bukan satu satunya yang melaporkan kalau hanya seperempat bagian Colosseum yang tersisa, bahkan di internet, stasiun berita di seluruh dunia juga buru-buru menyebarluaskan peristiwa ini.
Godou jadi makin merasa bersalah.
Ngomong-ngomong, sudah waktunya bagi dia untuk melakukan penerbangan. Waktu untuk sedikit merubah suasana hati, dan meminta mereka untuk mengantarnya ke bandara, namun......
“Apa!? Kamu sudah mau pulang!? Tapi sangat sulit membawamu kemari........kamu benar benar tak mau menghabiskan waktu bersamaku?”
“Sudah kubilang padamu, aku hanya siswa SMA. Kalau aku bolos sekolah, aku takkan pernah mendapat ampun dari adik perempuanku. Kuhargai ketulusanmu, namun biarkan aku lepas kali ini saja.”
Biarpun di Italia masih minggu pagi, saat ini sudah tengah malam di Jepang.
Kalau dia buru buru sekarang dan mengejar pesawat, dia mungkin bisa kembali ke Tokyo di sekitar jam dua belas siang. Kapanpun dia terbang, selalu dalam kondisi buru-buru.....
“Ah, aku jadi tak tahu cara berurusan denganmu. Aku akan mengantarmu ke bandara, namun aku harus memberimu sesuatu sebelum itu.”
Erica mengambil tas koper di kakinya, dan membukanya.
Disimpan di dalamnya adalah ukiran yang seukuran telapak tangannya.
Material itu mungkin pahatan obsidian, dan bentuknya adalah wajah manusia yang gagal dibentuk, dan puluhan ular di sekelilingnya.
Ular itu nampak seperti bagian dari rambut orang itu.
Bagian bagian sisinya sudah rusak dan sulit dikenali, dimana batu itu sendiri juga nampak rusak berat. Ia terlihat seperti artifak kuno.
“Apa ini? Kamu mau aku membawa ini kembali denganku?”
“Yup, sudah kukatakan sebelumnya, ini adalah Gorgoneion--------perwakilan kuno dari Ibu Bumi. Benda ini mampu memandu Dewi menjadi [Dewi Sesat] di bumi, itu adalah penunjuk arah, atau kalau dijelaskan lebih simpel, itu semacam Grimoire[19] sihir.”
Mendengarkan hal itu, Godou menggeleng kepalanya.
“Grimoire? Ini bukan buku, ini simbol dipahat di atas batu. Bahkan tak ada tulisan di atasnya, hanya gambar, kan?”
“Lupakan kertas, ini adalah objek dari waktu bahkan sebelum tulisan ditemukan; namun konsep dan penggunaannya sama seperti buku. Karena itu aku menyebutnya Grimoire. Karena selain Dewa Dewa kuno, ini tak punya arti bagi siapapun.”
“Gorgoneion, Gorgon.........Medusa[20], kan? Aku ingat kalau dia adalah monster yang Perseus kalahkan, jadi apa ada hubungan diantara mereka?”
Medusa — wanita yang dilahirkan dengan rambut ular, Iblis mengerikan yang ditemukan di mitologi Yunani.
Telah melihat patung dan mendiskusikannya, Godou secara alami jadi kepikiran.
Erica tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Itu benar, tapi aku harus sedikit mengkoreksinya, Medusa sendiri juga seorang Dewi kan?”
“Eh? Apa iya? .......seingatku tidak seperti itu.”
“Tidak, kamu juga tidak salah. Dalam mitos Yunani, dia adalah monster jahat, namun dibalik itu, dia adalah Dewi Ibu Bumi yang kuno, dengan sejarah panjang, dan dia juga memiliki hubungan dekat dengan banyak Dewi Dewi kuno lain, diantaranya Dewi Tripartite[21] penguasa malam......”
Itu terdengar seperti penjelasan yang sangat rumit.
Godou mengangguk mengiyakan, dan tiba tiba menyadari sesuatu.
Karena dia penasaran , dia tanpa sadar terhisap dalam penjelasan itu. Ternyata ini semua memang rencana Erica!
“Erica, stop! Kamu tak perlu menjelaskan lagi. Aku selalu menjaga pengetahuan teologi di jarak yang aman, dan aku tak berencana membuat persiapan ekstra untuk hal hal lain. Jadi berhentilah berbicara!”
“Aku percaya kalau itu hanya masalah waktu; pada akhirnya, Godou akan secara pribadi bertanya tentang informasi padaku.”
“Itu takkan pernah terjadi! Kali ini takkan terjadi! Dan pokoknya, bagaimana aku bisa membawa pulang barang berbahaya itu!? Maaf, aku tak bisa menerima itu.”
Patung yang tak jelas asal usulnya, yang ia ketahui ada hubungannya dengan Dewa.
Kalau monster berbahaya sampai muncul di Tokyo karena dia membawa ini pulang, Godou pasti akan diserang perasaan bersalah.
Mendengar penolakan Godou, Erica memasang senyum lemah menyarankan hal seperti ‘Oh, kalau kamu maunya seperti itu~~', kemudian dengan sengaja menundukkan kepalanya.
“Oke.......aku tak bisa memaksamu. Kalau Gorgoneion terus berada di negara ini, cepat atau lambat [Dewa Sesat] akan datang kemari.......Tapi, kami tak punya Raja yang bisa diandalkan, karena saat dia bertarung dengan ‘aku tak tahu siapa’, dia mengalami luka yang parah, dan harus memulihkan dirinya.......”
Erica bersuara tragis menggumamkan hal itu dengan nada patah hati.
Menyerang di titik lemahnya, Godou hanya bisa meringis.
“Arianna, kalau ada Dewa jahat datang, aku bersumpah atas namaku untuk melindungimu-------Tapi maaf. Kekuatanku takkan mungkin bisa mengalahkan Dewa; namun , agar kamu tetap hidup, aku akan bertarung sampai mati!”
“Anda, anda tak boleh lakukan itu! Erica-sama, mohon jangan katakan hal seperti itu! Kalau waktunya sudah datang, saya akan bertarung di sisi anda. Saya mungkin tak banyak membantu, namun saya tak akan menjadi beban bagi anda.”
“Kamu sungguh gadis kuat.........semoga Tuhan menganugerahimu kepercayaan diri tanpa takut! Ah~~ namun para penduduk yang lemah dan tak berdaya itu, apa yang akan terjadi pada mereka......?”
Tak sadar kalau Majikannya sedang bersandiwara, Arianna merespon serius pada ucapannya.
Mata Godou tak menipunya; tatapan Erica memang licik. Dia sangat paham bagaimana caranya membuat Godou dicekam rasa bersalah.
Sungguh orang yang licik dan berbahaya!
Setelah mempertimbangkan beberapa saat tentang aturan belas kasihan dan kehormatan serta perlakuan layak untuk warga yang tinggal di Roma, Godou akhirnya membalas;
“.....Aku paham, akan kubawa pulang benda itu, sialan, kalau ada bencana terjadi karena itu, bagaimana aku bisa jelaskan diriku pada penduduk Tokyo!?”
“Jangan kuatir jangan kuatir! Hal seperti kota diratakan dengan tanah karena Raja memutuskan melakukan sesuatu untuk senang-senang, sudah dianggap normal di Eropa. Kalau itu terjadi di Tokyo, kotak itu pasti akan naik ke level internasional!”
“Berhenti bicara omong kosong!”
Godou merebut Gorgoneion, lantaran dia menyerah untuk berdebat. Melihat ini, Erica tersenyum licik.
‘Wanita ini sungguh setan, dia pasti pertanda kehancuran dan kiamat bagiku’. Godou sekali lagi mengkonfirmasi opininya tentang Erica.




-----------------------------------------
------------Gorgoneion.
‘Patung yang melukiskan [ular], berisi kebijaksanaan tiga orang dalam satu badan, telah jatuh ke tangan musuh’
Kakinya melangkah di puing puing Colosseum, intuisinya memberitahunya; kalau itulah yang terjadi.
Jejak jejak Gorgoneion masih bisa terasa disana, dan jejak musuhnya. Kekuatan yang menghancurkan arena batu kolosal ini, pasti dilakukan oleh Campione.
........Ratusan orang di sekelilingnya tengah sibuk melakukan perbaikan.
Namun tak seorangpun dari mereka bisa merasakan kehadirannya.
Tentu saja tidak.
Dia hanya perlu berpikir ‘Aku tak berharap untuk mendengarkan celoteh para manusia’. Dengan hanya itu, orang orang biasa takkan mampu menyadari kalau dia ada disana.
Meneliti reruntuhan malang di sekitarnya, dia mengingat Campione yang ditemuinya beberapa hari lalu.
Iblis muda dari daratan yang jauh.
Dan ternyata dia adalah dalang dibalik semua ini. Para murid Hermes itu — dalam cara manusia, mereka disebut Penyihir — Tak yakin apa yang harus diperbuat dengan Gorgoneion, sehingga menyerahkannya pada Campione itu.
Karena benda itu sudah diserahkan pada orang asing, sang [Ular] mungkin juga turut menyertainya ke luar negeri.
“Baiklah.......” Dia merenung untuk sesaat.
Seperti juga Godou, dia telah datang kemari menyeberangi lautan, tergoda ke tempat ini.
Kalau begitu, untuk menyeberangi lautan lagi, dan menuju daratan asing; apa ada yang perlu ditakutkan?
Sang [Ular] dan dia memiliki ikatan tak terputus, dan ikatan yang sama ini akan mengirimnya ke tempatnya.
“Gorgoneion yang aku cari, ukiran aegis yang kumiliki, penantian menyakitkan yang kurasakan; O sang Ular kuno!”
Dia secara alami mulai menyanyikan senandung kuno.
Demi mendapat kembali [Ular], bagaimana bisa menyeberangi lautan dianggap sebagai penderitaan?
Dia memfokuskan tatapannya ke timur, dan mulai berjalan maju.
“Gorgoneion yang aku cari, O ular, berkahilah aku yang sesat ini kekuatan kuno!”
Dia adalah Dewi dengan banyak nama.
Baik ‘Gorgon’ dan ‘Medusa’ hanyalah dua nama yang pernah dia miliki sebelumnya.
Namun makna dari nama nama itu sama, titel terhormat yang melambangkan Dewi Bumi, tiga dewa dalam satu wujud, yang mendominasi Mediteranian.
“Gorgoneion yang aku cari, O Ular kuno, Semoga kau memberi aku tuntunan menjadi Ratu yang sesat, dan sekali lagi berkahilah kegelapan padaku, kebijaksanaan dari bumi dan langit!”
Sang [Dewi Sesat] menghadap negara nun jauh disana.
Dengan sabar, dengan tenang, dia mengambil langkah pertama dalam perjalanannya ke arah timur

[edit] Catatan Penerjemah dan Referensi

  1. Bukit di dekat Colosseum yang terkenal; Juga dikenal sebagai “Flavian Amphitheatre”, yang berdiri di sisi timur kota Roma. Digunakan dalam pertarungan antar Gladiator, itu juga panggung untuk latih tanding pasukan dan lokasi untuk mengeksekusi kriminal.
  2. Tujuh Bukit Roma; Bagi yang tertarik, mereka adalah Aventine, Caelian, Capitoline, Esquiline, Palatine, Quirinal, dan Viminal.
  3. Istana Kaisar; Jumlahnya cukup banyak. Bukan hanya Augustus, namun Tiberius dan Domitian juga.
  4. Istana Augustus: Sebetulnya “Octavian”, namun dia hanya membangun istana setelah mereka menjadikannya Raja dan memberinya nama “Augustus”, kira kira begitulah.
  5. Mille Lingua atau “Seratus Bahasa” dalam bahasa Italia
  6. Cuore di Leone atau “Hati Singa” dalam bahasa Italia.
  7. Hermes, kadang disebut “Mercury” adalah pembawa pesan Dewa dan pembimbing ke Dunia Bawah. Dia dikenal karena memiliki sandal bersayap, topi bersayap, dan tongkat, sehingga bisa terbang, seperti dalam legenda Perseus dan Medusa.
  8. 天に住まう神々: ten ni sumau kamigami = dewa-dewa yang tinggal di langit .
  9. 地を往く神々: chi o umaku kamigami = dewa dewa yang tinggal di tanah.
  10. beda dengan versi inggris karena aku ambil dari raw jepang. いずれまみえる神殺しの暴虐を呪え yg artinya kira2 begitu. Yg lebih fasih bisa koreksi
  11. sama, dari raw jadi beda dengan inggrisnya
  12. Eloi Eloi Lama Sabachtani: Ucapan Jesus Kristus ketika dia digantung di salib, artinya: ‘Tuhanku, Tuhanku, mengapa engkau meninggalkanku?—Yang mana sesuai dengan yang Erica akan katakan setelah ini.
  13. Batu David: Batu, atau lebih tepatnya ketapel, adalah senjata jarak jauh yang pertama dikembangkan. Batu yang dilempar bisa merusak perisai, menembus armor, melukai daging, dan mematahkan tulang dan tengkorak. Mereka bahkan muncul dalam peradaban Mesir dan Babylonia kuno. Beberapa suku bahkan dikenal karena senjata ketapelnya, seperti Cretans, Rhodians, dan penghuni Balearic. Jadi jangan meremehkannya!
  14. Master Yokosuna: Adalah peringkat tertinggi yang bisa diraih dalam gulat sumo.
  15. Danau Buatan Manusia: danau itu sebenarnya dibangun oleh Nero, dan berdiri di depan bangunan yang Nero juga bangun, yakni Domus Aurea, Vespasian kemudian mengisinya dengan air, dan memulai konstruksi Colosseum.
  16. Castella Sforzesco; atau istana Sforza, adalah salah satu benteng kota terbesar di Eropa. Saat ini ia menjadi lokasi beberapa museum Milan dan kumpulan seni.
  17. Cagliari: juga salah satu pelabuhan terbesar di wilayah laut Mediterania.
  18. Piazza del Camposalah satu alun alun zaman pertengahan paling indah di Eropa, sangat dikenal karena keindahan dan integritas arsitekturnya.
  19. Grimoire: Datang dari Perancis, pada dasarnya adalah buku sihir, atau buku mantra.
  20. Gorgon Medusa: faktanya, terdapat tiga Gorgon dalam mitologi Yunani, Stheno, Euryale and Medusa. Awalnya mereka dianggap wanita bertanduk, bersayap, dan bertaring, namun tradisi Yunani setelahnya menyatakan kalau mereka adalah wanita cantik. Dua yang pertama abadi, sehingga Perseus membunuh yang ketiga, Medusa, karena dia adalah satu satunya yang bisa dibunuh.
  21. Dewi Tripartite: Terdiri atas Demeter, Persephone, dan Hecate, ketiganya membentuk Dewi Ibu Bumi yang mungkin menjadi Rhea atau Gaia.